Inspirasi Baju Lebaran
Mengawali ceramahnya, Ustad Warta bertanya pada jemaah shalat tarawih, "Ibu-ibu sudah belanja baju Lebaran?"
"Belum!", jawab seorang ibu.
"Nunggu THR turun", kata ibu uang lain.
"Saya doakan semoga ibu dan keluarga bisa memakai baju baru di hari Lebaran nanti"
Ustad Warta melanjutkan ceramah tujuh menit sebelum pelaksanaan shalat tarawih. Dalam ceramahnya, Pak Ustad menyampaikan materi ringan berkaitan dengan hari raya. Yang pertama disampaikannya tentang tradisi berbelanja baju baru.
Mengenakan baju baru pada hari raya telah menjadi tradisi yang berlangsung lama. Para orang tua membelanjakan sejumlah uang untuk menebus pakaian anggota keluarga. Yang pertama pakaian anak-anak. Berikutnya pakaian ayah dan ibu. Dan tidak lupa membeli kain sarung dan baju koko untuk kakek. Baju muslim dan kain mukena untuk dipakai nenek.
Mengenai tradisi baju baru di hari Lebaran, sependek pengetahuan saya tidak dijelaskan secara terperinci dalam kitab suci Al Quran maupun dalam hadis-hadis yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. Namanya tradisi, sumber rujukan yang jadi pegangan adalah contoh perilaku para pendahulu.
Hakikat mengenakan baju baru adalah sebagai ungkapan syukur. Perasaan gembira telah menyelesaikan rangkaian ibadah selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Hari-hari yang penuh dengan godaan itu telah berlalu. Dan sebagai puncaknya adalah hari kemenangan.
Pakaian yang dikenakan di hari Lebaran pun tidak diharuskan memakai model tertentu. Segala jenis pakaian bisa dikenakan sepanjang sesuai dengan norma-norma kepantasan dan adat istiadat yang berlaku.
Meski demikian, biasanya yang menjadi pilihan adalah busana muslim. Pakaian yang biasa dikenakan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Saat menghadiri pengajian atau melaksanakan ritual keagamaan, seperti shalat Jumat.