Pembawa virus Covid-19 ke negeri Ginseng adalah wanita berumur 61 tahun. Ia adalah jamaah gereja Shincheonji. Gereja sesat dengan ribuan jamaah. Wanita tersebut oleh media dijuluki "super spreader", yaitu pasien pertama kali tertular yang menularkan ke banyak orang. Awalnya wanita itu diberi tugas di Wuhan. Tugasnya mendampingi jamaah gereja yang sealiran.Â
Ketika kembali ke kampung halaman, ikutlah virus Covid-19 di badannya. Setelah berada di Korea Selatan, wanita ini mengalami kecelakaan mobil pada 6 Februari. Sehari kemudian ia pergi ke RS Obat China Saeronan. Dari pemeriksaan tidak tampak gejala-gejala terkena Covid-19.
Tanggal 8 Februari ia mulai mengalami demam. Hasil tes flu masih negatif. Lalu hari berikutnya ia pergi ke Gereja Yesus Shincheonji untuk menghadiri kebaktian. Padahal dalam kondisi demam. Sepekan berselang, 16 Februari ia kembali beribadah ke Gereja yang sama.
Gejala terinfeksi Covid-19 mulai dirasakan sehari setelahnya. Ia mendatangi rumah sakit untuk melakukan tes. Hasil tesnya sangat mencengangkan: Ia positif Covid-19. Bukan kepalang ramainya Korea Selatan saat itu. Dari hasil penelusuran ditemukan 37 jamaah yang tertular. Belum lagi dari 37 jamaah itu ikut menularkan kepada orang lain.[12]
Mulai saat itu pertambahan kasus positif Covid-19 di Korea Selatan selalu meningkat. Peningkatan paling tajam terjadi dalam kurun 26 Feb-8 Maret. Hal itu ditunjukkan oleh grafik yang meningkat. Sampai 23 Maret 2020 terdapat 8.961 kasus positif dengan 111 kematian.
Penanganan Covid-19 di Korea Selatan dilakukan dengan sangat bagus. Hal itu disebabkan cepatnya tes yang dilakukan terhadap sebanyak-banyaknya orang. Hanya dalam kurun sebulan dari kasus pertama, Korea Selatan telah menguji 230 ribu orang.
Tetapi entohpun demikian, kasus awal merebaknya Covid-19 di Korea Selatan perlu mendapat catatan penting: penularan terjadi di komunitas keagamaan.Â
Akan sangat cocok jika dikomparasikan dengan Indonesia, yang mayoritas adalah muslim.--Yang minimal lima kali sehari melakukan pertemuan rutin untuk salat berjamaah.Â
Jika muslim tetap bebal dan menghiraukan anjuran pemerintah maupun fatwa ulama (NU, MUI, Muhammadiyah) maka bisa jadi kasus di Korea Selatan akan kita alami. Â Hal itu bisa diperparah dengan jumlah alat tes Covid-19 Indonesia yang jauh di bawah Korea Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H