Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Debat Capres AS Barusan Mematikan Ego Trump

11 September 2024   21:59 Diperbarui: 11 September 2024   21:59 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trump angry side/pngegg.com

Isu hak-hak perempuan menjadi fokus utama yang menarik perhatian pemilih perempuan, yang oleh Harris disebut sebagai pilar moral demokrasi. Di sisi lain, Trump, yang terjebak dalam konsumsi teori konspirasi setiap hari, tampak tidak mengerti bahwa pemilih perempuan lebih tertarik pada perlindungan hak-hak mereka dibandingkan retorika yang tidak rasional. 

Dalam momen lain yang tak terlupakan, moderator memeriksa fakta lebih dari tiga kali terkait aborsi, teori konspirasi tentang makan anjing, dan pemilu curang, yang semuanya mempermalukan Trump. Ini jelas menunjukkan betapa teori konspirasi yang digembar-gemborkan Trump tak mampu bertahan dari pemeriksaan fakta sederhana. 

Harris dengan tegas menyebut Trump sebagai peninggalan sejarah buruk Amerika, sebuah relik dari masa lalu yang ketinggalan zaman. Serangan Trump terhadap kelompok marginal, termasuk insiden "Central Park 5," menunjukkan bagaimana rasisme mendasar Trump terungkap secara terang-terangan. 

Di akhir debat, Harris dengan percaya diri mengajak pemilih untuk membayangkan hadir dalam kampanye aneh dan pergi karena tidak tahan mendengar ocehan tidak rasional, inilah saatnya menimbang masa depan yang lebih baik, sedangkan Trump terjebak dalam nostalgia akan "kejayaan khayalan" masa lalunya yang berhasil merusak sosial ekonomi AS.

Diluar perdebatan ternyata ada partisipasi dari Taylor Swift yang mengatakan bahwa dia telah mendukung Kamala Harris karena kekhawatiran akan kekacauan demokrasi di bawah Trump dan juga menunjukkan foto cantiknya bersama kucing kesayangannya dalam usaha mengolok olok Cawapres JD Vance yang mengkampanyekan isu identitas Kekristenan yang keliru atau dipelesetkan bahwa wanita harus selalu berada dirumah membuat anak dan jangan menjadi "Childless Cat Lady", balum jutaan pecinta kucing menjadi musuh barunya Trump.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun