A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way. Â -John C. Maxwell
Sudah lebih dua bulan lebih, kita semua merasakan dampak pandemi COVID-19. Â Kita mulai membiasakan pikiran, hati dan perhatian dengan kondisi sekarang. Â
Pemerintah terus menjalankan fungsinya untuk menekan penyebaran virus, sementara warga masyarakat mulai memahami pentingnya mematuhi protokol kesehatan agar terhindar dari virus mematikan ini.
Kita tidak tahu kapan bencana ini berakhir, mungkin satu tahun, mungkin dua tahun, atau lebih. Â Semua berharap ini semua akan selesai secepatnya.
Setiap jaman ada saja cobaannya, ada wabah tertentu, ada bencana alam, atau pagebluk lainnya. Â Bencana pandemi COVID-19 ini memang sangat unik. Kalau bencana lainnya, cara menguatkannya adalah membangun kebersamaan secara fisik. Â
Manusia saling silaturahim, bertemu, berkumpul, kita bertemu muka untuk saling menguatkan. Â Bencana COVID-19 ini, cara memulihkannya justru dengan tidak saling ketemu.
Tapi, yaitu, untungnya, sekali lagi untungnya, sekarang ada teknologi untuk membuat setiap manusia bertemu melalui media sosial.
Ibu saya cerita, bencana COVID-19 ini cukup menakutkan, membuat kuatir. Ibu merasakan perasaan takut ini mirip dengan kejadian tahun 1965, ketika banyak pembunuhan saat G30S pada tahun 1965 dan setelahnya.
Sekali lagi setiap zaman, selalu ada bencana. Saya melihat sendiri bagaimana bencana gempa di Yogya tahun 2006 meluluh lantakkan bangunan, rumah, dan lahan.Â
Sebelum itu, tahun 1998 juga ada krisis atau kekacauan yang menganggu keamanan akibat pergantian kepemimpinan nasional.
Setelah itu, kondisi ekonomi masuk krisis. Saya sempat ikut antri BBM, sulit mencari susu bubuk karena langka. Â Setelah itu, konflik dan gangguan keamanan terjadi di Maluku, juga Kalimantan.