Mohon tunggu...
Iwan Kodrat
Iwan Kodrat Mohon Tunggu... wiraswasta -

Jangan berdiri dibelakangku, aku tak mau diikuti Jangan Berdiri didepanku, aku tak mau mengikuti Berdirilah disampingku, kita melangkah bersama.

Selanjutnya

Tutup

Politik

‘Massa Banteng’ Digiring ke Golkar

13 Desember 2013   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua DPD I Partai Golkar, Alzier Dianis Thabrani yang dikenal tokoh kontroversi melakukan manuver politik jelang pemilihan gubernur dan pemilu 2014.

Calon gubernur (cagub) Lampung yang diusung Partai Golkar dan Hanura itu terang-terangan meminta Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, memberikan dukungannya kepada Golkar agar dapat menang pada pemilu 2014. Tidak hanya itu, Alzier juga meminta Sjachroedin memenangkan Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) sebagai Presiden RI. “Golkar pasti memang di pemilu 2014, kan ada Pak Sjachroedin Gubernur Lampung,” kata Alzier di depan para hadirin doa bersama dan silahturahim Ketua Umum Golkar ARB, Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP di kediamannya, Rabu (11/12).

[caption id="attachment_298342" align="aligncenter" width="300" caption="foto design by ardian/HL"][/caption]

Menurut Alzier, Partai Golkar bukan suatu yang asing di hadapan keluarga besar Sjachroedin. Bahkan, Gubernur Lampung, Zainal Abidin Pagaralam yang merupakan orang tua Sjachroedin, mempunyai andil besar saat memenangkan Golkar pada pemilu di zamannya. “Sjachroedin itu di Golkar bukan orang lain. Sjachroedin masuk PDIP salah besar. Semua itu salah saya, karena saya yang urus surat-surat dia waktu itu,” sesalnya.

Ketua Umum Golkar, ARB juga memuji kepemimpinan Sjachroedin sebagai gubernur Lampung. Menurutnya, harus diakui, Lampung berkembang pesat di bawah kendali Sjachroedin. Ical-sapaan akrab ARB mengatakan, banyak warga pendatang yang tertarik mencari kehidupan Lampung, karena provinsi ini menjanjikan bagi pendatang. “Kalau kita hanya melihat sebatas Kota Bandarlampung, pasti kecil.Tapi yang kita lihat se-Provinsi Lampung banyak perubahan dan pembangunan yang dilakukan pemerintahan Sjachroedin. Dulu Lampung tidak ada apa-apanya, tapi sekarang sudah menjadi nomor 2 di Sumatera. Ini semua tidak bisa dipungkiri hasil kerja keras adik saya, Sjachroedin,” kata Ical.

Menurut Ical, masyarakat Lampung akan bangga jika ada warganya yang menjadi Presiden dan Menteri Dalam Negeri. “Memang layak jika seorang Sjchroedin ZP menjadi Menteri Dalam Negeri,” tukas dia.

Sementara itu, Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP tidak terlalu serius menanggapi pernyataan Ical yang memproyeksikan dirinya sebagai Menteri Dalam Negeri. Menurut dia, pernyataan Alzier dan Ical belum bisa dijadikan acuan. “Itukan baru omong-omong biasa. Masak ya sudah dibicarakan sekarang. Artinya jadi dulu apa yang direncanakan mereka. Kalau nanti mana kita tahu,” kata Oedin-sapaan akrabnya.

Oedin yang juga menjabat Ketua DPD PDI-Perjuangan Lampung, mengakui keluarga besarnya ada kedekatan tersendiri dengan Partai Golkar. Menurut dia, pada tahun 70-an orang tuanya punya andil memenangkan Partai Golkar. “Tahun 71 Bapak saya gubernur. Dulu tahun itu Golkar menang karena bapak saya. Saya lebih ngerti tentang Golkar dibandingkan pengurus yang sekarang,” tukasnya.

PDI-P tak Risau.

Pasca mencairnya hubungan Sjachroedin ZP dengan Alzier Dianis Thabrani beberapa waktu lalu, muncul spekulasi dan opini politik. Apalagi putra Sjachroedin yang saat ini menjabat Bupati Lampung Selatan, Rycko menoza dan kemenakannya Reza Fahlevi pindah dari PDI-P ke Golkar. Pasca itu muncul rumor Rycko tengah disiapkan sebagai penerus Alzier di Golkar.

Wakil Ketua DPD PDI-P Lampung, Watoni Nurdin, menilai kedatangan Sjachroedin di acara Golkar kemarin bukan sebagai kader PDI. Kedatangannya merupakan undangan sebagai kepala daerah yang merupakan pembina partai politik. Meski demikian, ia menyayangkan pernyataan Alzier di depan publik untuk meminta dukungan. “Seharusnya secara politik kita harus mengedepankan etika. Alzier harus menghargai hak politik Pak Sjachroedin memilih PDI tempatnya berkarier,” kata Watoni.

Watoni meyakini maneuver-manuver politik yang dilakukan dua tokoh Golkar itu tidak akan mempengaruhi kader partainya. Kader PDI-P, lanjut dia, memiliki ideologi yang kuat dan tidak mudah untuk berubah haluan. “Hal-hal yang terjadi ini semakin membuat kader PDI-P kuat dan semakin bersatu. Jadi PDI tidak risau dengan hal-hal seperti ini,” tandas Watoni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun