[caption id="attachment_316745" align="aligncenter" width="483" caption="Jokowi (depan) dan Pasangan Cagub/Cawagub Lampung dari PDI-P Berlian Tihang (kiri) Mukhlis Basri (kanan) foto-design- johan"][/caption]
Sosok lugu Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi menjadi perbincangan hangat hampir di semua kalangan masyarakat Indonesia belakangan ini. Apalagi setelah mantan Walikota Solo itu yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memenangkan pertarungan di pilkada DKI Jakarta melawan pasangan incumbunt Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dengan dua putaran pada Kamis 20 September 2012 lalu.
Konsep sosialisasi dan kampanye blusukannya, mampu maraup 2.472.130 suara sah atau 53,82 persen suara dari 4.592.945 suara sah DKI Jakarta.
Sejak tarung dan memenangkan pilkada DKI Jakarta, sampai hari ini nama dan sosok Jokowi tak pernah luput dari sorotan kamera wartawan media cetak dan elektronik.
Rakyat level bawah/grassroot makin bersimpati dengan profil Jokowi yang merakyat, sederhana, santai, murah senyum makin rajin blusukan.
Dengan karismanya bagaikan magnet, membuat partai tempatnya bernaung PDI-Perjuangan, kerap memberi mandat Jokowi sebagai juru kampanye di beberapa pemilihan kepala daerah. PDI-P berharap nama besar Jokowi mampu menarik simpati masyarakat untuk memilih calon kepala daerah yang diusung partai besutan Megawati Soekarno Putri agar menang di pilkada tersebut.
Ternyata harapan PDI-P dengan nama besar dan karisma Jokowi tidak terwujud. Nama besar Jokowi tak bisa memenuhi harapan PDI-P dan calon kepala daerah yang diusung.
Kampanye blusukan Jokowi tak bisa menarik simpati warga untuk menangkan pasangan cagub PDI-P Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki di Jawa Barat Februari 2013 lalu. Rieke-Teten kalah dari pasangan incumbent Ahmad Heryawan-Dedy Mizwar.
Begitu juga dengan pasangan cagub Sumatera Utara dari PDI-P, Effendi MS Simbolon-Djumiran Abdi yang berharap Jokowi bisa menarik simpati warga dengan kampanyenya, kalah. Pasangan Cagub PDI-P Jawa Timur, Bambang DH-Said Abdullah senasib dengan kompatriotnya di Sumut dan Jabar. Pasangan ini hanya meraup 12-14 persen suarah sah Jatim. Pasangan TB Suwendi Dedi Gumelar (Miing)-Suratno yang diusung PDIP dalam Pilkada Kota Tangerang juga hanya finis diurutan ketiga, meski Jokowi sebagai jurkam mereka.
Setelah gagal di pilkada tiga provinsi dan Kota Tanggerang, nama besar Jokowi kembali dipertaruhkan di pilkada provinsi Lampung untuk memenangkan pasangan cagub PDI-P Berlian Tihang-Mukhlis Basri (BerlianMU) yang akan digelar 9 April 2014 serentak dengan pileg. PDI-P bukan hanya mendatangkan Gubernur Jakarta, Jokowi untuk berkampanye memenangkan PDI-P dan BerlianMu terutama di Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan basis Partai Golkar.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Surya Respationo dan mantan Kapolri, Da'i Bachtiar juga didatangkan untuk berkampanye di Kabupaten Tulangbawang (Tuba) sekaligus Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubabar) dan Mesuji yang disebut wilayah penghianat oleh Sekretaris DPD PDI-P Lampung Dedy Afrizal. Bupati Tuba Hanan A Razak, Bupati Tubababar, Bachtiar Basri dan Bupati Mesuji, Khamamik menang di pilkada daerah itu diusung PDI-P dan kini membelot mendukung cagub dari partai Demokrat Ridho Ficardo.
Mampukah Jokowi dengan karismanya manarik simpati warga Lampung untuk memenangkan PDI-P dan BerlianMU, atau nasibnya sama dengan Sumut, Jabar, Jatim dan Kota Tanggerang?
Pengamat politik Universitas Lampung, Syaffarudin MA menilai, kedatangan Jokowi ke Lampung tidak menjadi jaminan dapat meningkatkan suara pasangan calon gubernur Lampung, Berlian Tihang-Mukhlis Basri. Menurut Syaffarudin, berkaca pada pilkada Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kota Tanggerang, nama besar Jokowi tidak mampu memenangkan calon kepala daerah di empat daerah tersebut. "Kampanye Jokowi lebih banyak berpengaruh untuk dirinya sendiri dan PDI-P. Kalau untuk pilkada kurang berpengaruh," kata Syaffarudin, Minggu (23/3).