Sekitar lima belas tahun yang lalu, sy pernah disindir oleh seorang teman: “Anda hidup cuma ngurusi kantor, rumah, kantor, rumah, apa nggak bosan”. Sindiran teman itu saya rasakan benar hingga saat ini. Setiap kali merenung, sindiran itu mengambang dalam ingatan.
Teman itu memang punya seabrek kegiatan. Hidupnya sangat dinamis, banyak teman, aktivitasnya dimana-mana, pengetahuannya luas, dan selalu menyenangkan. Sindirannya memang sangat mengena, dan saya berhasil diajak dalam urusan kegiatannya. Kini teman itu sudah meninggal, meninggakan banyak pesan dan kesan positif untuk banyak orang. Semoga Allah merahmatinya.
Bagaimanakah hidup rutin itu, bagaimanakah kerja rutin itu, seperti apa bekerja rutin itu. Pertanyaan ini sebenarnya cukup sederhana jawabannya, seperti halnya diskripsi kehidupan teman saya di atas.
Seorang yang hidupnya dalam rutinitas bukanlah hal negatif. Orang yang bekerja disiplin, tepat waktu, cermat, itu sudah baik. Ia berusaha memenuhi standar bekerja dalam organisasi. Dalam konteks bekerja atau aktivitas harian itu sudah sangat memuaskan. Meski diakui juga, masih ada saja orang yang belum disiplin menjalankan standar bekerja.
Tapi yang menjadi masalah kalau aktivitas itu terlalu monoton, menyebabkan seseorang tidak berkembang. Banyak orang bekerja dengan baik dan disiplin, kemudian ia terjebak ke dalam rutinitas yang kaku, membosankan dan tidak fleksibel.
Ia tidak sadar lingkungan dan waktu telah berubah cepat, tantangan eksternal menekan, organisasi juga sudah dinamis. Semua orang sudah maju, bahkanberlari, memperoleh pengalaman baru, menemukan lingkungan yang menyenangkan. Rutinitas hidup yang monoton, sangat tidak baik dalam konteks jangka panjang. Orang-orang yang monoton hidupnya ini akan tertinggal dan menjadi tidak berperan dan memberi manfaat bagi orang lain atau organisasi.
Karena itu, seseorang perlu memecah kebuntuan dari hidup rutin yang monoton dan kaku. Ia perlu mengevaluasi diri sejauh mana ia sudah berubah; kompetensinya bertambah atau tidak; ketrampilannya melemah, tetap atau bertambah; silaturahimnya baik atau tidak; kariernya tetap-tetap saja atau menurun.
Ia juga perlu merenungi tentang sikap hidupnya, cenderung berpikir positif atau negatif; pesimis atau optimis; banyak mengeluh atau introspeksi. Dalam berhubungan dengan orang lain, apakah dirinya itu menyenangkan atau membosankan; suka meminjam, berhutang atau memberi; cengeng atau tangguh; kaku atau ramah; lembut atau pemarah; rendah hati atau sombong; jujur atau pembohong. Sikap-sikap negatif biasanya ada dalam pribadi orang yang monoton dan kaku.
Berikut ini beberapa tip untuk mencegah rutinitas hidup, sekaligus membangun sikap dan perilaku hidup positif dan menikmati kehidupan. Tip-tip berikut ini mengajak untuk hidup dinamis, peduli dan suka berbagi pengalaman, ilmu atau hal positif kepada orang lain.
- Banyak membaca. Membaca buku, bacaan, atau info online sangat positif untuk membangun wacana, selalu update informasi dan perkembangan. Seorang pegawai wajib membaca dan memahami peraturan terkait organisasi atau standar pekerjaan, tugas dan fungsi pekerjaan atau jabatan, dan hak-haknya sebagai pegawai. Seorang ibu rumah tangga perlu banyak membaca tentang tuntunan keluarga bahagia. Dalam keluarga yang suka membaca, hidupnya akan sejuk, nyaman dan penuh cinta.
- Melatih ketrampilan. Seseorang perlu menguasai teknologi, ketrampilan menguasai alat atau software tertentu. Seseorang karyawan wajib menguasai software excel untuk dasar-dasar penguasaan data dan analisisnya. Seorang dosen perlu punya blog untuk meningkatkan mutu profesinya. Ketrampilan itu harus bertambah dan senantiasa update dengan perkembangan jaman. Hal ini mengakibatkan seseorang memiliki multikompetensi. Jangan takut menguasai ketrampilan atau aplikasi software baru, kalau tidak mau tergantung ke orang lain.
- Bekerja sungguh-sungguh. Seseorang, apapun profesinya, perlu kesungguhan untuk menyelesaikan pekerjaan, dengan hasil sempurna, lengkap, benar, valid, legal dan selesai tepat waktu. Pengalaman menunjukkan banyak orang yang bekerja asal-asalan, semaunya sendiri, tidak tepat waktu, akhirnya tidak selesai. Orang yang bekerja sungguh-sungguh bisa dilihat dari proses rencana, langkah dan implementasi senantiasa cermat. Ia selalu dinamis dan sangat produktif, sehingga perjalanan kariernya cemerlang.
- Bekerja dalam harmoni. Seseorang dianggap berprestasi karena mampu mengembangkan organisasi, bekerja mengikuti sistem dan berkerjasama dalam tim secara baik. Ia secara tidak langsung menciptakan harmoni, keselarasan dan penghargaan bersama orang-orang lain. Ia bekerja dengan penuh cinta, peduli dan berbagi tugas dan tanggungjawab. Hal ini menghasilkan kekompakan dan trust sehingga mudah dibawa ke arah kemajuan dan menyelesaikan permasalahan.
-
travelling (koleksi pribadi)
-
Masjid Sabilillah Malang (koleksi pribadi)
- Bersosialisasi. Seseorang perlu bersosialisasi dengan sebanyak-banyaknya orang. Oleh karena itu, ia perlu bergabung dengan berbagai komunitas yang positif. Komunitas olahraga, keagamaan, profesi, ketrampilan, minat atau hobbi, atau kelompok sosial lain. Komunitas itu berguna sebagai wadah untuk silaturahim, belajar, berbagi manfaat, memberi hadiah, atau berderma. Bersosialisasi dengan niatan silaturahim dan berbagi manfaat menempatkan seseorang pada kemuliaan, akhlak yang mulia.
- Travelling. Bepergian dan melakukan perjalanan merupakan cara keluar dari lingkungan fisik asal. Dengan bepergian akan ada adaptasi lingkungan, menerima hal baru, mengenali sosial dan lingkungan baru, silaturahim ke orang lain, menerima ilmu pengetahuan baru. Menikmati perjalanan dan mengabadikan lingkungan baru, ke dalam foto atau catatan perjalanan, sangat bermakna dan menginspirasi orang lain.
- Menulis. Seseorang perlu menulis untuk mengembangkan pemikiran dan memberi manfaat bagi pembaca. Menulis senantiasa berorientasi untuk pembaca, menginspirasi dan memberi pengaruh positif. Dalam menulis pikiran selalu berkembang, menemukan hal baru, mengeksplorasi wacana, menemukan kedalaman. Ini menumbuhkan sikap yang dinamis. Seorang yang menulis umumnya punya karier lebih cemerlang dan maju.
Hindari hidup yang monoton atau rutin hanya untuk diri sendiri. Berkreasi dan berinovasi untuk memberi manfaat kepada orang lain, itulah kenikmatan hidup. Itulah rasa syukur. Hidup yang singkat ini perlu diisi dengan kemanfaatan dan bersyukur
Malang, 14 Oktober 2016