Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menjadi Manusia Akun

20 Juli 2015   20:43 Diperbarui: 20 Juli 2015   20:51 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="http://cdn.instructables.com/"][/caption]

 

Seorang dosen sedang mengerjakan aplikasi naskah di suatu jurnal melalui website.  Aplikasi web itu meminta dosen mengisi alamat email, untuk mengirim username dan password, yang menjadi akun mekanisme aplikasi naskah pada jurnal tersebut.  Proses berikutnya kemudian dilalui sebagaimana mestinya.  Aplikasi tersebut juga memberi menu-menu untuk proses revisi naskah, atau interaksi lainnya.

Itu adalah akun kesekian kali yang dimiliki dosen tersebut.  Ia sendiri lupa pasti jumlahnya akun-akun yang dimiliki.  Akun telah menjadi kebiasaan kehidupan dosen tersebut dalam menjalankan tugas-tugasnya yang lain. Kini, ia memegang empat akun media sosial, tiga akun email, tiga akun aplikasi jurnal, tiga akun komunitas profesional, empat akun aplikasi tugas harian di kantornya, dan empat akun blogsite atau website.  Ia masih punya akun untuk aplikasi ensiklopedia, akses buku, serta akun-akun yang sudah ia lupakan.  Akun-akun itu dijalankan tidak setiap hari, tetapi sesuai kebutuhannya, khususnya dalam membangun komunikasi akademik atau kemanfaatan secara umum.

Ternyata si dosen tersebut tidak sendirian.  Kawan-kawan seprofesinya juga punya akun-akun yang kurang lebih sama banyaknya.  Ia memang sangat intensif berkomunikasi dengan kawan-kawannya melalui media sosial atau email untuk menjalankan tugasnya.  Ia masih juga ‘nyambung’ dengan teman-teman sekolah “kuliah”, SMA, SMP, atau SD melalui media Facebook, LINE atau WA.

Tentu saja tidak hanya profesi dosen yang menjadi “manusia akun”.  Hampir semua profesi yang memiliki sistem informasi manajemen (SIM), memiliki akun sesuai dengan ororitasnya.  Dari akun itu, mutu kinerja seseorang terukur dan menunjukkan keprofesionalannya.  Jasa-jasa rumah sakit, perbankan, pendidikan, asuransi, ekspedisi, airline, transportasi, hotel, media atau pers, umumnya menggunakan SIM atau enterprise resource program, untuk mendukung sistem produksi atau jasa.  Sekolah tertentu juga memberikan akun kepada siswanya untuk mengakses perpustakaan.  Sementara umumnya mahasiswa sudah memiliki akun untuk masuk ke SIM akademik kampusnya.  

[caption caption="http://blog.alertsec.com/"]

[/caption]Menjadi ‘manusia akun’, itulah fakta yang harus dijalani setiap orang di jaman sekarang.  Orangtua, remaja, atau anak-anak; berprofesi pejabat, aparat, maupun rakyat; majikan, tuan atau karyawan; mahasiswa atau siswa; di kota, pinggiran maupun desa, semuanya memiliki dan menggunakan akun.  Bila dipikirkan, predikat ‘manusia akun’ seolah mengkerdilkan harkat atau martabat manusia.  Manusia seolah menjadi alat dari seperangkat kebutuhan kehidupan.  Harus diakui, teknologi telah menjadi kebutuhan hidup.  Namun hal tersebut harus dilihat dari sisi positif, untuk kemaslahatan dan kemanfaatan.  Teknologi komputer atau gadget memudahkan manusia masuk ke jendela pengetahuan apapun.  Itu semua perlu menggunakan akun untuk bisa masuk ke dalamnya.

Teknologi android telah membantu, memudahkan, mempercepat, dan mendekatkan kebutuhan-kebutuhan manusia sebagai individu, sosial, atau kolektif.  Beraneka ilmu pengetahuan, seni dan teknologi tersedia di gadget, dan siap dimanfaatkan secara positif oleh penggunanya.  Teknologi GPS memudahkan para traveler.  Gadget merekam video, audio dan gambar untuk dokumentasi suatu momentum.  Aplikasi Quran dan  hadist siap membantu seseorang melakukan kajian agama.  Tetangga penulis yang cukup sepuh, yang ustadz juga doktor, kini pakai gadget kalau berceramah.  Hemm..hm ..luar biasa.  Justru menjadi aneh, di jaman sekarang ini, masih ada orang yang gaptek terhadap gadget atau IT.  “Hare gene gaptek WA” he..he. 

Menjadi manusia akun tidak perlu terlalu dirisaukan, tidak perlu ditakutkan, atau disalah artikan.  Nikmati saja manfaat positifnya.  Manfaat itu baru kelihatan bila kita sudah masuk di dalamnya.  Pengetahuan dan berbagai peluang untuk maju itu ada di dalam akun.  Menjadi manusia akun mirip dengan kehidupan seorang penulis atau penyuka menulis.  Kalau takut, .. ya tidak ada produksi tulisan.  Kalau beralasan atau cari-cari alasan, ..itu bid’ah atau sejenisnya,.. maka itu sama dengan keluhan.. hare gene kok jualan keluhan,... nggak laku eeuuii.

Penggunaan akun memelukan sikap yang bijak, amanah dan kehati-hatian.  Gunakan akun sesuai kebutuhan, manfaatkan dengan optimal jangan berlebihan.  Akun memang penting, namun tidak lebih penting dibanding niat, motivasi dan tujuan hidup manusia.  Penggunaan akun dalam kerangka menjalankan amanah kehidupan, menyampaikan hal-hal positif (dakwah) dan kemaslahatan umat.  Manusia tetap wajib mendekatkan diri dan ibadah kepada Allah.  Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya'budun.

Melalui akun kompasiana, tulisan ini dapat tersampaikan kepada pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun