Mohon tunggu...
Iwan balaoe
Iwan balaoe Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa

Pemerhati yang perhatian banget

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Edy Mulyadi: From Hero to Zero

24 Januari 2022   16:05 Diperbarui: 24 Januari 2022   16:19 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Edy Mulyadi kalau gak salah wartawan yang melakukan investigasi tragedi KM 50 yang menewaskan 6 laskar pengawal Imam Besar. Akibat investigasi yang dia lakukan, namanya menjadi pembicaraan karena mengungkap fakta berdasarkan keterangan saksi di lokasi kejadian.

Edy Mulyadi juga pernah mencoba peruntungan mencalonkan diri menjadi caleg DPR melalui PKS. Sayangnya dia gak lolos dalam perolehan suara dukungan. Setelah pemilu 2109, kegiatannya lebih banyak mengulas permasalahan negeri melalui Chanel Youtubenya sendiri.

Pria berbadan sedikit gemuk ini menjadi perhatian saat mengadakan konferensi pers mengenai perpindahan ibu kota negara (IKN). Entah membawa nama organisasi apa, konferensi pers yang ia lakukan sukses mendapatkan perhatian publik. Penolakannya atas perpindahan IKN dengan membawa berbagai alasan, menjadi pembicaraan publik. Videonya bersileweran di lini masa sosmed dengan berbagai caption.

Sayangnya keributan masyarakat yang menyaksikan tayangan videonya bukan tertuju pada garis besar penolakannya pada IKN. Melainkan pada caranya berkomunikasi ketika menyampaikan penolakannya pada perpindahan ibu kota negara.

Kritiknya bagus, namun penggunaan bahasa yang ia suarakan gak bagus. Alhasil sebagian besar masyarakat malah melupakan isi utama pernyataannya dan malah fokus pada kesalahannya dalam menggunakan bahasa yang memantik ketersinggungan masyarakat Kalimantan dan pendukung Prabowo Subianto yang mana Edy Mulyadi menyebut Prabowo sebagai Macan jadi Meong.

Telah ada 2 laporan pada dirinya terkait hinaan pada Kalimantan dan Prabowo.

Miris kalau melihat gaya kritik begini, sangat mudah untuk menghilangkan apa yang ia sampaikan dan malah fokus pada kesalahannya.

Dulu ada istilah di tengah masyarakat, "jika mau terkenal gampang caranya. Kamu kencingi aja masjid, maka kamu akan terkenal karena dibicarakan banyak orang".

Dulu pun orang tua sering memberi nasehat, "jika mau menegur anak, gunakanlah bahasa yang baik, Jangan gunakan bahasa memaki dan kasar. Teguran kita itu baik, namun menggunakan bahasa yang kasar malah sang anak lebih fokus pada kata kasar yang kita gunakan dan mengabaikan pesan utama dari teguran kita".

Giring ketua PSI kerap mengkritik Anies Baswedan. Kritiknya bagus, namun penggunaan kata-katanya gak bagus. Alhasil publik malah menyoroti gaya bahasa Giring yang tidak bagus kepada Anies Baswedan. Memberi kritik pada Anies, tapi ternyata dirinya dikritik atas caranya mengkritik. Kritiknya dilupakan, malah dirinya yang jadi pesakitan karena publik menyoroti gaya bahasanya yang kampungan.

Edy Mulyadi pun demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun