Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepemimpinan Keberlanjutan Jokowi-Prabowo

20 Oktober 2024   01:27 Diperbarui: 20 Oktober 2024   01:38 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: detik.com 

Setiap orang pasti pernah merasakan pergantian atasan atau pimpinan.  Bagaimanakan perasaan itu?  Tentu beragam, ada yang merasakan biasa saja, sama saja, atau lho.. kok beda ya!.  Sebagai anak buah, atau siapapun yang ada di suatu organisasi, selalu akan menyaksikan atau merasakan perbedaan kepemimpinan, sebagai akibat pergantian itu.

Memang setiap pemimpin memiliki perbedaan sifat, itu adalah hal wajar, seperti halnya setiap manusia umumnya yang berbeda karakter.  Namun demikian perbedaan itu, hendaknya ditempatkan di dalam konteks yang manusiawi; yang memandang setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Bagaimanapun seorang yang terpilih menjadi pemimpin, diakui atau tidak, ia memiliki kelebihan dibanding orang umumnya.  Sekalipun ia memiliki kelemahan, maka ia tetaplah seorang pemimpin, yang akan membawa masyarakatnya kepada tujuan organisasi.  Sehingga ketika melihat pemimpin seseorang juga harus melihat pemimpin dalam konteks organisasi, karena keduanya saling menyatu dan memperlihatkan fungsinya masing-masing.  Disini, cara pandang melihat pemimpin juga harus lebih bijaksana; yaitu dengan melihat pula kondisi organisasinya, termasuk tantangan dan dinamika yang sedang dihadapinya.

Jelasnya, perbedaan karakter pemimpin itu adalah wajar, termasuk bagaimana gaya kepemimpinannya bekerja.  Pemimpin yang lama mungkin terkesan kalem, dan taktis; sementara pemimpin yang baru lebih tegas dan terkesan berwibawa.  Perbedaan itu tidak perlu dipermasalahkan.  Dalam buku-buku kepemimpinan, ada ragam gaya, pendekatan atau konsep kepemimpinan.  Semua membahas dalam ruang lingkup personal pemimpin.

Terus dimana masalahnya?  Tentu saja yang tidak boleh berbeda atau berubah adalah organisasinya, atau hal-hal strategis yang sedang bekerja di dalam organisasi.  Jadi siapapun pemimpinnya, meskipun pemimpinnya berganti, maka organisasinya harus tetap bertahan, berkembang dan menunjukkan keberlanjutan; dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Memahami hal tersebut memang terkesan sederhana dan mudah.  Namun dalam kenyataannya, sering pemimpin berganti juga banyak hal-hal mendasar di dalam organisasi juga berganti.  Hal ini yang mengakibatkan organisasi berkembang tidak stabil, apa yang sudah dicapai pemimpin sebelumnya seolah useless, dan pemimpin baru memulai dari nol.  Tentu saja ini sangat tidak efisien, dan tidak bijak.

Kepemimpinan berkelanjutan bukanlah pendekatan baru.  Kepemimpinan ini menjalankan pekerjaannya secara efektif dan efisien dengan berbagai pertimbangan rasional dan akademik untuk mendayagunakan sumberdaya organisasi yang tersedia.  Kepemimpinan berkelanjutan melihat kepentingan dan kebutuhan organisasi di atas kepentingan pribadi.  Seorang pemimpin wajar memiliki ego, namun ego itu diletakkan di dalam kepentingan organisasi yang lebih besar, yang mementingkan jalannya organisasi dalam jangka panjang.

Kepemimpinan berkelanjutan bekerja dalam kriteria kolaborasi, etika, inovasi dan adaptasi.  Bagaimana tidak, kepemimpinan keberlanjutan dipastikan bekerjasama dengan situasi dan kondisi (man, method and money) yang telah ditanamkan selama periode kepemimpinan sebelumnya.  Hal ini membutuhkan kolaborasi yang tulus dan strategis dengan sumberdaya yang ada sebelumnya; dan dipastikan bekerja dalam suasana harmoni dan beretika untuk saling support dan apresiasi.  Langkah ini menjadi sangat efektif dan efisien, karena dipastikan proses analisis berjalan sangat baik, dan memungkinkan untuk  berkreasi, beradaptasi dan berinovasi membangin resiliency menghadapi tantangan masa depan.    

Terlebih lagi, ketika kondisi lingkungan penuh ketidak-pastian dan masalah ke depan yang komplek, maka tidak rasional organisasi melakukan trial and error yang tentu sangat beresiko.  Menghadapi kondisi dan situasi yang tidak baik, maka pilihan yang terbaik dan aman adalah mempertahankan kondisi yang ada, termasuk mendayagunakan SDM dan sumberdaya lain dari kepemimpinan sebelumnya.

Pergantian kepemimpinan dari presiden Jokowi ke Prabowo; bisa jadi sumbangan besar konsep dan empirik kepemimpinan berkelanjutan di Indonesia.  Pergantian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia.  Organisasi atau wadah besar dari kepemimpinan tersebut adalah Indonesia.  Indonesia harus terus berkembang, maju dan mencapai tujuannya.  Bonus demografi menjadi tantangan sekaligus manfaat bagi pembangunan, sekaligus menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dan sosial.   Indonesia juga merupakan negara besar, yang kekuatan ekonominya akan terus meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun