Mohon tunggu...
Iwan Iraka
Iwan Iraka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki hobi di foto dan video terkhusus terhadap sebuah media.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tajdid dan Ishlah: Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia

30 Desember 2023   18:26 Diperbarui: 30 Desember 2023   18:34 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Bincang Syariah

Pembaharuan Islam pada hal ini bukanlah untuk mengubah, menambahi atau mengurangi teks keagamaan yang sudah diyakini kebenarannya sebagaimana termaktub dalam al-Qur'an dan Hadis, melainkan melakukan kajian ulang terhadap paham keagamaan atau paham yang dianggap berkaitan dengan agama, dan juga sebagai ikhtiar intelektual dalam merespon berbagai persoalan kontemporer. Dalam bahasa Arab (dunia Islam), kata yang identik dengan pembaharuan antara lain yaitu tajdid dan ishlah, yang artinya memperbaiki, atau mengembalikan sesuatu kepada kondisi yang seharusnya. Tajdid dan Ishlah adalah sebuah gerakan yang menganjurkan kembali ajaran-ajaran islam yang sebenarnya bersumber kepada al-Qur'an dan Sunnah.

Gerakan dan Pembaharuan dalam Islam di Indonesia terjadi Sejak abad ke-20, sehingga gerakan pembaruan pemikiran pada dunia Islam juga terjadi secara massif (besar-besaran) dengan menampakkan diri para tokoh-tokoh muslim dan organisasi besar terkemuka di beberapa negara, antara lain adalah Mesir, Iran, Pakistan (India), sampai kepada Indonesia. Ide dan gagasan pembaruan tersebut dikeluarkan dengan istilah dan aksentuasi atau penekanan yang berbeda, seperti tajdid (renewal, pembaruan) dan ishlah (reform, reformasi).

Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), Ahmad Surkati (Al-Irshad), Zamzam (Persis), ketiga tokoh tersebut pernah belajar di Makkah dan mendapat kesempatan berinteraksi bersama arus pemikiran baru Islam dari Mesir. Selain beberapa tokoh diatas Tjokroaminoto (Sarekat Islam) yang juga diketahui mengeluarkan inspirasi gerakan dari gagasan dalam pembaharuan Islam di Asia khususnya di Indonesia. Menurut Achmad Jainuri, bahwa setiap pemimpin dalam gerakan pembaharuan Islam di masa awal Indonesia hampir di setiap daerah yang memiliki latar belakang pendidikan di Mekkah dan Mesir.

Munculnya pembaharuan Islam yang ada di Indonesia adalah bentuk tindak lanjut dari beberapa hal:

  • Terjadinya kemunduran Islam karena adanya penyimpangan dalam pelaksanaan ibadah
  • Keterbelakangan para penganutnya
  • Munculnya invasi politik, secara kultural dan intelektual dari pihak Barat

Hingga pada tahun 1912 muncullah berbagai organisasi dalam pembaharuan islam diantaranya, yaitu organisasi Sarekat Islam yang didirikan oleh Tjokroaminoto, lalu  Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Dua puluh tahun berselang, tepatnya ditahun 1926 lahirlah sebuah organisasi bernama Nadhatul Ulama (kebangkitan ulama) yang didirikan oleh KH Hasyim Al Asy'ari. Banyak hal yang melatarbelakangi kemunculan organisasi Islam, seperti Sarekat Islam yang mengawali gerakan dakwahnya dengan perdagangan, Muhammadiyah dengan gerakan pembaharuan, dan Nadhatul Ulama (N.U) yang muncul dengan latar belakang "politis" yang salah satunya adalah untuk merespon gerakan pembaharuan yang dilakukan Wahabi di Arab Saudi.

Selain 3 organisasi besar tersebut terdapat kaum pembaharu yang mulai mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan organisasi sosial kemasyarakatan diantarnya yaitu,

  • Sekolah Thawalib Sekolah Thawalib berasal dari surau jembatan besi. Surau adalah langgar atau masjid. Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip dengan bentuk pesantren di Jawa. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada 1906 kemudian merintis perubahan sistem surau menjadi sistem sekolah.
  • Jami'at Khair Jami'at Khair didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 17 Juli 1905. Salah satu pendirinya adalah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayyid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Ketiganya adalah golongan sayyid, kaum ningrat atau bangsawan Arab yang berada di Indonesia.
  • Al-Irsyad Organisasi sosial Al-Irsyad didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Organisasi ini memusatkan perhatiannya di bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan

Penulis: Iwan Iraka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun