Ada seorang mahasiswa mau pergi ke perpustakaan, untuk belajar atau mendalami topik tertentu. Begitu sampai di pintu perpustakaan, ia teringat temannya yang ada di kelas. Maka ia balik ke kelas untuk mengajak teman itu ke perpustakaan. Dengan sedikit rasa kecewa, maka ia pun akhirnya balik lagi ke perpustakaan, karena temannya tidak mau diajak dengan alasan tertentu. Kisah lainnya, ia mengajak teman untuk datang ke pengajian di masjid kampus. Namun, temannya juga ada kesibukan lain. Lagi-lagi ia pun harus pergi sendiri untuk pengajian.
Di kisah lainnya, ada sekelompok orang yang bergerombol. Mereka hanya ngobrol, cangkruk, atau bercanda. Tidak berapa lama, bertambah orang bergabung di situ. Makin lama-makin banyak orang dan makin riuh. Hal ini tidak perlu ajak-mengajak.
Dua fenomena di atas adalah hal umum. Seseorang mungkin pernah mengalami kisah kejadian pertama atau kedua. Seseorang berhak memilih satu diantaranya dan berbagai konsekwensinya, termasuk manfaat dan mudharatnya. Kisah pertama penting bagi orang-orang yang ingin maju, atau melangkah lebih cepat. Kisah kedua, juga penting untuk bersosialisasi namun harus terkendali dan positif.
Ada suatu peribahasa “If you want to go fast go alone if you want to go a long way to go together”. Artinya, kalau mau maju atau melangkah cepat, maka ia harus pergi sendiri. Kalau mau pergi jauh, maka ia perlu mencari teman.
Mengajak orang banyak untuk maju, memang sulit. Itu sebabnya diri sendiri yang harus bergerak. Untuk maju memang perlu perjuangan, ia perlu merencanakan sendiri, usaha sendiri dan berjuang sendiri. Orang-orang ini adalah orang yang mandiri, mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka inilah orang yang mencari ilmu, para pengembara ilmu, para entrepreneur. Mereka mungkin meninggalkan rumah, meninggalkan orang-orang yang dicintai, menjauh dari zona nyaman. Di tempat baru juga sebenarnya tidak enak, sulit, beradaptasi, ketemu hal-hal yang tidak diduga, sendirian lagi.
Penulis melihat anak-anak muda saat ini, berhasrat tinggi untuk mau maju. Mereka punya keinginan merantau, pergi ke luar negeri, ingin bekerja di Eropa, ingin belajar ke Timur Tengah atau pelosok dunia, tanpa menggantungkan teman. Mereka sudah siap mental mengarungi kehidupan dalam budaya lain, sendirian, tanpa menggantungkan teman.
Suatu perjalanan dengan niat yang baik terlebih untuk menuntut ilmu adalah suatu hal yang mulia. Bahkan ilmu itu yang akan memelihara dan menjaga mereka. Ada cerita, seseorang yang studi di luar negeri, atau di rantau yang jauh, menerima pertolongan yang tidak diduga-duga ketika menemui kesulitan. Misalnya, seorang muslimah ingin potong rambut. Jelas, tidak ada salon perempuan khusus di negara sekuler. Ehh ... ternyata, ada orang lokal yang menawarkan diri cuma-cuma. Lain lagi, seorang dosen yang berangkat seminar kehabisan kamar hotel. Pertolongan datang dari orang Indonesia yang studi di negara itu. Masih banyak variasi cerita lain.
Bagaimana dengan orang awam umumnya. Semua orang juga bisa berpikiran dan berperilaku maju. Seseorang harus berubah, dengan suka membaca dan mengkaji. Seseorang perlu mempelajari pengetahuan baru, mengembangkan cara berpikir baru, menguasai teknologi informasi. Mari berpikiran maju melalui menuntut ilmu. Duduk, membaca, mengkaji dan menulis.
Malang, 15 Mei 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI