Kerendahan hati. Mereka punya sifat humble, tidak suka menonjolkan diri, berbicaranya lembut, tidak bernada memaksa atau keras. Ia diam saja di saat orang lain “ramai atau ribut”. Orang yang rendah hati mementingkan kerja dibanding berbicara. Perilaku hidupnya mencerminkan kematangan menjalani kehidupan, punya iman dan ilmu, banyak pengetahuan dan ketrampilan. Karena itu, orang yang rendah hati ini cenderung menunjukkan kearifan dan kedewasaan.
Orang yang rendah hati itu terbiasa dan suka menuntut ilmu dan membaca. Ilmu dan pengetahuan yang didapat membuatnya bersyukur, merasa kecil dibanding ilmu Allah, jauh dari sifat sombong, jauh dari hiruk pikuk keduniaan.
Keberanian. Mereka punya karakter berani untuk memberi manfaat bagi orang lain. Mereka berani menderita fisik atau psikologi untuk kepentingan orang lain. Mereka melakukan langkah yang benar dengan segala resiko dan konsekwensi kepada diri sendiri. Keberanian itu dilakukan dengan langkah nyata, melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan norma yang berlaku, untuk kepentingan orang lain.
Keberanian tidak perlu ditunjukkan dengan berbicara keras, melawan atau berbeda pendapat. Berani itu bukan seperti para pendemo, penyebar hoax, atau senangnya mengajak massa. Berani lebih kepada perilaku tangguh, mau berjuang dan ulet menghadapi tantangan. Berani menuntut ilmu, menambah ilmu lebih tinggi, siap bekerja keras, berani beramal, berani hidup sederhana dan berkorban untuk orang lain.
Kebaikan. Ada dua hal yang sering didikotomikan, yakni kepandaian vs kebaikan. Sebaiknya seseorang harus pandai dan baik, dua-duanya mencerminkan kualitas. Namun ketika berhadapan dengan orang lain, yang dilihat adalah kebaikan. Kepandaian mengacu ke individual, sementara kebaikan lebih ke sosial. Dalam konsep layanan yang berkualitas yang muncul adalah kebaikan, sementara kepandaiannya berada dalam bungkus kebaikan. Kepandaian belum mencerminkan manfaat, tetapi kebaikan memuat kepedulian dan manfaat, manfaat kepada orang lain.
Dari deskripsi contoh tulisan di atas, mereka tidak menonjolkan kepandaiannya. Namun saya paham betul mereka itu pandai bersikap dan berperilaku baik. Kebaikannya itu yang terpancar, menginspirasi dan bermanfaat. Karyawan, dosen, mahasiswa, tetangga, guru dan pembantu itu menunjukkan karakter orang yang baik.
Visi. Orang yang inspiratif memiliki visi yang jelas. Visi itu menjangkau jauh di atas norma atau pandangan orang lain, dan membawa perubahan yang nyata. Visi itu dipandang orang lain penuh manfaat. Orang lain menjadi berpikir positif, ‘manut’ dan terinspirasi.
Visi seseorang harus terungkapkan, baik itu dengan sikap, perilaku, atau melalui tulisan. Berinisiatif membantu orang lain mencerminkan visi seseorang. Seorang yang visi hidupnya jelas, dapat membantu orang lain untuk membangun kerjasama kepada kemajuan, khususnya di dalam organisasi, sekaligus untuk menginspirasi orang lain. Ayo berlomba berinisiatif untuk membantu orang lain.
Orang-orang yang menginspirasi adalah orang-orang yang luar biasa. Apakah kita masuk kategori orang yang menginspirasi. Untuk itu, dapat dibuat pertanyaan ke diri sendiri. Apakah saya menginspirasi orang lain. Apakah saya orang yang rendah hati, tangguh, peduli, atau punya visi yang jelas. Atau sebaliknya, apakah saya sombong atau arogan, pemalas, kurang inisiatif, tidak menyenangkan, atau tidak punya visi.
Jawabannya bukan pada kita. Orang lain yang menilai apakah kita ini masuk kategori orang yang menginspirasi, atau orang yang bermanfaat.
“Khoirunnas anfa'uhum linnas” (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain).