Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Lelaki Mengukir Hari

22 Agustus 2024   11:53 Diperbarui: 22 Agustus 2024   11:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo: diunduh dari pixabay.com


Di teras sekolah, datang bergantian penjemput siang itu
Berjajar mobil mereka di dekat pintu
Motor-motor letaknya tak menentu
Ada yang di bawah pohon berteduh
Banyak yang lain tak kebagian tempat teduh

Diar dijemput kata sang lelaki
Bibirnya dekat melekat pada handy talky
Haura dijemput katanya kemudian
Galuh dijemput katanya selanjutnya
Naura dijemput katanya berulang
Khadijah dijemput katanya lagi
Ildhan dijemput entah keberapa kali ia berkata

Lelaki lain di ujung sana lincah berpindah
Datang mengantar seorang anak kelas satu
Datang lagi dengan anak kelas tiga
Urutan berikutnya anak kelas dua
Selanjutnya anak kelas lima
Entah kali yang ke berapa mengantar anak kelas empat

Dua lelaki itu tak lagi muda
Yang satu terlihat lelah badannya lemah
Sakit lama yang ia derita masih bersisa
Di bawah pohon peneduh ia terduduk
Kharismanya belum sirna kala menunjuk

Lelaki yang satu juga tak muda lagi
Berbadan tegap ciri seorang pekerja
Gerakannya lincah, tegap langkahnya
Saat melintasi kerumunan seperti kereta
Yang lain melipir ke pinggir

Dua lelaki bekerja di senja usia
Mengisi hari dengan berkarya
Tak ingin merepotkan tujuan mulya
Bawa bekal buat cucu jadi yang didamba
Berleha-leha di teras rumah jauh dibuangnya

Dua lelaki mengukir hari
Berpacu dengan waktu dan sakit ketuaan
Bersiasat dengan tenaga yang tersisa
Di benaknya mungkin ia berkata
Bila saja waktu berputar kembali
Ingin rasanya ia mengumpul bekal lebih
Agar tak mesti berpanas-panas setiap hari
Untuk sekedar membawa cucu jajan roti

22/08/24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun