So, yuk kita evaluasi hidup kita jelang tutup tahun tengah malam nanti: dengan semangat apa kita menjalani hidup kita selama ini? Ini moment yang tepat kita menghitung rahmat Tuhan di seluruh aspek hidup kita: yakni mengingat kasih dan pengorbanan orang-orang dalam hidup kita [bagi rekan kristiani: terutama mengingat kasih dan pengorbanan Tuhan yang tersalib itu yang telah menyelamatkan kita dari hukuman kekal yang seharusnya kita tanggung sebagai upah dosa kita]. Biarlah ingatan dan kesadaran akan kasih dan pengurbanan banyak pihak itu menjadi motivasi sekaligus energi kita untuk [tidak bisa tidak, merasa tidak punya pilihan lain selain] beribadah, bekerja dan bergaul dengan semangat kasih dan pengorbanan yang sama.
Dalam prakteknya, logika kasih apalagi pengorbanan ini sulit diterapkan. Dunia sudah ajari kita sejak kecil hidup dengan semangat persaingan, permusuhan dan logika untung rugi. Tapi mengapa harus tetap kita lakukan? Karena, walau sering bisa terasa tidak “masuk akal,” sikap-sikap seperti ini selalu “masuk hati,” punya potensi mengubahkan: mengubah orang, mengubah komunitas keluarga kita, komunitas tempat ibadah kita, tempat kerja kita, bahkan komunitas bangsa kita yang mejemuk yang saat ini sangat ternoda oleh paham sektarian dan sikap intoleran dari sebagian anak-anak bangsa.
Kota Anging Mammiri,
31 Desember 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H