Mohon tunggu...
Iwan Koswadhi
Iwan Koswadhi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seandainya Air Samudera Dijadikan Tinta dan Pohon-Pohon Dijadikan Pena, Sungguh Tak Sanggup Kutuliskan Semua-NYA...!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Langkah Tidak Cerdas, Tanya Kenapa?

18 Februari 2012   01:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tajuk Rencana Kompas pagi ini, intinya bertanya: Ada apa dengan Partai Demokrat? Bagaimana situasi internal partai, kok bisa menempatkan seorang tersangka duduk di Komisi yang membidangi hukum? Bagaimana garis komando partai sesungguhnya? Mengapa manajemen partai seperti kedodoran? Sungguh Langkah Tidak Cerdas!

Pertanyaan tambahan dari penulis, "mengapa kemarahan beliau juga sampai terekspos ke publik?" Bukankah, kemarahan adalah salah satu simbol kelemahan? Mengapa pula hanya bisa marah-marah? Bukankah dia adalah pemegang otoritas tertinggi di partai itu? Semoga bukan keraguan dan kelemahan yang berpura-pura dibalik sikap demokratis. Karena sikap demokratis pun tetap memberi ruang untuk bersikap berani dan tegas (beda tipis dengan sikap otoriter, bedanya: hanya soal kecerdasan dibalik sikap).

Baiklah, tulisan ini hanya ingin menjawab pertanyaan Tajuk Rencana tersebut. Jawaban penulis, Langkah Tidak Cerdas itu memang dihasilkan dari pemikiran yang tidak cerdas. Pemikiran tidak cerdas hanya dihasilkan oleh orang yang tidak cerdas. Orang-orang yang tidak cerdas itulah yang kini menjadi kader-kader partai tersebut. Karena ini internal partai, tentu saja anda tahu siapa saja yang tidak cerdas itu?

Menjadi makin tidak cerdas, bila orang-orang tidak cerdas tersebut dibiarkan memimpin partai tersebut. Setelah dia tahu mereka tidak cerdas, apa langkah selanjutnya? Apakah sekedar marah, lalu  puas? Jangan-jangan, mereka para kader itu, sudah tidak takut lagi sama dia. Karena dia sudah dianggap akan segera menjadi "masa lalu" bagi mereka, sehingga kemarahannya untuk hal lainnya pun akan dianggap "angin lalu".Tentu dia akan makin marah jika dianggap "angin lalu", karena "angin lalu" - apalagi yang disikapi dengan "menutup hidung", berarti disamakan  (maaf)  dengan "kenthut".  Mereka itu tidak sopan, Pak! Tidak tahu diri dan tidak tahu balas budi!

Atau, jangan-jangan Beliau juga sudah tidak peduli dengan Partainya. Beliau juga sudah sangat lelah kelihatannya. Ibarat kendaraan, partai tersebut toh sudah selesai mengantarkannya menjadi Penguasa. Daripada sering mogok dan bikin jengkel, diparkir saja dan biarkan mobil lain lewat, atau dibiarkan saja jadi besi tua, jadi rongsokan, lalu jadi incaran pedagang besi dari Madura?

Lho! Saya ini gimana? maksudnya mau menjawab Tajuk Rencana, kok malah bertanya-tanya terus? Huh, jangan-jangan saya pun ketularan Tidak Cerdas!

(Kunci Jawaban yang cerdas: Bersihkan Partai dengan Tegas (dalam hal ini, Tegas=Cerdas!), dan Selamat Happy Ending!)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun