Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalur Ngantang-Wlingi, Jalan Alternatif yang Indah

13 Desember 2016   00:02 Diperbarui: 13 Desember 2016   00:15 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, mungkin juga di banyak tempat, macet selalu menjadi santapan para pengguna jalan.  Kemajuan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat meningkatkan permintaan dan hasrat bepergian.  Hal ini sangat signifikan terjadi di seputaran kota Malang dan Batu.  Lalulintas baik itu mobil atau motor, menuju ke dua kota wisata itu, senantiasa diliputi kekuatiran macet.  Itu terutama kalau hari Sabtu, Minggu atau hari libur. 

Volume kendaraan masuk ke kota Malang atau keluar dari Malang sangat tinggi.  Hampir setiap pagi dan sore hari, lalulintas di Lawang - Singosari (sebelah utara Malang), Kepanjen – Pakisaji (Selatan), Batu (Barat) sangat padat.  Solusi komprehensif jangka pendek tentang hal ini belum ada titik temu.  Akibatnya kota Malang seolah menjadi penuh sesak, ditambah dengan menjamurnya tujuan wisata di kota Malang dan Batu.  Wacana membuat jalan bypass masih wacana, yakni jalan Tol Malang – Pandaan, jalur Malang barat Wagir – Batu, atau jalur Lawang – Batu.

Karena itu, siapa saja yang akan melewati kota Malang atau Batu perlu membaca ritme lalu lintas secara tepat.  Di hari libur, jam-jam macet masuk ke kota Malang dan Batu, yakni pagi hari (antara jam 7.00 – 10.00), oleh masuknya pengunjung dari luar kota.  Sementara, jam-jam macet ke luar kota Malang dan Batu sekitar jam 15.00 hingga 20.00, karena pengunjung kembali ke kota asal.  Kemacetan itu, dapat memanjang hingga Purwosari - Pandaan (arah utara), ke Pujon – Ngantang (Barat) atau ke Kepanjen (Selatan).

 Bagaimana dengan lalu lintas yang numpang lewat kota Malang dan Batu, misalnya pengangkut bahan pokok dari Kepanjen ke Pasuruan, Jombang ke Kepanjen, atau Surabaya ke Blitar dan sebaliknya. Ini juga yang menambah pelik. Bila tidak ada jalan keluar, pengguna jalan harus sabar dan ikhlas menerima kondisi macet itu.  Sebuah truk besar bisa jadi perlu 2 jam untuk masuk hingga keluar kota Malang (sepanjang sekitar 15 km), sementara saat lancar perlu sekitar setengah jam saja.

jalur Ngantang Wlingi (koleksi pribadi)
jalur Ngantang Wlingi (koleksi pribadi)
Salah satu jalan alternatif menghindar masuk kota Malang adalah jalur Ngantang – Wlingi.  Jalan ini memang “jauh” menghindar dari kota Malang, namun cukup efektif dan efisien bagi pengguna dari dari Malang/Pasuruan/Batu/Lawang ke Blitar, Blitar – Surabaya, Kepanjen – Ngantang/Batu/Jombang, dan sebaliknya.

jembatan Ngantang Wlingi (koleksi pribadi)
jembatan Ngantang Wlingi (koleksi pribadi)
Jalur Ngantang – Wlingi memang berukuran relatif sempit (sekitar 4 – 5 m) berliku, berbukit, berkelok, naik dan turun; sama dengan jalan di Pujon – Ngantang.  Jalanan beraspal lumayan bagus,  ini hanya cocok untuk mobil kecil, dan bukan untuk bis besar.  Saya terbiasa menggunakan jalan ini untuk tujuan ke Blitar dari Malang dan sebaliknya.    

20161212-092900-584ed783c122bdd315dfb441.jpg
20161212-092900-584ed783c122bdd315dfb441.jpg
Perkebunan Teh Bantaran PTPN XII (koleksi pribadi)
Perkebunan Teh Bantaran PTPN XII (koleksi pribadi)
Jalan Wlingi – Ngantang sangat nyaman dinikmati.  Disini vegetasi di tepi jalan masih rindang.  Wilayah ini berada pada ketinggian berkisar 450 – 870 m di atas permukaan laut.    Pemandangan alam meliputi lembah, perbukitan, gunung Kawi dan Kelud, hambaran sawah dangan terasnya, kebun, sungai dengan airnya yang jernih, serta kebun teh Bantaran (milik PTPN XII).

 Anda yang suka mengemudi, jalankan kendaraan dengan santai.  Ajak keluarga melihat pemandangan sekitar.  Jalanan yang berkelok dan naik turun sepanjang sekitar 25 km itu memberi sensasi dan pandangan yang menakjubkan.  Banyak tempat wisata yang perlu dikunjungi, misalnya waduk Nyunyur (Desa Nyunyur), wisata kebun kopi (PT Kismo Handayani) dan teh (PTPN XII), telaga Rambut Monte (desa Krisik), Bendungan Selorejo (Perum Jasa Tirta) atau rafting.

hamparan sawah di Ngantang - Wlingi (koleksi pribadi)
hamparan sawah di Ngantang - Wlingi (koleksi pribadi)
Saat masih mahasiswa di tahun delapan puluhan, saya suka melewati jalan ini sambil menghirup udara dan merasakan dinginnya alam.  Saat itu belum banyak rumah di tepi jalan.  Tempat yang berkesan adalah jalan dimana tepat di antara gunung Kawi dan Kelud, yang membentuk panorama dan bentang alam yang indah.  Kini kondisinya sudah berbeda, suasananya lebih terbuka dan terang, tutupan vegetasi sudah berkurang. 

Terasa benar wilayah ini sudah berkembang dan maju.  Rumah penduduk yang cukup bagus dan permanen berjajar di tepi jalan, dan beberapa menjalankan usaha toko atau warung makan.   Di sekitar pemukiman tersedia lampu penerangan untuk membantu pengguna jalan.  Namun di tempat yang jauh dari pemukiman, penerangannya terbatas, sehingga mengesankan suasana sepi seperti di hutan atau kebun. 

Kondisi jalanan di beberapa tempat tidak mulus, karena aliran permukaan saat hujan.  Bila jalur Ngantang – Wlingi ini diperbaiki, diperlebar atau dibuat nyaman, akan lebih banyak kendaraan masuk lewat jalan ini.  Fungsinya sebagai jalan alternatif menjadi lebih optimal untuk mengatasi kemacetan atau kepadatan lalulintas di sekitar Malang dan Batu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun