Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengangkat Kembali Nilai Kehidupan Bertetangga

14 Januari 2017   09:56 Diperbarui: 14 Januari 2017   17:35 3309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertetangga dan bekerja bakti (koleksi pribadi)

Kebersamaan. Ada ungkapan “don’t buy the house, but the neighborhood”. Ungkapan itu menunjukkan pentingnya hidup kebersamaan dalam bertetangga, dan tidak mungkin seseorang bisa hidup sendirian. Terkadang juga kita tidak bisa memilih siapa-siapa tetangga kita. Karena itu, siapa pun mereka, mereka adalah tetangga yang harus dihormati tanpa membedakan asal, suku, agama, pangkat, dan kedudukan. 

Nilai kebersamaan bertetangga itu tidak perlu didikotomikan dengan kepentingan individu. Keikhlasan menjadi modal dan amal penting menggapai kemuliaan dalam kehidupan bertetangga. Sikap tenggang rasa, gotong-royong, dan menjaga perasaan adalah implementasi hidup bertetangga. Ini adalah akhlak yang mulia.

Sikap orang tua akan menjadi sekolah kehidupan bagi anak-anak dalam memaknai kehidupan bertetangga. Kalau orangtuanya kaku, keras, asosial, pelit, maka akan dilihat oleh anaknya. Anak akan membandingkan dengan orangtua temannya yang lembut, sabar, baik hati dan dermawan. Anak bisa saja menilai bapak atau ibunya orang yang pelit, keras, atau asosial.

Kenyamanan. Hidup saling peduli dalam keikhlasan yang bermuara kebersamaan untuk menciptakan rasa aman. Yang ini sering terjadi, misalnya seseorang dinas luar kota beberapa hari, maka ia memberitahukan kepada tetangganya, sambil titip keluarga. Hal ini membuat rasa nyaman. Tetangga akan senantiasa siap mengulurkan tangan, membantu kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. Hal yang seperti ini jarang dilakukan saat ini karena faktor-faktor perubahan zaman.

Kenyamanan hidup bertetangga dapat dinyatakan melalui saling menyapa, berkomunikasi dan menghargai. Komunikasi yang jujur dan ikhlas sudah memberikan rasa sangat nyaman. Paling tidak, nyaman itu tidak mengganggu kepentingan orang lain. Berbeda pendapat adalah wajar, dengan tidak saling menyalahkan. Setelah itu menyatu kembali dalam silaturahmi, komunikasi yang guyub, saling berbagi atau berkirim makanan. 

Tantangan saat ini

Harus diakui, fenomena yang terjadi saat ini berpengaruh kepada nilai-nilai kehidupan bertetangga. Tiga nilai kehidupan bertetangga menipis, atau mungkin sudah kosong atau menjadi negatif. Saat ini, mungkin saja ada rasa tidak peduli, tidak nyaman, juga banyak orang semakin individualis.

Ada dua hal yang sangat dirasakan berpengaruh. Pertama, teknologi informasi dan komunikasi (TIK). TIK telah menciptakan hal positif untuk berkomunikasi dan mengefisienkan kehidupan. Kehidupan bertetangga sekarang bisa berwujud virtual, misalnya terbentuknya grup media sosial (medsos). Hal ini perlu dioptimalkan secara proporsional, saling melengkapi (atau komplemen) sejalan meningkatkan nilai-nilai bertetangga.

Namun, kenyataannya medsos sering digunakan tidak proporsional. Medsos seperti mensubstitusi hubungan sosial. Ini yang membuat hubungan bertetangga kurang mengenal satu sama lain dan tidak ada lagi rasa saling memahami dan menghormati. Di grup WA misalnya, sering ada komentar: “Pak Budi rumahnya yang mana?”; padahal mereka sudah saling chatting atau copy darat.

Lebih ironis lagi. Grup WA bertetangga sering digunakan untuk komunikasi negatif. Biasa ditemukan ungkapan bernada SARA, provokasi, mengkritik, ajakan membenci, menyebar berita bohong/kebencian, menyalahkan pihak lain atau berbeda pendapat karena keyakinan atau pilihan politik. Ini sudah melenceng dari nilai-nilai kehidupan bertetangga, bisa saling menyakiti perasaan.

Kedua, berpikir materilistik. Orang-orang sekarang mudah berhitung-hitung, dan dapat menilai manfaat bertetangga. Seseorang dapat berpikir ia dapat apa dengan hidup bertetangga. Namun hal ini tidak perlu dikuatirkan asalkan dikelola untuk kepentingan orang banyak. Ini makin penting saat mengelola kehidupan bertetangga (di tingkat RT misalnya), misalnya menggali potensi ekonomi dari warga untuk mendukung kebersamaan, mengelola keamanan, kebersihan lingkungan, santunan sosial atau memelihara fasilitas umum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun