Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Perciki Kami Kabaikan Ramadan

26 April 2020   13:46 Diperbarui: 26 April 2020   14:52 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sambil berjemur di pagi hari saya mengobrol ringan dengan seorang tetangga. Ia bercerita tentang pengalamannya berbelanja di sebuah super market. Siang itu antrian panjang mengular di depan kasir. Setiap pembeli berfokus pada belanjaannya. Pada roda belanjaan atau tas belanja yang ada di hadapan.


Para pembeli terlihat asing. Tak tampak air muka yang ramah, senyuman, atau sapaan hangat. Yang ada hanya barisan, orang yang berderet seperti pagar. Masing-masing mengenakan masker pelindung mulut dan hidung. Sebagian diantaranya mengenakan pelindung tambahan berupa sarung tangan.


Masker yang dikenakan kita rasakan sedikit mengganggu kenyamanan. Aliran udara terhalang kain penyaring itu saat memasuki hidung. Ketika berbicara pun pengucapan kita terdengar kurang jelas. Keadaan itu pula yang dialami oleh para pembeli yang berjejer di depan kasir itu. Tetangga saya merasakan kesan dalam antrian itu, orang-orang seperti mudah tersulut emosi. Kesalahan kecil saja yang datang telah cukup membuat mereka seperti kebakaran jenggot.


Kesan yang sama saya rasakan saat berada di jalan. Para pengendara tampaknya berpacu dengan waktu. Orang membawa kendaraannya begitu cepat, ingin segera sampai di tujuan. Ketika hendak membawa kendaraan memasuki arus, saya menunggu agak lama. Jarang pengendara memperlambat laju tunggangannya atau berhenti sejenak demi memberi kesempatan pada kendaraan lain. Suara klakson terdengar bersahutan dalam arus lalu lintas dalam ketergesaan itu.


Dua keadaan yang kami alami merupakan hal yang biasa kita temui. Keadaan dunia saat ini yang dilanda wabah virus penyakit corona telah mengubah beragam sisi kehidupan. Keadaan ini tak pelak mengubah pula sisi kemanusiaan kita. Sisi keterhubungan kita dengan orang lain. Bila kita merasakan keramahan dan kehangatan orang-orang yang kita jumpai berubah, hal ini tak lain bagian dari dampak ikutan virus penyakit tersebut.


Kita bersyukur, bulan Ramadhan tiba saat kita dalam keadaan "mencekam" ini. Sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwan, Ramadhan laksana oase bagi kita. Dengan berkah Ramadhan, kita membasuh diri dengan harapan dapat menghapus ego. Sisi kemanusiaan kita semoga menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Dalam khasanah doa di bulan ini, kita jumpai satu doa yang indah. Doa yang berisi permohonan kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih memperindah sisi kemanusiaan kita.


"Ya Allah karuniakan kepadaku di dalamnya pengetahuan kesadaran. Jauhkan daku di dalamnya dari kebodohan dan kepalsuan. Dan berikan kepadaku bagian dari setiap kebaikan yang diturunkan di dalamnya. Dengan kedermawananmu wahai yang maha dermawan dari semua yang dermawan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun