Kabupaten Humbang Hasundutan yang sering disebut Humbahas atau Humbanghas. Acapkali lidah pejabat dari Pusat agak keseleo lidah menyebutkannya. Terletak di barisan Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera dengan iklim sejuk mendekati dingin. Kalau mengingat Humbahas maka ada yang mengingat dengan kuliner daging kudanya. Ada yang mengingat keindahan alam Lembah Bakkara, tempat kelahiran Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII. Ada juga yang mengingat konsesi hutan Eucalyptus milik PT.Toba Pulp Lestari (TPL). Konon katanya kemenyan yang banyak dtemui di konsesi PT.TPL itu dahulu dibawa Orang Majus dari Timur sebagai persembahan kepada Bayi Yesus. Â
Kabupaten penghasil Kopi Lintong yang terkenal di seantero dunia ini lahir dari Undang-Undang No.9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 25 Pebruari 2003. Kabupaten ini hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Ibukota Kabupaten ini, Doloksanggul hanya berjarak 60,6 KM dari ibukota kabupaten induk, Tarutung. Dengan waktu tempuh 1 jam 35 menit dengan berkendaraan mobil. Sedangkan jarak dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Medan- Doloksanggul 217,4 KM dengan waktu tempuh 5 jam 40 menit via Sidikalang memakai mobil. Kalau rute penerbangan Jakarta- Bandara Silangit langsung maka Doloksanggul ke ibukota Jakarta semakin dekat hanya 120 menit. Bandara Silangit itu berbatasan langsung dengan salah satu kecamatan yakni Paranginan. Jarak Bandara Silangit ke Doloksanggul hanya sepeminum teh. 30 menit saja!
Tiga kali seminggu ada PP pesawat Wings Air Jakarta-Bandara Silangit transit di Batam. Empat kali seminggu Medan-Bandara Silangit PPÂ memakai pesawat Susi Air.
Potensi Yang Dimiliki
Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki banyak potensi, salah satunya Kopi Lintong dengan luas panen 9.246 Ha dari luas wilayah 251.765,93 Ha dengan hasil produksi 6.461 ton (Humbahas Dalam Angka 2007) pertahun.. Di Kecamatan Lintongnihuta sentra penghasil kopi Lintong ini tidak sulit dijumpai pengusaha kopi berkewarganegaraan asing. Bahkan kalau kebun kopi ini dibuat jadi sasaran pariwasata masih sangat memungkinkan seperti yang dibuat oleh Gani Silaban, Jimmi Panjaitan yang mengajak wisatawan mancanegara dan lokal field trip ke kebun kopi untuk memetik kopi, menjemur kopi, menggiling lalu meminum kopi Lintong itu langsung di kebun kopi yang berada di punggung Bukit Barisan.
Potensi yang sedang hangat-hangatnya diminati sekarang oleh pengusaha adalah potensi air terjun yang dirubah menjadi listrik atau Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Ada 23 potensi, dimana ada 2 perusahaan sudah beroperasi, 3 perusahaan sedang melakukan konstruksi, 14 perusahaan pembebasan lahan dan 1 perusahaan melakukan studi kelayakan. Pengusaha yang berminat ada dari dalam negeri dan luar negeri seperi Singapura, Hongkong. Listrik yang dihasilkan dari kabupaten ini diharapkan memenuhi kebutuhan listrik Sumatera Utara yang minus.
Dengan penduduk 191.927 yang mayoritas petani masih banyak ditemukan lahan kosong yang cocok ditanami tanaman muda seperti cabe, kol, tomat, kentang, wortel, bawang daun, terong, buncis, ubi taiwan/ubi rambat, lobak. Hanya saja masih terkendala dengan modal, pupuk dan harga yang fluktuatif. Kalau sektor pertanian ini bisa dikembangkan dengan bagus apalagi dengan cara pertanian organik maka akan terbuka pasar ke Singapura yang meminati produk-produk pertanian organik. Saat ini saja ubi taiwan/ubi rambat dan lobak organik dari kabupaten ini menjadi sangat diminati oleh warga Jepang. Â Ubi dan lobak dikemas di pabrik pengolahannya di Kecamatan Paranginan oleh PT. Toba Agri Mandiri (TAM) selanjutnya dikirim ke Pelabuhan Belawan-Medan untuk diekspor ke Jepang memakai kontainer berpendingin.
Lahan kosong dengan padang rumput yang memiliki iklim sejuk juga cocok mengembangkan peternakan sapi, kerbau dan babi. Lihat saja saat ini di Kecamatan Pollung, sekelompok orang mantan dosen dan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat integrated farming system atau sistem pertanian tepadu. Dimana dihamparan ladang yang kosong, mereka memelihara kerbau dan babi. Sedangkan untuk pakan ternak itu, mereka menanam rumput gajah dan jagung .Kotoran ternak diolah menjadi biogas yang mampu menghidupkan lampu dan kompor untuk memasak. Kalau sistem pertanian ini ada di setiap desa dimana rakyat diorganisir mewujudkannya maka sejahteralah anak negeri disini. Ditingkat masyarakat potensi ini belum tergali, masih banyak kita temui laki-laki di desa di 10 kecamatan di Kabupaten Humbahas banyak menghabiskan waktu di warung kopi mengobrol ngalur-ngidul tak karuan, bermain dam batu, joker karo dan bermain catur.
Pertanyaannya bagaimana menggerakkan masyarakat dan merubah mentalnya untuk mau berubah?
Formatnya bisa saja melalui sistem koperasi serba usaha. Disini banyak ditemui koperasi simpan pinjam tetapi belum ada yang merambah ke sektor pertanian dan peternakan. Bisa juga dengan pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Banyak daerah yang seperti di daerah Jawa Barat yang sudah berhasil yang bisa menjadi tempat pembelajaran. Dimana ada niat disitu pasti ada kesempatan.
Â