[caption id="attachment_360195" align="aligncenter" width="560" caption="lokasi pantai Kondang Merak (Google earth)"][/caption] Pada awal bulan April 2015, penulis berkesempatan pergi ke pantai Kondang Merak. Pantai ini terletak di pesisir laut Hindia, masuk desa Sumber Bening, kecamatan Bantur, kabupaten Malang (1). Sebenarnya ini adalah acara kampus dengan tema bakti sosial penanaman mangrove, yang diikuti oleh para dosen, karyawan dan mahasiswa dalam rangka dies natalis ke 43 Universitas Widyagama Malang (2, 3). Penanaman mangrove meliputi penanaman rhizophora dan terumbu karang. [caption id="attachment_360198" align="aligncenter" width="560" caption="muara sungai di pantai kondang merak (koleksi pribadi)"]
[/caption]
Pantai Kondang Merak belum lama dikenal masyarakat, mungkin baru lima tahun terakhir. Pantai ini dikenal masih alami, bersih, dan indah. Pasir putih, pepohonan mangrove yang rindang dan pemandangan bawah laut yang indah dimiliki pantai ini. Perjalanan menuju pantai kondang Merak searah pantai Bale Kambang yang lebih dahulu populer. Bagi penduduk luar Malang, dapat mengambil rute Malang – Kepanjen – Bantur, atau sejauh 65 km. Kira-kira 2 km sebelum menuju selatan arah Bale Kambang, ada suatu perempatan, yang merupakan rencana jalan lintas selatan. Di perempatan ini, pengunjung berbelok ke kanan (arah barat) sejauh 4 km akan tiba di pantai Kondang Merak, dengan kondisi jalan masih berbatu dan makadam. Wilayah pantai ini, relatif terisolir, dengan infrastruktur terbatas, tanpa listrik dan sinyal seluler. Ada sekitar 30 kepala keluarga bermukim di wilayah ini, sebagai nelayan. Ada dua rumah “warung” yang menyediakan kebutuhan untuk warga setempat atau wisatawan.
[caption id="attachment_360206" align="aligncenter" width="547" caption="pantai yang tenang dan jernih (koleksi pribadi)"]
[/caption] Menurut petugas Perhutani resor Bantur, pantai Kondang Merak merupakan kawasan lindung dalam pengelolaan Perhutani, yang kondisinya paling baik dibanding wilayah pengelolaan lainnya di luar wilayah taman nasional. Upaya membuka Kondang Merak sebagai tujuan wisata, menghadapi dilema; di satu sisi dapat memberikan manfaat ekonomi jasa lingkungan, peningkatan pendapatan ekonomi penduduk, serta pendidikan lingkungan; di sisi lain adanya dampak mekanisme pasar dan mass tourism. Karenanya Perhutani dan LSM mendisain wisata berbasis edukasi untuk memberikan pengalaman perihal nilai-nilai dan kaidah lingkungan.
Hal baru bagi penulis, adalah menanam terumbu karang. Ini adalah pengalaman pertama kali. Penulis dan beberapa kawan diajari bagaimana menanam terumbu karang oleh saudara Andik Syaifudin dari LSM Sahabat Alam (Salam). Ternyata unik juga caranya.
[caption id="attachment_360208" align="aligncenter" width="560" caption="pot semen berbentuk obor tempat bibit terumbu karang (koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_360211" align="aligncenter" width="560" caption="pot semen diberi label"]
[/caption] Andik telah menyiapkan bahan-bahan antara lain potongan bibit terumbu karam (sepanjang 7 cm), sejenis lem tahan air, dan pot semen berbentuk seperti obor (setinggi 20 cm). Lubang pot kemudian diisi dengan lem, dan ditanamkanlah bibit ke dalam lem. Lem bersifat mudah kering dan memadat, berfungsi mengikat bibit ke pot semen. Lem mirip dengan dempul mobil, mengering dalam waktu 10 menit. Tidak lupa, pot diberi label nama dan waktu penanaman, yang terbuat dari kertas ditutup laminating plastik.
[caption id="attachment_360213" align="aligncenter" width="560" caption="menanam terumbu karang (koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_360215" align="aligncenter" width="560" caption="menanam terumbu karang (koleksi pribadi)"]
[/caption] Kami kemudian berjalan ke tempat penanaman (nursery ground) yang sudah disiapkan. Tentu saja kami sudah siap dengan perlengkapan snorkeling dan pelampung. Andik kemudian memberi aba-aba menunjuk nursery ground sambil berenang, dan kami mengikutinya. Ini rupanya, sebuah petak dari susunan bambu yang ditanam di dasar pantai, sedalam sekitar satu meter. Kami pun satu persatu meletakkan pot semen ke celah-celah bambu. Disana sudah ada pot-pot lain yang ditanam sebelumnya. Petak ini dibuat stabil terhadap hempasan ombak agar terumbu karang hidup optimal.
[caption id="attachment_360217" align="aligncenter" width="548" caption="hasil-hasil penanaman terumbu karang (koleksi pribadi)"]
[/caption] Tentu saja ini adalah pengalaman yang unik. Sebut saja ini merupakan sedekah oksigen. Karena terumbu karang (dan keanakaragaman hayatinya) merupakan flora dengan intensitas fotosintesis tertinggi dibanding flora lainnya (Odum, 1971). Karenanya ia menyadi penyedia oksigen dan sumber kehidupan lain. Mangrove dan terumbu karang merupakan penyangga kehidupan wilayah pesisir. Flora mangrove dan terumbu karang merupakan habitat dan sumber kehidupan dan biodiversity bagi satwa burung, ikan, biota muara, serangga, reptil; serta menghasilkan jasa lingkungan untuk manfaat sosial dan ekonomi.
[caption id="attachment_360218" align="aligncenter" width="560" caption="pemandangan bawah laut pantai kondang merak (koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="574" caption="pemandangan bawah laut (widyagama.ac.id)"]
pemandangan bawah laut (widyagama.ac.id)
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="569" caption="Penulis bersama rombongan (widyagama.ac.id)"]
Penulis bersama rombongan (widyagama.ac.id)
[/caption] [caption id="attachment_360224" align="aligncenter" width="539" caption="Penulis bersama rombongan tanam terumbu karang (koleksi pribadi)"]
[/caption] Saat itu, suasana udara di sekitar pantai Kondang Merak cukup nyaman. Dengan snorkeling, di posisi yang lain, kami dapat melihat pemandangan bawah laut yang indah. Hal ini menambah pengalaman penulis dari snorkeling sebelumnya, yakni di Taman Nasional (TN) Meru Betiri, TN Wakatobi, dan TN Baluran. Masing-masing tempat memiliki keunikan masing-masing dengan pemandangan bawah laut, arus laut, dan suasananya. Di Kondang Merak ini, suasana ombak yang relatif tenang, membuat kondusif bagi pertumbuhan karang. Di sela-sela karang yang beraneka bentuk, warna dan ukuran, nampak ikan-ikan kecil berwarna-warni. Dasar bawah laut sedalam sekitar satu meter, seolah-olah membentuk hamparan permadani yang tiada berujung.
Malang, 11 April 2015
Penulis menulis buku
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362 halaman. ISBN 978-602-9033-31-1
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta (ISBN 979-3330-90-2)
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 (lihat disini)
Salam ekowisata @iwanuwg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya