Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puteri St. Claudia Penjaga Iman dan Ketahanan Umat

10 Agustus 2024   06:08 Diperbarui: 10 Agustus 2024   06:30 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Youtube.com:/Shalon Cason

St. Claudia dari Roma: Puteri Penjaga Iman dan Ketahanan Umat 

Santa Claudia dari Roma, sering diidentifikasi dengan Claudia yang disebutkan dalam 2 Timotius 4:21, adalah sosok penting dalam Kekristenan awal. Lahir sebagai putri Raja Caractacus dari Inggris, dia ditawan dan dibawa ke Roma setelah ayahnya melawan otoritas Romawi. 

Di Roma, kehidupan Claudia berubah secara drastis ketika dia menemukan ajaran Kristus yang cocok dengan perlawanan pada keduniawian Romawi, yang membuatnya langsung memeluk Kekristenan dengan pengabdian yang tak tergoyahkan. Meskipun menjadi Kristen pada masa penganiayaan hebat di bawah Kaisar Nero sangat berbahaya, iman Claudia menjadi landasan hidupnya.

Menikah dengan Pudens, seorang senator Romawi, status bangsawan Claudia memungkinkannya menciptakan tempat perlindungan bagi sesama orang yang percaya pada Yesus di rumahnya. Pada saat ketika orang Kristen masih menjadi minoritas, seperti yang dialami semua kelompok minoritas, yaitu sering dijadikan kambing hitam, diskriminasi dan puncaknya mengalami penganiayaan brutal pada zaman kaisar Nero. Oleh karena itu, Claudia dan Pudens membuka pintu istana mereka bagi mereka yang membutuhkan, menyediakan tidak hanya tempat berlindung tetapi juga makanan dan rohani. 

Rumah mereka menjadi tempat berkumpul bagi komunitas Kristen awal di Roma, tempat aman di mana Ekaristi dirayakan, dan ajaran Kristus dibagikan. Tindakan keramahan ini bukan hanya isyarat kebaikan tetapi juga pernyataan berani tentang iman mereka dalam masyarakat yang memandang orang Kristen dengan kecurigaan dan permusuhan. Merekapun mempertaruhkan pangkat dan derajat demi iman.

Pengaruh Claudia melampaui rumah tangganya. Dia adalah ibu yang setia bagi dua putrinya, Santa Praxedes dan Santa Pudentiana, yang mengikuti jejaknya dan dikenal karena ketulusan iman mereka dan karya amal mereka. Bersama-sama, mereka meneruskan warisan Claudia tentang belas kasih dan iman yang tak tergoyahkan, memainkan peran penting dalam Gereja awal. 

Kehidupan Claudia dan dedikasi keluarganya terhadap Kekristenan pada masa-masa berbahaya tersebut menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang menghadapi ancaman penganiayaan karena keyakinan mereka. Jadi jangan heran kalau nama Claudia menjadi semakin banyak diberikan pada anak anak dengan harapan yang besar.

Penyebutan Claudia oleh Rasul Paulus dalam surat terakhirnya kepada Timotius (2 Timotius 4:21) yang jelas menempatkannya di antara orang-orang beriman yang mendukungnya selama penahanannya di Roma. Kata-kata Paulus, yang ditulis saat dia menunggu kemartirannya, mencerminkan rasa terima kasihnya yang mendalam bagi mereka yang mendukungnya dalam masa serba kesulitan memimpin umat dari penjara jeruji besi. Kehadiran Claudia di hari-hari terakhir Paulus adalah bukti iman teguhnya dan komitmennya terhadap komunitas Kristen awal. 

Betapa menakjubkannya pekerjaan para bangsawan ini dalam mengupayakan akses untuk semua surat St. Paulus dari dalam penjara, termasuk surat kedua kepada Timotius 4:21. "Usahakanlah datang sebelum musim dingin. Eubulus mengirim salam kepadamu, begitu juga Pudens, Linus, Claudia dan semua saudara seiman."

Makna kontekstual surat Paulus kepada Timotius diharapkan untuk mengambil tanggung jawab kepemimpinan yang signifikan, terutama dalam ketidakhadiran Paulus. Dalam surat ke 2 untuk  Timotius 4:21, Paulus mendesak Timotius untuk datang kepadanya sebelum musim dingin, yang menunjukkan permintaan Paulus untuk menghadirkan Timotius saat dia menghadapi akhir hidupnya. Untuk sementara, sampai Timotius bisa bergabung dengan Paulus, dia bertanggung jawab untuk melanjutkan pelayanan dan kepemimpinan yang telah didirikan Paulus di Roma.

Surat kedua Paulus kepada Timotius pada dasarnya adalah "penyerahan tongkat estafet." Paulus tahu waktunya sudah dekat, dan dia mempercayakan Timotius dengan tugas melanjutkan pekerjaan menyebarkan Injil, mengajarkan doktrin yang benar, dan membimbing komunitas Kristen awal. Peran Timotius sangat penting, terutama karena Paulus berada di penjara dan tidak dapat memimpin secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun