Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jurnalis Produk Demokrasi Harakiri Dukung Anti Demokrasi

20 Juni 2024   00:43 Diperbarui: 21 Juni 2024   03:25 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
havefunwithhistory.org

Dari berbagai penjuru dunia, sekarang semua negara sedang mengalami era polarisasi sebagai konsekuensi jaman digital informasi. Informasi digunakan untuk kepentingan kampanye secara demokrasi maupun secara anti demokrasi. Kita semua sudah ikut serta dan menyaksikan betapa kita dibuat berjauhan, bermusuhan dan dibekali dendam kesumat kepada siapa saja termasuk anggota keluarga terdekat sendiri sekalipun. Penting dan perlukah semua ini? Maukah dan sadarkah kita akan bahaya polarisasi atau bahaya digital informasi yang dipakai untuk ‘devide et impera’ atau memecah belah kita. Walaupun ada informasi yang menguatkan dan menyebarkan kebenaran, kenyataan yang juga digunakan untuk menenggelamkan misinformasi yang digunakan untuk meremuk redamkan fakta kenyataan yang benar terjadi. Atau disinformasi yang sama sama meremukkan fakta kebenaran dengan informasi yang lebih membingungkan. Ketiganya ini telah berhasil membuat kita semua senang atau hobi bermusuhan secara terus menerus sesuai dengan arus informasi yang dibangun untuk semakin mengerucutkan permusuhan ini. Pada level yang fatal adalah negara sejak dulu senang atau hobi ini seperti negara Rusia, Amerika, China, Israel dan korbannya tidak harus di dalam negeri, bisa jadi di luar negri. Indonesia juga pernah mengalami ini sejak jaman devide et impera, jadi sejarah ketiga bentuk informasi telah memecah kita sejak dulu kala. Senangkah kita, mempelajari sejarah polarisasi hingga kekerasan, atau senangkah kita mempelajari persatuan. Banyak upacara kenegaraan di Amerika dari pemerintah federal sampai state level selalu saja mengulang ulang  the state of the union is “strong and getting stronger.” Mengapa selalu harus mengatakan ini secara rutin dan berulang ulang? Karena kebutuhan persatuan atau union yang utuh dan kuat. Mereka memiliki sejarah perpecahan polar yang kadang harus mengalami civil war. Malah juga di akhir pidato ditambahkan dengan ucapan God bless USA, hanya memohon berkah Tuhan untuk negara itu dengan mantab dan benar bermaksud memohon berkah persatuan union.

Semua informasi, disinformasi dan misinformasi itu ujungnya untuk menyatukan juga, seperti Rusia dan China yang mengutamakan disinformasi dan misinformasi untuk menggiring pendapat rakyatnya supaya bersatu. Walaupun secara akal sehat, ini sangat  aneh sekali. Jadi kedua negara ini mengutamakan propaganda tipu menipu untuk mempersatukan rakyatnya. Apapun yang terjadi mereka harus selalu digiring untuk bersatu dalam her society. Bukannya menghina, kalau Xi Jinping menyuruh rakyat China untuk lock down harus dipatuhi, termasuk menyuruh jangan membicarakan covid yang harus diam, demikian juga dengan Putin kalau memerintahkan rakyatnya untuk tidak menyatakan perang tetapi operasi khusus ya harus dipatuhi atau dipenjara. 

Mengapa informasi yang benar dan apa adanya berbahaya bagi Rusia dan China yang mengutamakan persatuan mendukung Putin dan Xi Jinping? Menurut para pemimpin tertinggi ini, karena semua misinformasi dan disinformasi dalam teori propaganda dipakai untuk menghilangkan keraguan akan kepemimpinan orang kuat atau kepemimpinan tertinggi. Ini perlu dicatat bahwa ini bukan menurut logika kita semua. Jadi laporan informasi dari Jurnalis harus mengikuti garis propaganda atau kalau tidak harus melarikan diri ke luar negeri dan menjadi jurnalis pelarian, yang selalu diburu sampai ketangkap dan di persekusi. Makanya baru baru ini ada kantor polisi China di New York dan Texas yang bertugas memonitor dan menangkap para pelarian itu. Juga semua pelarian Rusia biasanya mati keracunan zat nuklir novichok. Ini sebagai deteren supaya semua penduduknya patuh digiring dalam persatuan yang dipimpin orang kuat ini, kalau mau bebas dan lari pasti diburu dan pasti tertangkap akhirnya.Jadi propaganda dan kepatuhan pada informasi pemerintah adalah syarat utama dalam negara milik orang kuat ini sendiri, karena mereka semua harus percaya bahwa mereka adalah egomania dan megalomania dan termasuk segala macam maniak lainnya biar kuat dan perkasa. 

sketchbubble.com
sketchbubble.com

Nah yang lucu pilihan demokrasi itu hanya ada 2, demokrasi murni lawan anti demokrasi. Walaupun secara teoritis ini jelas jelas  anti demokrasi, tetapi mereka seolah olah telah melangsungkan pesta demokrasi, atau pura pura melakukan pemilu setiap periodenya. Karena memenangkan dalam pemilu walaupun hasil dari pemilu curang, maka sekalian digunakan untuk propaganda juga atau di spin. Spinning disini berarti diputar balik atau dipermainkan kata katanya, bahwa mereka telah melakukan pemilu secara ‘demokratis’ dan kata demokrasi ini menyebabkan mereka menjadi pemerintah yang legal yang secara sah telah dipilih oleh semua rakyatnya. Dan rakyat yang memberontak atau menyangsikan pemilu demokratis tadi pasti akan dipersangkakan dengan pasal pemberontakan melawan hasil pilihan rakyat mayoritas.

Dalam pertarungan politik yang sekarang ini dikelompokkan dalam partai demokrasi dan partai anti demokrasi dengan masing masing mengusung platform yang saling bermusuhan saling mencari perbedaan dan saling memisahkan diri dari kerangka persatuan suatu negara. Logika mereka bahwa perpecahan yang amat sangat kontras dan sangat berlainan akan mempermudah mengidentifikasi mana lawan dan mana kawan, bagaikan sepak bola, ada yang berkaos merah (Spanyol) ada yang satu tem dan pendukung penontonnya berkaos biru (Perancis). Menurut mereka bagaimana mungkin menang kalau kaosnya beda warna dalam satu team, termasuk semua antusiasme dan cara pandangnya selama ini juga berbeda. Lucunya model ini dipakai dalam politik hooliganisme yang kasar, kejam dan tidak berpikir dua kali untuk merusak apa saja.

Perlukah kita juga membuat tandingan untuk menandingi partai serba kacau yang anti demokrasi? Secara rasional perlu karena mereka adalah ekstrim sayap kanan sedangkan partai demokrasi adalah yang moderat. Terus logikanya dimana  partai sayap kiri? Partai yang super pro demokrasi yang tidak hanya ingin berdemokrasi tetapi juga ingin membalik dan mengubah semua pandangan dari semua orang yang ada di dalam partai anti demokrasi. Partai ini harusnya memfokuskan kerjanya hanya menangkal atau anti propaganda lebih detailnya hanya mengutamakan anti misinformasi dan anti disinformasi. Siapakah yang biasanya layak menduduki partai ini? Tentunya para jurnalis yang seolah oleh adalah anggota partai anti misinformasi dan anti disinformasi. Karena para jurnalis adalah pembela kebenaran dan berani mempertanggung jawabkan kebenaran berita atau hasil peliputan laporannya. Sayangnya mereka akan menghadapi pembaca dan audiens dari mereka yang anti demokrasi atau yang pasti akan dijauhi mereka, yang berakibat omzet turun. Memang omzet audiens akan turun, tetapi ini adalah pekerjaan yang mengandalkan kebebasan meliput berita, atau membuat editorial dan beranda opini lainnya. Konsekuensi kalau mengekor dan mendukung yang anti demokrasi, diproyeksikan nanti kalau partai anti demokrasi didukung dan menang, dapat dipastikan partai penguasa anti demokrasi ini akan segera memaksa jurnalis menuruti apa saja kemauan mereka. Maukah dan relakah mereka diatur atur dan diberi misi mendukung atau jadi PR pemerintah yang bathil? Jadi benarkah independensi pro demokrasi harus selalu siap ditegakkan setiap saat. Bahkan jangan sekalipun memberikan platform pada partai anti demokrasi, walau sedikitpun demi supaya kelihatannya suatu peliputan non biased, artinya memberi ruang untuk kegiatan non etis tipu menipu?  

Pertanyaannya mengapa harus terus selalu menegakkan demokrasi dan tidak memberikan kesempatan ruang bernafas bagi anti demokrasi? Secara rasional kalau masyarakat sadar, bahwa ada yang membela mereka mati matian untuk menegakkan hak asasi mereka, tentunya mereka akan ikut gerbong demokrasi dengan suka cita kegembiraan yang tiada tara. Inipun kalau didorong akan menelorkan partai ideal atau partai yang menjanjikan kebebasan demokrasi. Di atas kertas kelompok penggiat jurnalistik bisa mendapat jumlah voting yang tinggi, karena semua masyarakat mendapat sumber informasi dari wartawan, yang masih menjadi sang penguasa tunggal informasi mayoritas. Termasuk pembuat konten bisa diajak kolaborasi mebuat konten nyang bisa dipertanggung jawabkan. Pada platform yang terpercaya dan isinya dapat dipertanggungjawabkan, maka siapa saja akan menggunakan kepercayaan ini, tanpa ada kesangsian, dan ini juga harus dijaga. 

Mengapa tidak mengandalkan demokrasi pada partai yang katanya demokrasi? Karena di dalam demokrasi termaktub membadani perbedaan pendapat dan berkompromi dengan semua partai termasuk yang anti demokrasi. Bahkan sering kali mereka berkoalisi dan menampung ide dan gagasan anti demokrasi. Dalam persepsi mereka tentang sistem demokrasinya yang bebas dan membebaskan orang untuk berbeda dengan cara tipu menipu. Kelemahan partai moderat ini adalah  tidak semurni dan seekstrim partai anti demokrasi, makanya partai demokrasi ini biasanya sangat moderat dan serba menerima dukungan dalam koalisinya. Tentu ini menjadi tantangan karena tidak semua elemen masyarakat menyukai demokrasi yang biasa aja atau yang mereka sebut sebagai stable deep state. Mungkin karena kita ini sudah masuk ke dalam jaman disrupsi, jaman viral, jaman prank dan jaman yang serba menghebohkan, masyarakat minta yang luar biasa. Sayangnya permintaan disrupsi dan luar biasa tersebut gagal dipakai atau dimanfaatkan untuk membungkus keteraturan dan kestabilan yang luar biasa hebat. Semuanya pasti dapat dibuat PR-ship keluar biasaan dan serba kebaruan yang mengejutkan semua orang anggota partai dan calon anggota partai. Kuncinya adalah membuat propaganda atau promosi yang positif tentang capaian yang jelas mensejahterakan rakyat, yang jelas mengutamakan keadilan dan jelas terbukti berdiri ditengah tengah dalam membela semua hak kesetaraan minoritas. Semua hal luar biasa yang mengedepankan keteraturan dan penghormatan pada setiap anggota masyarakat, sebetulnya sudah cukup luar biasa. seperti hal kecil dalam memberikan hak mendapatkan pendidikan yang setara antara desa dan kota, hak akses ijin usaha yang sama, hak kue kemerdekaan yang sama, hak menikmati penghasilan negara yang sama. Ini semua kalau dilaksanakan menjadi luar biasa, setiap rakyat serasa sangat terhormat bagaikan hidup di Denmark atau Finlandia, mungkin inilah yang menyebabkan mereka adalah orang yang paling bahagia sedunia? Apa susahnya membuat partai yang cuma hanya berusaha copy and paste negara yang jelas rakyatnya semua bersahaja dan paling berbahagia di dunia? Kita sama sama manusia dengan mereka yang punya mata, telinga dan pikiran, dan mengapa kita harus tetap terus bersabar sampai kapan? Sudah dalam kampanye kita akan segera menjadi emas, malah sekarang balik ke besi rongsokan lagi, berarti ada yang salah yang jauh dari standar negara bahagia. Apa key performance kita yang jeblok dibanding metric yang dipunyai negara hebat sebagai standar? Apa saja yang kita menjadi substandard? Bisakah kita tingkatkan dengan cepat karena di dalam Key Performance Indicator sudah jelas apa yang jeblok dan harus dibetulkan per sektornya. 

Input sumber gambar: ned.org
Input sumber gambar: ned.org

Sekarang balik ke tema informasi yang diawal telah dijelaskan cara penggunaan kasar dan kejamnya. Semua sudah paham akan pesatnya penyebaran informasi digital memang turut berperan memperparah polarisasi politik. Platform media sosial, seperti Facebook dan Instagram, menggunakan algoritma yang kuat untuk mengirimkan konten kepada pengguna. Algoritma ini, meskipun efektif dalam membuat pengguna tetap terus terlibat, yang bekerja seperti candu informasi. Inilah yang sekarang sedang dikritik karena memperkuat informasi yang salah dalam konten ideologis, sehingga berkontribusi terhadap kesenjangan yang semakin besar dalam lanskap politik Dunia. Namun, mengatasi masalah ini tidak semudah mengubah perangkat lunak; hal ini membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas yang terlibat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun