Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kacamata Baca

12 Juni 2020   21:35 Diperbarui: 13 Juni 2020   18:44 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lelaki berkacamata hitam. (sumber: pexels.com/@picography)

***

Ruang kelas sekolah kejuruan itu dimasuki Sirun. Serta merta ia berjalan mencari meja yang memuat nomor ujian miliknya.

Pencarian itu mencapai akhir pada meja di baris terakhir, lajur kedua di samping pintu. Sirun duduk di atas kursi dan tangannya mendekap meja kayu yang penuh coretan.

Tak lama menunggu, seorang wanita memasuki ruangan. Berpakaian rapi dengan kerudung yang serasi. Tangan wanita ini mendekap amplop besar berwarna coklat. Kelak berkas dalam amplop ini yang membuat Sirun hampir putus asa. Wanita muda ini adalah pengawas yang akan menemani Sirun dan empat puluh rekannya.

Berkas soal pun ia bagikan. Berkeliling mendatangi setiap meja. Tatapan peserta ujian tak membuat ia gugup. Terhadap tatapan kagum seperti yang Sirun lepaskan, ia hanya tersenyum kecil. Senyuman yang telah cukup membuat Sirun melupakan sejenak keruwetan Matematika.

Bel berbunyi dua kali, tanda bila ujian mata kuliah Matematika siap untuk dimulai. Akan halnya sekolah yang jadi tempat ujian itu, telah berkali-kali Sirun mendatanginya. Setiap ujian berlangsung, kampus Sirun menyewanya beserta tenaga pengawas yang tak lain adalah para guru.

Lembar demi lembar kertas soal diperiksa, dipastikan kelengkapannya. Setiap meja dipenuhi berkas soal.

Dalam diam, mungkin meja-meja itu ibercerita, atau turut berdoa bagi yang tengah melaksanakan ujian. Mungkin juga ada satu dua meja yang terpingkal menertewakan kebingungan peserta ujian yang mendekapnya.

Namun ada satu meja yang berbeda dari setiap meja. Itulah meja Sirun. Di sana, Sirun terlihat gelisah. Tangannya berulang kali memeriksa tas, saku kemeja dan saku jaketnya. Sepertinya ia mencari sesuatu. Pengawas ruangan serta merta mendatangi meja Sirun.

"Ada yang bisa dibantu?" sapanya.

"Anu, kacamata baca saya tertinggal rupanya" jawab Sirun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun