Dalam persiapan menghadapi kemungkinan perang dengan China, Korps Marinir Amerika Serikat (AS) mulai mengadopsi strategi yang tidak biasa: meniru taktik yang digunakan oleh kartel narkoba di Amerika Latin. Taktik ini berkembang pada awal 2000-an ketika kartel mulai membangun kapal semi-submersible untuk menyelundupkan narkoba ke AS. Kapal-kapal ini, yang sebagian besar berada di bawah permukaan air, dirancang untuk menghindari deteksi oleh petugas keamanan.
Kini, inspirasi tersebut diambil oleh Korps Marinir untuk misi penting mereka: menyuplai pos-pos pulau terpencil selama kemungkinan konflik dengan China, terutama di kawasan yang diperebutkan seperti Taiwan.
Inovasi Kapal Semi-Submersible
Laboratorium Perang Korps Marinir telah memulai uji coba kapal semi-submersible otonom berukuran 55 kaki, yang disebut Autonomous Low-Profile Vessel (ALPV), di lepas pantai California. Brigadir Jenderal Simon Doran mengakui, "Kebenarannya, ini hanya sebuah narco-boat. Kami mencuri ide dari teman-teman di selatan." Kapal ini dirancang untuk menempuh jarak ribuan mil, memungkinkan peluncuran dari Hawaii hingga jalur pulau pertama yang membentang antara Jepang dan Filipina.
Transformasi Korps Marinir ini bertujuan mengubah mereka menjadi kekuatan maritim yang lebih mobile dan berfokus pada penggunaan pulau-pulau sebagai basis serangan melawan kekuatan China.
Tantangan Operasional
Salah satu tantangan terbesar dalam penggunaan ALPV adalah keselamatan. Pengoperasi yang berada jauh di seberang dunia harus dapat merencanakan jalur kapal yang menghindari lalu lintas pelayaran yang padat. Doran menegaskan, "Kapal ini tidak boleh berkonflik dengan perdagangan dan hal-hal lain di luar sana."
Pengoperasian kapal ini dirancang sederhana, dan untuk percobaan awal, Marinir melatih seorang koki untuk mengendalikan kapal melalui satelit. Doran membandingkan sistem operasinya dengan aplikasi smartphone.
Antusiasme dan Masa Depan
Percobaan awal menunjukkan hasil yang menjanjikan, dan antusiasme di kalangan Marinir terus meningkat. "Mereka menginginkannya sejak kemarin," kata Doran mengenai kapal semi-submersible ini. Banyak kapal lain yang diandalkan untuk misi suplai pulau mengalami masalah pengembangan dan ketidakandalan.
Sementara itu, Korps Marinir juga sedang berkolaborasi dengan Angkatan Laut untuk mengembangkan kelas kapal pendaratan kecil yang tidak mencolok. Namun, pembangunan kapal ini tertunda dua tahun dan diharapkan baru akan selesai pada 2025.