Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Akankah Terus Mengejutkan

22 Oktober 2014   05:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:11 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (sumber http://data.tribunnews.com/)

[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Presiden Joko Widodo (sumber http://data.tribunnews.com/)"][/caption] Kita tentu terkejut dan senang dengan langkah Jokowi menemui elit parpol koalisi merah putih (KMP), yang membuat suasana menjadi sejuk.  Sebelumnya fenomena blusukan, RAPOPO, ORA MIKIR, hingga kemenangannya dalam Pilpres adalah sudah pasti mengejutkan.     Hingga disitu, paling tidak pandangan penulis, Jokowi mampu menembus batas pemikiran banyak orang.  Banyak orang masih menggunakan cara berpikir lama, emosi, atau menyalahkan orang lain.  Itu semua mampu diurai secara jernih oleh respon Jokowi. Ia bisa melepaskan diri dari atribut gengsi, kosmetik harga diri, sok alim, jaim dan atribut topeng dunia lainnya. Jokowi dengan kerendahan hati, kejujuran, dan keikhlasan lebih mementingkan substansi, langsung ke persoalan, dan selesai.   Lihatlah, Jokowi dengan jujur menyatakan ia tidak punya rumah di Jakarta, sehingga ia ijin numpang dulu di rumah dinas Gubernur DKI sambil menunggu boyongan ke Istana.

Hingga pelantikan sebagai presiden kemarin (20/10), fenomena Jokowi terus mengejutkan semua pihak.  Dalam pidato pelantikan Jokowi, ada setidaknya dua hal yang mengejutkan, yakni menyebut Prabowo sebagai sahabat, dan menyebut nama (pertama) nelayan, buruh, ... dan kalangan profesional.  Menyebut Prabowo sebagai sahabat di dalam  MPR plus forum dunia itu, tentu suatu apresiasi yang nyata untuk menghormati kenegarawanan Prabowo.  Dan Prabowo pantas menerima itu.  Menyebut nama nelayan, buruh, petani di depan, juga mengejutkan, karena jenis profesi ini kurang biasa diutamakan dalam forum resmi kenegaraan.  Padahal mereka itu adalah komponen besar bangsa ini.

Usai dilantik, kita terkejut dangan respon masyarakat yang menyambutnya.  Dimana-mana ada syukuran pesta rakyat, semua bergembira menyambut hadirnya pemimpin baru.  Panggung rakyat di Monas pun terkaget-kaget, bagaimana Jokowi berlarian di atas panggung menyapa rakyatnya.  Awas pak Jokowi! Mungkin begitu yang ada di benak pengawalnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Jokowi di panggung pesta rakyat Monas (sumber http://data.tribunnews.com)"]

[/caption] Kini Jokowi secara resmi sudah menjabat Presiden, didampingi JK sebagai wapres.  Kita sedang menunggu keterkejutan berikutnya.  Apa itu? Tentu susunan kabinet.  Mengapa, karena rumor susunan kabinet juga sudah beredar.  Kita tunggu saja, apakah akan mengejutkan?

Website majalah Time (http://time.com/3523168/indonesia-jokowi-inauguration-president/) menyajikan problem yang dihadapi Jokowi ke depan.  Dan ini adalah kehidupan nyata selama lima tahun ke depan yang mungkin menjadi kendala.

Pertama, posisi KMP di DPR sangat kuat.  KMP berpotensi mengganggu program-program pemerintahan Jokowi.  KMP akan lebay mencari-cari kesalahan terhadap jalannya pemerintahan, termasuk melemahkan kelembagaan negara yang mengawasi DPR.  KMP ingin DPR imun dari KPK atau kontrol kekuasaan lainnya.

Kedua, pertumbuhan ekonomi.  Jokowi  menjanjikan pertumbuhan rata-rata 7 persen per tahun.  Harapan ini sesungguhnya cukup berat karena pencapain seleblumnya paling tinggi hanya sekitar 6.5 persen.   Jokowi tentu ingin membangun jalur logistik yang lebih efisien dan produktif sebagai  negara kepulauan terbesar di dunia, juga sekaligus pusat transportasi global. Bila jalur itu terbangun, maka pembangunan wilayah akan tumbuh dan berjalan, produksi ekonomi nasional akan meningkat.

Ketiga, ekstremisme agama.  Sekalipun aksi terorisme menunjukkan penurunan, namun masih ada kelompok radikal berbasis agama, yang menginginkan penerapan kehidupan syariat agama; dengan atau tanpa dalih HAM.  Kelompok atau organisasi ini bergerak secara legal maupun ilegal bertindak di luar wewenang hukum.

Keempat birokrasi yang lamban.  Jokowi besar dari latar belakang pengusaha.  Ia tahu bagaimana peran pengusaha dan birokrasi menjalankan fungsinya dengan baik.  Ia sukses memimpin  Solo atau Jakarta karena menerapkan tata kelola yang bersih, berorientasi melayani, transparan dan bebas korupsi.    Ia ingin mengubah birokrasi bermental pelayan.  Birokrasi yang smart, canggih, dan cepat dalam melayani.

Sebagai penutup, jiwa petarung  Jokowi, Insya Allah, akan dapat menghadapi permasalahan tersebut.  Ia pasti punya siasat dan senjata solusi yang mengejutkan.

Lembah Panderman, Malang, 21 Oktober 2014

Tulisan terkait

  1. http://sosok.kompasiana.com/2013/09/28/kepemimpinan-insinyur-jokowi--596002.html
  2. http://politik.kompasiana.com/2014/10/19/menyambut-indonesia-tersenyum--681292.html
  3. http://sosbud.kompasiana.com/2014/08/06/ayo-kerja-tinggalkan-urusan-pilpres-667444.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun