Pada heboh bicara lobster gara-gara omongan mantan menteri Susi. Jiwa nasionalis netizen dan kepedulian pada pelestarian alam langsung memberontak saat menteri KKP Edi Prabowo melontarkan wacana akan membuka kran ekspor benih lobster.
Alasan Susi dan Para nasionalis sejati memang benar. Kalau bisa jual besar, kenapa harus jual benih? Biarkan lestari di laut, menjaga keseimbangan ekosistem. Saat sudah besar, baru dijual yang konon harganya bisa mencapai 2 Harley Davidson dalam 1 kemasan ekspornya.
Alasan Menteri KKP juga logis. Selama diberlakukan larangan ekspor tahun 2015, ternyata gak menghentikan aksi pengiriman benih lobster ke negara yang membutuhkan.
Setiap tahun penyelundupan benih lobster dari negara Indonesia ke Singapura meningkat dan nilainya fantastis. Penyelundupan lobster menjadi penyelundupan nomor 2 terbesar setelah narkoba.
Wow, kan?!
Dari 2 pihak itu, ada pihak ke-3 yang terlupakan. Mereka adalah para nelayan pencari benih lobster.
Saat larangan ekspor diputuskan, ada puluhan ribu nelayan pencari benih ini terombang-ambing laksana kapal tak tentu arah. Sebagian dari mereka, gak peduli atas larangan Menteri Susi, tetap melakukan penangkapan karena dapur gak bisa menunggu lobster besar dulu untuk dijual.
Susi pernah memberikan solusi untuk budidaya saja benih lobster yang ada, setelah besar nanti baru jual. Namun, kendala gak selesai di situ aja. Budidaya benih lobster menuju besar, butuh waktu 1,5 tahun lamanya. Lagi pula, sampai saat ini gak ada pakan lobster yang di pasaran.
Budidaya lobster gak sama dengan budidaya lele dumbo. Di mana tinggal lempar sayuran busuk atau bangkai binatang, itu lele akan tetap tumbuh. Sekurang-kurangnya, pasang jamban di kolam saja, lele pun udah seneng banget nunggu setoran dari orang yang nongkrong di jamban.
Setuju dengan kebijakan Susi larang ekspor benih lobster, tapi gak setuju dengan cara Susi memperlakukan nelayan pencari benih yang nasibnya terkatung-katung. Mereka manusia yang punya keluarga dan punya kebutuhan layaknya kita juga.
Jika larangan Susi itu hebat, kenapa masih banyak penyelundupan saat ia masih menjabat?