Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Warung Soto Podjok di Kediri Ini Sudah Ada sejak 1926

27 Januari 2017   17:35 Diperbarui: 2 Juli 2018   13:38 5027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Soto Pojok (koleksi pribadi)

Kota Kediri tergolong kota tua dan punya sejarah panjang. Sisi zaman dulu (jadul) Kota Kediri menarik untuk dipromosikan. Tulisan saya sebelumnya (disini), sudah sedikit menyinggung hal tersebut.

Tempat yang punya sejarah ekonomi tidak bisa lepas dengan posisi Jalan Dhoho. Tulisan ini ingin mengenali sebuah warung soto ayam tua di Jalan Dhoho, yang terletak di salah satu persimpangan jalan. Namanya Warung Soto Podjok. Podjok atau pojok artinya di ujung atau tepi. Sebutan lainnya adalah Soto Podjok Setono Gedong (koordinat -7.818231, 112.012768)

peta lokasi warung Soto Pojok (googleearth)
peta lokasi warung Soto Pojok (googleearth)
Saya mulai berinteraksi dengan Kota Kediri sejak tahun 1987, saat pertama menginjakkan kaki di kota ini. Tahun 1992 hingga 2007 saya bermukim di kota ini meski sedikit ke luar kota (disini). Setelah itu saya masih sering jalan atau mampir ke Kediri karena banyak memori kehidupan di sini, khususnya bagi anak-anak kami. Saat kemarin (26 Januari 2017) ke Kediri, saya lewat di Jalan Dhoho dan sekitarnya, dan mampir makan di warung soto ini. Mohon maklum pembaca, saya memang suka makan soto ayam sejak dulu.

Ibu Raharjo, pemilik warung Soto Pojok (koleksi pribadi)
Ibu Raharjo, pemilik warung Soto Pojok (koleksi pribadi)
Menurut pemiliknya, yakni Ibu Raharjo, warung soto ayam sudah berdiri sejak tahun 1926. Beliau adalah generasi keempat. Saya mengamati, ada banyak hal yang bertahan dan unik dari Warung Soto Podjok ini meski tidak dipungkiri ada sentuhan pengelolaan modern. Tentu ini yang luar biasa, sekaligus upaya bertahan dalam persaingan bisnis kuliner saat ini.

Ukuran warung sekitar lima kali sepuluh meter persegi, telah dilakukan renovasi sehingga lebar dua kali dibanding sebelumnya. Bagian belakang warung ditempati oleh keluarga. Memang dulu ada kesan sesak dan sempit sehingga pengunjung terpaksa berdiri antre di jalan. Kini kondisinya sudah lebih nyaman. Warung soto ini selalu ramai pengunjung khususnya saat jam makan. Warung bisa menampung hingga 30 orang. Pengunjung warung ini bervariasi, orang tua hingga anak muda, dan anak-anak.  

Warung ini sejak dulu warnanya bernuansa kuning muda cerah terutama interiornya. Di bagian eksterior, warna cat kuning cerah itu dikombinasi dengan putih. Kesan ini membuat ruang terasa bersih, cerah, nyaman dan luas.

Interior dalam ada sedikit renovasi, yang kata Bu Raharjo dilakukan pada tahun 2011. Sebagian permukaan tembok atau pilar interior diganti keramik warna kuning muda sehingga terkesan elegan. Sementara jendela atau selotnya masih terkesan jadul. Warung ini berupaya menyesuaikan kondisi pertokoan di Jalan Dhoho yang makin modern.

interior warung soto pojok (koleksi pribadi)
interior warung soto pojok (koleksi pribadi)
Yang masih bertahan, etalase makanan sengaja ditaruh di meja makan. Etalase berbahan kayu ini masih asli jadul, berisi telor asin, kentang goreng, atau lauk lainnya. Di warung-warung baru, etalase ini sudah berganti bahan alumnium. Ada juga tempat kerupuk jadul, berupa toples kaca berukuran besar berbentuk tabung. Toples besar seperti ini sudah jarang terlihat.

Etalase makanan (koleksi pribadi)
Etalase makanan (koleksi pribadi)
Soto disajikan dalam mangkok berukuran besar, dengan nasi ukuran sedang seolah mengumpul di sisi mangkok. Ukuran nasi ini sangat nyaman bagi pengunjung wanita atau yang berusia lanjut, atau yang sedang diet. Keunikan lain adalah kuahnya melimpah yang sangat bening. Kuah soto sama sekali terlihat tidak menunjukkan lemak atau minyak. Soto menggunakan ayam kampung. Di atas nasi bertabur seledri lembut dan capar (atau kecambah pendek). Kecambah pendek ini biasa ditemui menemani menu nasi rawon. Ayam diiris tipis dan rapi, memudahkan saat mengunyah dan sangat lembut.

Sajian soto ayam (koleksi pribadi)
Sajian soto ayam (koleksi pribadi)
Yang juga masih bertahan adalah taste soto ayamnya. Ini citarasa soto ayam khas keluarga ibu Raharjo, yakni sedap, segar, tidak berminyak/lemak dan lembut. Saya memberi kesan ini soto ayam selera Jawa (hehe... mirip pakar kuliner), seperti umumnya resep khas kuliner Kediri atau Jawa pedalaman. Kuahnya benar-benar sedap, apalagi bila ditambah jeruk nipis. Ini yang berbeda dari soto ayam umumnya, yang bercitarasa tajam, berlemak, asin dan kuat kesan ayamnya, sebagaimana soto ayam yang sering ditemui di Surabaya atau wilayah pantai utara Jawa Timur. 

Pengunjung tidak perlu terganggu dengan bunyi berisik yang berasal dari dapur soto. Bunyi dhokk-dhokk sering terdengar. Itu berasal dari botol kecap yang sengaja dihentakkan keras di meja, setelah menuang kecap ke mangkok soto. Bunyian ini khas soto ayam di sekitar Kediri, di hampir semua penjual soto ayam. Kalau tidak ingin ada bunyian itu, pengunjung bisa memberi pesan tanpa kecap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun