iPhone 16: Gagal Total Karena "Kecerdasan" Apple?Â
Sudah saatnya kita bicara jujur---produk terbaru Apple, iPhone 16, sepertinya sedang berada di ujung tanduk kegagalan. Begitu pre-order dibuka, respon yang diharapkan meledak justru merosot tajam. Dalam 15 menit setelah peluncuran, skeptisisme mulai muncul di kalangan penggemar teknologi, dengan banyak yang mulai berani menyebut iPhone 16 sebagai "kegagalan abadi." Rasanya seperti dj vu dengan nasib Vision Pro, yang bahkan sebelum rilisnya sudah mengalami pemotongan produksi besar-besaran. Kali ini, apakah Apple benar-benar melangkah terlalu jauh?Â
Penurunan Penjualan iPhone 16 yang MengejutkanÂ
Menurut analis terkenal, Ming-Chi Kuo, penjualan iPhone 16 Pro dan iPhone 16 Pro Max mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan pendahulunya, iPhone 15 Pro. Dalam akhir pekan pertama pre-order, angka penjualan iPhone 16 mencapai sekitar 37 juta unit---turun hampir 13 persen dari penjualan seri iPhone 15 tahun lalu. Meskipun model standar dan iPhone 16 Plus mengalami peningkatan penjualan, dampaknya terhadap total pengiriman iPhone tetap minim.Â
Apa yang Salah?Â
Banyak yang menyebut akar masalah ini ada pada teknologi AI yang ditanamkan dalam iPhone 16. Apalagi dikatakan bahwa embedded AI Apple ini tampaknya masih belum canggih dan sempurna seperti dikatakan Apple, atau sifatnya sementara dulu, karena masih belum sempurna kata Apple. Ini gegabah dan terlalu ambisius dengan konsep "Apple Intelligence," yang membawa fitur-fitur seperti Genmoji dan Image Playground. Sayangnya, dua fitur ini tidak akan tersedia hingga iOS 18.2, yang entah kapan akan tiba. Ironisnya, banyak pengguna bahkan tidak merasa teknologi AI ini benar-benar relevan dengan kebutuhan sehari-hari mereka.Â
Kritik Terhadap Kecerdasan BuatanÂ
Sejak awal, banyak yang skeptis dengan hype AI. Bak seperti lelucon lama tentang makanan yang tak enak dan porsi yang kecil, teknologi AI ini dianggap "kurang dimengerti, alih alih diminati dan dianggap kurang relevan dalam waktu dekat." Apple berupaya membuat AI sebagai daya tarik utama, tetapi sebagian besar pengguna merasa bahwa AI dalam bentuk dan kompleksitasnya saat ini lebih membingungkan, apalagi mengutamakan kepentingan perusahaan teknologi ketimbang kebutuhan nyata konsumen. Misalnya berusaha belajar tentang individu konsumennya yang bisa disalah gunakan untuk kepentingan komersial lainnya, seperti target iklan dan sodoran kebutuhan berdasarkan pola pembelian dan pola urgensi.
Mengapa Pengguna Tidak Tertarik?Â
Mungkin, ini adalah reaksi alami terhadap tren yang terasa belum sepenuhnya dimengerti maupun sepenuhnya dipercayai berguna untuk masing masing individu dan kesannya dipaksakan. Kegunaan features dan kepercayaan ini penting sebagai urgensi supaya orang bisa merasa terburu-buru menguber produk ini walaupun harus mengeluarkan $1.000. Lain halnya kalau hanya untuk mendapatkan fitur yang tidak mereka butuhkan, apalagi ketika fitur seperti Genmoji terdengar lebih seperti mainan futuristik yang tidak begitu fungsional. Di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan siklus hidup perangkat yang lebih panjang, konsumen kini lebih selektif dalam memilih produk teknologi.Â
PenutupÂ