Mohon tunggu...
iwan apriyana
iwan apriyana Mohon Tunggu... -

Saya seorang guru PNS yang tinggal di Kab. Bandung dan senang dengan kegiatan tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seekor Unta Bernama “Habibi”

3 April 2010   02:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:01 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diikisahkan, di salah satu tempat di Arab terdapat sebuah makam yang dianggap keramat dan men jadi tempat berziarah banyak orang. Tentang siapa yang dimakamkan di sana, tidak banyak yang tahu persis. Hanya memang menurut yang menjaga makam itu, di tempat itu dimakamkan seorang soleh. Para peziarah yang datang ke tempat itu banyak memperoleh barokah. Sehingga makam itu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai pelosok.

Sang penjaga makan keramat memiliki seorang anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa. Suatu hari, Sang Anak meminta izin pada ayahnya untuk pergi meninggalkan tempa itu untuk mengembara. Sang penjaga makam sebenarnya keberatan, mengingat anak itu satu-satunya harapan untuk menggantikannya menjaga makam itu bila ia meninggal. Namun, ia tidak bisa menghalangi kepergian anaknya tersebut. Saat berpisah dengan anaknya, diberikanlah untuk anaknya “si habibi” seekor unta kesayangan yang selama ini dipeliharanya.

Sang anak itu pun akhirnya pergi dengan ditemani si habibi. Entah sudah berapa lama waktu berjalan dan sudah berapa jarak yang ditempuh oleh sang anak itu. Perjalanan jauh itu rupanya menyebabkan si habibi tak kuat lagi. SI habibi ,menderta sakit, dan tak lama kemudian mati. Tentu saja kematian si habibi meninggalkan luka dan kesedihan yang dalam. Sebagai bukti rasa sayangya pada si habibi, maka di makamkam lah dengan segala penghormatan dalam sebuah lubang kubur. Di atas kuburan itulah sang anak terus-menerus menangis mengenang jasa-jasa yang pernah diberikan habibi kepadanya.
Kuburan si habibi terletak di sebuah jalan dimana banyak para pedagang yang lalu lintas ke tempat itu. Banyak pedagang yang menyaksikan ada seseorang yang menangis di sebuah makam. Tentu ini makam seseorang saleh atau makam seorang yang banyak ilmunya. Demikian pikir orang-orang yang kebetulan lewat ke tempat itu. Sehingga banyak juga orang yang berdoa dan melakukan ziarah di tempat itu. Konon, setelah rang-orang yang berdoa ketempat itu banyak yang memperoleh barokah, sehingga makan tersebut menjadi terkenal, dan tentunya semakin mengundang banyak peziarah lainnya.

Kemashuran makam yang dianggap keramat itu menyebabkan orang-orang mempercayai bahwa di tempat itu benar-benar dimakamkan seorang sech yan saleh. Tentang rahasia sebenarnya, tentu hanya penjaga makam lah yang mengetahuinya. Membongkar rahasia makam kemarat yang kini dijaganya berarti menghilangkan banyak keuntungan yang selama ini telah dinikmatinya. Kalaupun nanti orang tahu siapa kah yang dimakankan di sana sebenarnya, orang-orang yang datang ke tempat itu tentu tidak akan mau percaya.

Rupanya kemashuran makam keramat tersebut telah sampai ke telinga ayahnya. Mendengar ada tempat berziarah yang terkenal, mendorong sang ayah untuk mengunjunginya. Ia pun pergi meningglkan makam yang selama ini dijaganya. Ketika sampai di makam itu, amatlah terkejut dan terharu ketika ia tahu kalau anaknya yang selama ini pergi rupanya menjadi penjaga di makam itu. Pertemuan ayah dan anak itu digunakan untuk saling melepas rindu setelah berapa lama mereka berpisah. Saat keduanya berbincang, berkatalah sang ayah “ Nak, dari sejak ayah datang ke sini, ayah tidak melihat si habibi, sehatkah ia?” .

Untuk beberapa sat sang anak tertegun, lalu dengan perlahan ia becerita pada ayahnya bahwa si habibi adalah unta yang berjasa dan telah banyak membantunya. Ia telah merawat dan mengurus s habibi dengan penuh kasih sayang . “Namun, sayang habibi harus meninggalkan dirinya untuk selamanya ” demikian kata anaknya.

Mendengar itu, tampaklah kesedihan dari sang ayah. Keduanya sesaat kemudian terdiam dalam suasana keharuan.

“ Apakah bangkainya kau buang, seperti binatang lain, atau kah kau urus dia sebagai bukti bahwa kau menaruh sayang padanya?” Tanya sang ayah. “Tidak, si habibi ku makam kan dengan segala penghormatan” jawab anaknya.

“Dapatlah kau tunjukkan di mana makamnya?”
“Itu “ kata sang anak sambil menunjuk makam yang tengah di kelilingi banyak orang yang sedang berdoa. Sesaat kemudian ayahnya tertegun.

Setelah beberapa lama terdiam, ayahnya mulai berkata lagi. “Nak, mungkin sudah saatnya aku mengatakan suatu rahasia kepadamu, rahasia yang sudah lama ayah simpam..”
“Maksud ayah?” Tanya anaknya sambil memandang wajaha ayahnya.

“Sudah lama kita membohongi orang-orang yang datang ke makam ayah atau pun ke makam mu di sini, engkau sendiri tak pernah tahu dan tak pernah bertanya kepada ayah, makam siapa sebenarnya yang ayah jaga itu bukan?”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun