Mohon tunggu...
Iwan Wibowo
Iwan Wibowo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Membaca Alkitab Membaca Dunia

pegiat kata-kata.\r\nhttp://www.morningtraveler.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Pilih yang Berkampanye Model Begini!

26 Maret 2012   01:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:29 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya warga negara yang ingin agar budaya politik bangsa ini makin dewasa dari pemilu ke pemilu, dari pilkada ke pilkada berikutnya. Konkritnya, makin tidak dicemari niat dan praktek memalukan dan menjijikkan, baik yang dilakukan para calon dan Tim suksesnya saat berkampanye, maupun yang dilakukan masyarakat sendiri ketika menentukan pilihan mereka. Karenanya di sini saya mau berbagi pandangan tentang kriteria kampanye yang memalukan dan menjijikkan.

Saya juga menyebutnya sebagai kampanye kelas rendah, kelas picik yang sesungguhnya sama sekali tak mewakili kearifan lokal budaya atau agama masyarakat Indonesia.  Dan pasangan calon/tim suksesnya/massa pendukungnya yang melakukan kampanye buruk itu seharusnya ditolak dengan tegas oleh masyarakat.

Seperti inilah jenis kampanye buruk menurut rangkuman saya:

1.Kampanye yang memanfaatkan sentimen ras

2.Kampanye yang memprovokasi kebencian atau dendam

3.Kampanye yang gemar membunuh karakter saingannya

4.Kampanye yang mengeksploitasi isu agama calon lainnya.

5.Kampanye yang menggunakan uang untuk muluskan no 1-4.

Ironisnya, jenis kampanye jahat seperti ini disukai, baik oleh pelakunya maupun pihak korbannya. Sebagai contoh, yang dialami Ahok. Dalam pilkada Gubernur Pangkal Pinang, Ahok terpaksa mundur dari ajang pemilihan karena rivalnya berhasil menggalang opini anti memilih pemimpin non-Islam yang disertai ancaman membakar toko-toko milik warga Thionghoa bila Ahok terpilih. Tapi dalam sebuah wawancara di stasiun TV Swasta beberapa hari lalu Ahok menyatakan jika ia diserang dengan isu ‘kafir” lagi, maka ia justru paling senang, karena menurutnya masyarakat sekarang sulit dibodohi lagi, cenderung menolak calon pemimpin yang Islam namun berperilaku “kafir.” Dan perlu juga diingat, anomali etika berkampanye di negeri ini sudah memberi bukti, bahwa sangat mungkin terjadi pasangan calon/ tim suksesnya bisa membayar orang untuk menghembuskan isu-isu murahan di atas untuk menyerang diri mereka sendiri, tentunya demi mendapat simpati publik. Mungkin itu sebabnya kampanye buruk ini tidak mudah dibasmi.

Maka sepertinya untuk saat ini 5 kriteria di atas memang belum bisa kita jadikan patokan secara ketat (bisa-bisa ga ada yang memenuhi syarat). Sehingga yang realistis adalah memilih pasangan calon dan Tim Sukses yang paling berusaha menahan diri atau paling minim melakukannya. Sambil periksa sejenak rekam jejak mereka. Itu salah satu elemen penguji apakah yang mereka tampilkan selama kampanye kali ini mewakili karakter otentik mereka atau sebatas tebar pesona. Yang pasti, kampanye semacam itu harus dikikis sampai habis. Mengapa? Karena tak hanya berdampak pada situasi keamanan nasional melainkan juga mencemarkan nama baik kita sebagai bangsa. (Kalo saya, saya cenderung pilih yang pernah menjadi korban atau yang terbukti paling konsisten tidak terlibat 5 kriteria tersebut di masa kepemimpinan mereka sebelumnya. Saya bukan berKTP Jakarta. Tapi untuk sementara, ini jago saya, hehehe).

Tentu saja tiap calon dan tim suksesnya boleh menjual kelebihan masing-masing (itu sebabnya ada masa kampanye). Tapi itu harus dilakukan dengan rasa hormat terhadap pasangan calon yang lain. Dan dengan kreativitas tinggi, sehingga kampanye mereka nampak berbeda dan bisa meraih dukungan maksimal.

Pertanyaannya, bagaimana berkampanye secara berbeda dan menuai hasil yang substansial? Salah satunya menurut saya adalah kampanye yang bisa membuat calon pemilih merasa yakin bahwa pasangan yang dipilihnya itu memang mempromosikan sesuatu / memberi janji-janji yang memang bisa mereka lakukan dan merupakan pasangan yang mereka yakini paling bisa bisa membawa masyarakat pada perubahan yang diharapkan.

Doa saya adalah, semoga di pilkada DKI Jakarta maupun di berbagai daerah serta di pemilu 2014 nanti kita makin menyaksikan kualitas etika kampanye yang makin meningkat. Terutama semoga para pasangan calon yang maju lebih fokus pada isu pembangunan daerah/bangsa, pada kebijakan yang adil serta pada tata kelola pemerintahan yang memberi manfaat sebesar-besarnya untuk seluruh lapisan dan seluruh kelompok masyarakat.

Saya rasa kampanye seperti inilah yang akan membuat bangsa ini bangga. Kampanye seperti ini jugalah yang layak didapat rakyat. Kampanye seperti inilah yang seharusnya dihadirkan di era demokrasi dan era reformasi negara kita ini. Bagaimana menurut Anda?

Salam Optimisme Perubahan Indonesia!

Jakarta, 26 Maret 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun