Kurang lebih 2 tahun yang lalu, stasiun televisi ABC Australia melaporkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Grant Tomkinson, pakar fisiologi dari Universitas South Australia. Temuannya menyimpulkan bahwa anak-anak sekarang memiliki tingkat kebugaran lebih rendah bila dibandingkan dengan orang tuanya dulu pada tingkat usia yang sama dengan mereka.
Bagi saya temuan Dr. Grant ini tidaklah mengejutkan. Pasalnya, disadari atau tidak, keberadaan berbagai perangkat teknologi dan kendaraan, roda dua maupun roda empat yang kita miliki, semakin memanjakan dan melenakan tubuh kita sehingga kita menjadi malas bergerak. Fenomena ini berlaku global dan kini pun telah mulai menjadi kebiasaan anak-anak kita.
Studi yang melibatkan 25 juta anak berusia 9 sampai 17 tahun di 28 negara ini dilakukan dalam rentang waktu yang cukup panjang, yakni dari tahun 1964 hingga tahun 2010. Ada dua pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pertama, pengujian seberapa jauh anak-anak mampu berlari selama 5 – 15 menit. Kedua, seberapa cepat mereka berlari dalam jarak 800 sampai 3,5 km. Hasilnya? Anak-anak sekarang berlari 90 detik lebih lambat dari anak-anak di rentang usia yang sama 30 tahun yang silam. Urusan lebih lambat 1,5 menit ini ternyata berpengaruh pada tingkat kebugaran jantung seseorang.
Fakta ini memicu penurunan tingkat kebugaran jantung sebesar 5 persen per 10 tahun sejak tahun 1975. Tentu saja tak bisa dianggap enteng karena penurunan kebugaran jantung bisa memicu terjadinya beragam penyakit pada anak-anak kita di waktu mendatang.
Meski hasil studi ini menunjukkan sebuah fenomena global, namun tingkatnya berbeda-beda dari satu negara atau kawasan dengan negara atau kawasan lainnya. Meskipun demikian, barangkali kita semua akan sepakat terhadap penyebab dan bagaimana langkah-langkah perbaikannya.
Selain perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, kurikulum sekolah yang lebih pro pada aktivitas otak dibandingkan otot (baca: olah raga) dan minimnya waktu kita untuk berolah jasmani bersama-sama dengan anak kita. Tuntutan ekonomi rumah tangga membuat kita harus bekerja sepanjang hari. Nyaris tanpa jeda. Berangkat kerja saat matahari belum terbit dan sampai kembali ke rumah saat matahari sudah terbenam. Inilah penyebab utama semakin sedikitnya waktu anak-anak kita beraktivitas fisik.
Lantas bagaimana langkah-langkah perbaikannya? Sederhana. Mari kita awali dengan mengubah pola pikir terhadap arti sehat. Sehat bukan sekedar tidak pernah sakit. Namun, sehat adalah sebuah situasi dan kondisi yang bisa membuat kita mampu berbuat lebih baik dalam hidup ini dan membangun relasi yang lebih berkualitas dengan orang-orang yang kita cintai. Utamanya keluarga kita. Dan untuk mencapainya tidak ada cara lain kecuali : Ayo olah raga teratur bersama anak-anak kita!
Selamat belajar!
#30DWC6 #Day15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H