Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elon Musk & Pavel Tak Pedulikan Norma, Etika, dan Aturan

31 Agustus 2024   20:46 Diperbarui: 31 Agustus 2024   23:21 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iwan AI/Pavel Durov & Elon Musk/detikcom

Bagaimana Ego dari Elon Musk dan Pavel Durov Tak Mempeduli semua Norma, Etika dan Aturan

Pendekatan Elon Musk terhadap kepatuhan terhadap peraturan lokal dan norma-norma keadilan dan demokrasi masyarakat semakin mendapat sorotan, walaupun selalu mengkampanyekan Free Speech (versi egois) terutama dalam kasus Brasil, di mana platform media sosial miliknya, X (sebelumnya Twitter), diperintahkan untuk ditutup oleh Mahkamah Agung Brasil kemarin sore 30/8/2024. 

Keputusan pengadilan ini, yang dikeluarkan oleh Hakim Alexandre de Moraes, merupakan konsekuensi langsung dari kegagalan Musk untuk menunjuk perwakilan hukum lokal untuk X di Brasil, sebuah pelanggaran yang jelas terhadap persyaratan hukum negara tersebut bagi perusahaan asing yang beroperasi di dalam wilayahnya. 

Ini kejadian berantainya baru saja dimulai oleh Perancis yang menangkap Pavel Durov pemilik platform Telegram di Paris pada minggu lalu. Kasus yang dialami Pavel adalah keterlibatannya dalam memberikan platform untuk melakukan perdagangan narkoba dan penyebaran media pornografi pelecehan anak anak.

Pembangkangan Musk terhadap hukum Brasil bukanlah insiden yang terisolasi, melainkan bagian dari pola perilaku yang lebih luas yang menimbulkan pertanyaan tentang komitmennya untuk menghormati kerangka hukum dan etika masyarakat di mana bisnisnya beroperasi. Tanggapan publiknya terhadap perintah pengadilan, di mana ia menyebut Hakim de Moraes sebagai "diktator jahat" dan menuduhnya mencoba "menghancurkan demokrasi di Brasil," menunjukkan kurangnya rasa hormat yang mengkhawatirkan terhadap hukum dan institusi demokrasi.

Kontroversi ini semakin diperburuk oleh afiliasi politik Musk yang condong ke kanan, yang telah mempengaruhi keputusannya di X, terutama terkait moderasi konten dan disinformasi. Sejak mengakuisisi platform ini, Musk telah memposisikan dirinya sebagai "absolutis kebebasan berbicara," namun tindakannya---seperti memulihkan akun-akun yang sebelumnya diblokir karena menyebarkan disinformasi---mengindikasikan interpretasi kebebasan berbicara yang selektif yang sesuai dengan bias politiknya.

Situasi di Brasil menyoroti implikasi yang lebih luas dari pendekatan Musk. Dengan tidak mematuhi peraturan lokal dan menyerang keputusan yudisial, Musk merusak prinsip-prinsip hukum dan ketertiban yang sangat penting bagi berfungsinya masyarakat demokratis mana pun. Tindakannya tidak hanya membahayakan kelangsungan operasional bisnisnya di wilayah seperti Brasil, tetapi juga mengancam integritas ekosistem informasi, seperti yang terlihat dari penyebaran disinformasi dan manipulasi narasi politik di X.

Lebih jauh, ketidakpatuhan Musk terhadap lingkungan regulasi di Brasil memiliki konsekuensi nyata. Penutupan X memengaruhi lebih dari 22 juta pengguna di negara tersebut yang bergantung pada platform ini untuk komunikasi dan informasi. Gangguan ini sangat mengkhawatirkan di negara yang media sosialnya memainkan peran penting dalam wacana publik dan keterlibatan politik.

Selain masalah yang melibatkan X, perusahaan internet satelit milik Musk, Starlink, juga mendapat sorotan hukum di Brasil. Operasi keuangan perusahaan tersebut dibekukan oleh perintah Hakim de Moraes, menambah lapisan kompleksitas lain pada tantangan yang dihadapi Musk di negara ini. Pertarungan hukum ini menggambarkan pola ketidakpatuhan dan resistensi terhadap otoritas lokal yang lebih luas, yang semakin merusak kredibilitas Musk dan menimbulkan pertanyaan tentang komitmennya terhadap praktik bisnis yang etis.

Penanganan Musk terhadap situasi-situasi ini mencerminkan tren yang lebih luas dalam gaya kepemimpinannya---satu gaya yang mengutamakan visi dan kepentingan pribadinya di atas standar hukum dan etika masyarakat tempat dia beroperasi. 

Pendekatan ini tidak hanya menjauhkan otoritas lokal dan komunitas, tetapi juga merusak keberlanjutan jangka panjang bisnisnya. Seiring Musk terus memperluas pengaruh globalnya, kemampuannya untuk menavigasi dan menghormati peraturan lokal serta norma-norma masyarakat akan menjadi sangat penting bagi kesuksesannya. Tanpa adanya perubahan arah, Musk berisiko semakin menjauhkan pasar dan pemangku kepentingan utama, yang pada akhirnya mengancam masa depan usaha-usahanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun