Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Rudal Balistik Houthi Tega Menyasar Pelaut Indonesia

21 Mei 2024   06:13 Diperbarui: 26 Mei 2024   04:39 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapal perang Angkatan Laut AS di Timur Tengah menghadapi rudal balistik anti-kapal yang ditembakkan dari berbagai penjuru di sekitar Timur Tengah. Dengan dibantu Iran, Houthi mulai mempelajari dan menggunakan  rudal-rudal ini dalam mengganggu atau menyerang kapal kapal dagang di sekitar laut Merah, pada mulanya  di akhir tahun 2023.  Selain kapal dagang ada juga kapal sipil lainnya, yang di atasnya ada beberapa pelaut Indonesia. Kita semua mempunyai beberapa teman pelaut yang bekerja di kapal kapal berbendera luar negeri seperti Kabul, Cecep, Dadang dan Cok Putera. Tidak semuanya satu suku melainkan terdiri dari lintas suku, Jawa, Sunda, Batak, Bali dan lain sebagainya. Mengapa mereka adalah pekerja pelaut? Coba lihat sejarahnya, bahwa bangsa Indonesia mempunyai kakek dan nenek moyang pelaut yang berlayar sampai Tanzania tahun 1509. Belum berbagai pulau disekitar lautan Pasifik. Mereka sudah mengerti ilmu ilmu dasar kelautan, yang sekarang kurang dipelajari. Setahu kita bahwa tidak hanya pelaut saja tetapi juga ada yang memilih loncat kapal atau jump boat, yang artinya waktu istirahat disekitar pelabuhan Amerika mereka berubah pikiran dan memilih tidak kembali kekapal sesuai dengan kontraknya, melainkan tinggal di Amerika dan bekerja pada pemilik restoran yang berasal dari Indonesia. Ada pula yang bekerja pada restoran China. Mereka sangat pandai memasak dan melayani tamu layaknya melayani tamu di Cruise line. 

Mereka yang loncat kapal atau yang memilih jalur Cruise yang tidak melalui sekitar laut Arab akan selamat dari target Sipil suku Houthi.  Bukan berarti suku Houthi menarget orang Indonesia, tetapi ternyata suku Houthi yang juga terkenal sebagai pelaut nekat juga mengetahui bahwa kapal kapal dagang dan kapal sipil ini pasti berisi kebanyakan pekerja pelaut dari Indonesia dan Filipina, karena mereka juga pernah bersama sama. Di dalam permusuhan atau peperangan rupanya mengorbankan kawan atau lawan adalah hal biasa di Arab dan di Yaman yang sering terlibat perang antar suku antar keluarga, hanya karena adu mulut. Cek cok ini mirip sekali diikuti dengan saling bacok seperti yang terjadi di kampung kumuh di Jakarta atau di kampung carok Madura. Ini bukan karena mereka semua hobi saling bacok, tetapi tidak ada aturan hukum yang mereka percayai hadir ditengah mereka, bahkan merekapun tidak tahu bahwa ada hukum yang berlaku, atau tidak mau tahu dengan produk hukum ala orang Barat yang kehidupan bernegaranya sudah dimengerti sejak TK sampai akil balik. 

Yang lucu, mereka hidup ada di dalam rimba kekacauan hukum formal, norma ataupun etika yang oleh penguasa biasa dikacaukan dan dijungkir balikkan hanya demi memuaskan ambisi dan harta yang bisa mereka nikmati pada saat hukum, norma dan etika barat atau yang pro hak asasi yang baru saja dikenal puluhan tahun ini di kampung itu. Sehingga banyak yang memilih tidak menggunakan atau tidak peduli, dan memilih jalan kejahatan atau kekerasan yang sudah biasa menurut nenek moyang mereka yang suka jahil di jaman jahiliah sampai akhir akhir ini. Apakah ini merupakan PR bagi para ahli hukum untuk membuat hukum yang keep it simple and stupid dan tidak kedengaran ruwet dan kalang kabut?

Jadi salahkah kita menuduh separuh suku Houthi bersama angkatan bersenjatanya yang menyerang kapal kapal yang penuh dengan pelaut Indonesia dan Filipina, benar benar bermaksud menyerang anak bangsa kita? Rupanya tidak bisa di generalisir dan divonis demikian karena kompleksitas masalahnya. Mungkin kita sebaiknya bisa menanyakan mengapa Rizik Shihab yng juga senang berpura pura atau memang hobi menggelorakan peperangan agama, dia berasal dari Yaman tapi ngakunya keponakan raja Faisal katanya. Walaupun banyak sunan dan pemuka agama yang berasal juga dari Yemen karena dulunya juga pelaut yang senang perdamaian, makanya kita katakan sepruh suku Houthi adalah violence beserta para pemimpin dan angkatan bersenjatanya.

Anehnya mayoritas adalah Sunni tetapi menuruti petunjuk pasukan garda republik Iran yang Syiah, yang dengan sabar mengajari untuk membenci negara barat dan segala bentuk masyarakat sipil, karena tidak mendukung ajaran atau ide tata masyarakat menurut Khomeini. Rupanya suku Houthi yang sering serang dengan Arab Saudi selalu dibantu Iran sepenuhnya dalam persenjataan atau ahli persenjataan dari Iran. Setelah sekian tahun berperang melawan Saudi, mereka makin pandai mengoprek system senjata dan bom. Kepandaian ini rupanya diapresiasi oleh Iran sehingga tentara Garda Iran mencoba test run senjata dumb bomb mereka dengan sasaran Israel, rupanya reaksi terteror dunia positif. Mulailah mereka iseng iseng meneror target kapal sipil yang melewati laut di depan wilayah mereka.  Walaupun tingkat keberhasilannya minim, tetapi seluruh dunia menjadi gempar dan seketika mereka bisa menyumbang inflasi diseluruh dunia, karena banyak barng yang lama waktu pengirimannya dan banyak kapal yang menolak rute ini sehingga beberapa barang kebutuhan banyak yang menghilang atau tak terkirim. Mereka makin bersorak karena dunia dilanda inflasi, kekacauan terjadi, itulah makna kepuasan mengusili orang lain yang masih dipelihara sampai kini. Dan akibatnya para pelaut kita ikut menderita terserempet peluru, kecipratan bom dan pelayaran dibatalkan atau kepulangan mereka tertunda, karena harus mencari rute memutar arah.

Pembahasan bahwa makin jitu dan berbahayanya rudal Houthi oleh ahli ahli persenjataan dunia telah semakin membuat mereka bersemangat untuk membuat versi berbagai kreasi upgrade lainnya. Dan umumnya para ahli  berpendapat bahwa rudal Houthi "jauh lebih cepat" dari yang selama ini mereka hadapi, berikut adalah penjelasannya: 

Rudal balistik, termasuk yang digunakan oleh pasukan Houthi, umumnya lebih cepat daripada rudal biasa, seperti rudal jelajah, karena desain dan karakteristik penerbangannya. Berikut adalah alasan utamanya:

Propulsi dan Jalur Penerbangan:

  1. Rudal Balistik: Rudal ini didorong oleh roket pada fase awal penerbangannya, mendorong mereka dengan kecepatan sangat tinggi, sering kali mencapai beberapa kali kecepatan suara. Setelah fase pendakian berdaya, mereka mengikuti lintasan parabola, pada dasarnya meluncur melalui ruang angkasa dan kemudian turun menuju target dengan kecepatan sangat tinggi karena gravitasi.

  2. Rudal Jelajah: Rudal ini biasanya didorong sepanjang penerbangannya oleh mesin jet, mempertahankan kecepatan yang lebih rendah dan lebih konsisten, umumnya subsonik atau sedikit di atas kecepatan suara, untuk memungkinkan navigasi yang terkontrol dan mengikuti kontur medan.

Ketinggian dan Gravitasi:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
    Lihat Vox Pop Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun