Memang benar deh apa yang di ucapkann sebagian orang bahwa menjadi pengusaha di negeri ini butuh mental baja, kalau kita punya mental tempe, bakal habislah kita dilibas oleh orang atau kantor dinas atau oknum atau apalah ( karena pasti tidak ada yang mau mengaku ) yang justru sering “berteriak” kami support pengusaha kecil, kami support UKM…tapi nyata nya mereka hanya menjadi duri. Itulah yang terjadi saat saya dan muadzin berjuang untuk mengurus semua perizinan Ekspor Kopi semerbakcoffee yang pertama kali. Pertama-tama kami pergi ke salah satu kantor sebuah Dirjen di jl. Ridwan Rais jakarta. setelah mendapatkan sedikit keterangan, ternyata kami di wajibkan untuk memiliki EKS ( Eksportir Kopi Sementara ) dulu. dan untuk mengurus ini kami diwajibkan untuk meminta surat pengantar / Rekomendasi dari sebuah kantor Dinas DKI. Itupun setelah kami di “ping pong” ke sana kemari. Meski kami tinggal di Depok, yang note bene masuk ke wilayah Jawa Barat, tapi memang Kantor Dinas yang mengeluarkan Rekomendasi ini hanya ada 7 kantor dinas di seluruh indonesia, dan jawa barat ikut ke DKI. Dan hari itu juga saya dan muadzin langsung ke kantor dinas itu di wilayah kelapa gading Jakarta. Setelah sampai ke TKP, saya agak suprise juga, sebagian besar karyawan nya nampak begitu santai, ada yang nonton tv, baca koran, main HP, ngobrol dll. Tidak ada petunjuk jelas yang menggambarkan bagaimana mengurus surat pengantar ini juga tidak ada pengumuman berapa biaya yang di keluarkan. Setelah agak lama “celingukan” akhirnya kami di “sambut” juga oleh seseorang petugas kantor dinas itu, dan memang kami “dilayani” dengan baik, tapi justru itu yang membuat saya curiga dalam hati. kenapa begini ya.?? Dan benar saja, diujung pembicaraannya orang ini, bilang ” biaya semua nya 3,5 ya pak..”. saya jawab “350ribu pak..?” pikir saya gak masalahlah itukan sudah biasa. tapi kemudian dijawab “ya gak lah pak, 3,5 jeti”…..langsung aja saya kaget, untung saya gak punya penyakit jantung he.he.he..he… Gimana gak kaget coba, hanya untuk sebuah surat pengantar / surat rekomendasi seperti layaknya surat pengantar RW ke Kelurahan, kami di haruskan membayar 3,5juta..??? Teeeerlaaaaluuuuu…… Kemudian saya di temukan oleh salah seorang pejabat dinas yang sepertinya adalah seorang atasan di kantor dinas itu, dan ternyata setali tiga uang, pernyataannya sama. “yah buat uang jalan anak-anak lah”. Aaaaah…ternyata sama saja….sistem ini sudah bobrok, hati nurani sudah mati,Rasa Malu sudah pergi. 3 hari kemudian, 2 Petugas Dinas ini mengadakan survey ke kantor Semerbakcoffee , dan harus kami jemput pula. Setelah menanyakan ini itu, photo sana photo sini, tinjau sana tinjau sini, akhir nya Survey selesai. Dan Harus kami antar lagi ke kantor nya di daerah Kelapa gading. terbayangkan “hebat” nya mereka mereka ini..? Nah ini menariknya….. Setelah sampai di kantor Dinas, saat turun mereka langsung menagih uang yang 3,5jt itu dengan tanpa rasa malu dan risih. karena saat itu saya dan muadzin memang belum sempat ke ATM, maka kami bilang ” besok aja ya bu? krn kan kita masih ke sini” sontak berontak langsung saja si ibu dinas ini “ngambek” dan bilang “gak bisa pak, harus hari ini krn saya sudah janji dan dititipkan oleh atasan saya…”. kemudian saya bilang, “kalau saya transfer bisa bu..?”, langsung aja dijawab ” gak mau saya”. Dengan terpaksa saya dan muadzin akhirnya mengelilingi kelapa gading untuk mencari ATM. Setelah dari ATM, kami kembali ke kantor dinas itu, ternyata petugas-petugas tadi tidak di tempat. sambil menunggu “beliau-beliau” kami sempatkan shalat dzhuhur di mesjid yang ada di kantor dinas ini. Setelah Shalat, ternyata kami harus menunggu pula. Dalam hati “lhaaa kita yang mau kasiih uang kok malah kita yang di suruh nunggu, gimana sih..??”. 5 , 10, 15 sampai 20 menit kami tunggu, ternyata belum muncul2 juga sedangkan kami juga harus menuju tempat lain untuk mengurus perizinan yang lain. Dengan wajah sedikit agak kesal langsung saja saya tegaskan bahwa kami tidak bisa menunggu terus, masih banyak yang harus kami kerjakan, bukan cuman menunggu di sini aja….. Akhirnya uang itu pun kami titipkan ke salah satu petugas di dinas itu. dan tanpa mengucapkan terima kasih, muadzin dan saya pun langsung pergi dengan segala umpatan dan kekecewaan dalam hati kami. Kami belum tahu apalagi dan berapa lagi nanti yang harus kami keluarkan jika sudah mengurus surat di kantor dinas yang lebih tinggi lagi..apa uang nya lebih besar dari ini..?? Beginikah wajah pegawai-pegawai negeri ini yang katanya adalah “Abdi negara, Abdi masyarakat”…????? Wahai bapak-ibu pegawai dinas yang terhormat, kami bukan sapi perahan Anda semua..Kami hanya ingin memberikan kebanggaan dan Devisi untuk negara ini, kenapa ini perlakuan dan pelayanan yang kami terima…??? Depok, 18 April 2012, 07:03
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H