Jauh sebelum Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 di Yogyakarta, isu pemerataan pendidikan untuk semua sudah digelorakan oleh banyak tokoh di Nusantara. Sebut saja RA Kartini yang pada akhir 1800an hingga wafatnya di tahun 1904 mempelopori pendidikan bagi perempuan-perempuan di wilayah dia tinggal, Jepara dan Rembang. Dikisahkan bagaimana gagasan-gagasan Kartini melampaui zamannya. Dan setiap perubahan pasti akan berbenturan dengan kebiasaan, tata cara dan pranata lama yang sudah turun temurun ada di masyarakat. Pun demikian yang terjadi dengan Kartini.
Perjuangan melalui jalan pendidikan juga ditempuh oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan lewat organisasi yang beliau dirikan pada tahun 1912, Muhammadiyah. Lewat perserikatan inilah, Ahmad Dahlan fokus pada pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Al Qur’an dan As-Sunnah.
Hari ini, 20 Mei 109 tahun silam, Soetomo, seorang muda yang waktu itu masih belajar ilmu kedokteran di STOVIA di Batavia pun menempuh jalan yang sama. Bersama rekan-rekannya sesama mahasiswa STOVIA mendirikan organisasi Boedi Oetomo. Mereka terinspirasi oleh ceramah dokter Wahidin Soedirohoesodolah yang disampaikan setahun sebelumnya.Â
Gagasan dokter Wahidin adalah mengajak kaum pribumi terdidik untuk membentuk sebuah wadah formal yang bertujuan menggalang dana pendidikan bagi pemuda pribumi pintar yang tidak mampu. Misi yang tertuang dalam statuta organisasi dan Anggaran Rumah Tangga (Huihoudeijk Reglement) menjadi fokus pergerakan ini.
Pendidikan, perjuangan dan perubahan mempunyai benang merah yang sangat kuat. Relevansi ketiganya pun seakan tak akan pernah pudar. Tetap lekang sepanjang jaman. Hingga jaman modern saat ini. Dan apabila kita renungkan lebih dalam, maka tanpa perjuangan maka pendidikan berkualitas tak akan pernah kita peroleh. Dan tanpa pendidikan, tak akan lahir pemikiran, gagasan dan inovasi baru untuk kehidupan yang lebih baik.
Apa yang digagas dan diperjuangkan Kartini, Kiai Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah-nya dan Soetomo dengan Boedi Oetomo adalah sebuah gagasan yang menggerakkan dan menginspirasi. Ketiganya punya visi besar yang sama. Terciptanya Indonesia yang terbebas dari penjajahan, merdeka dan maju. Pendidikanlah kuncinya.Â
Bukan sembarang pendidikan, namun pendidikan berkualitas dan mencerahkan. Pendidikan yang mampu menggerakkan dan menginspirasi masyarakat. Bukan pendidikan yang hanya berdampak individual. Bukan pendidikan yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir anak-anak bangsa saja namun pendidikan untuk semua. Dan itulah yang menjadi dasar gerakan Boedi Oetomo.
Bila kita berhenti dan merenungkan sejenak di titik ini, sudahkah visi besar mereka terwujud? Hari ini, kita menemukan kembali relevansi peringatan Hari Kebangkitan Nasional dengan kondisi bangsa akhir-akhir ini. Dan relevansi itu akan selalu hidup selama visi besar itu belum menemukan titik tujuannya. Itu menjadi tugas kita bersama.
Selamat belajar!
#30DWC6 #Day4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H