2 bulan lalu, saya sempat berbincang- bicang dengan salah seorang pemuda Jepang yang datang ke Indonesia. Kami saling tukar cerita tentang banyak hal, tapi salah satu yang menarik buat saya. Ketika saya menanyakan kepadanya tentang agama yang di anut masyarakat Jepang.
Ia menceritakan kepada saya, kalau di Jepang masyarakatnya bisa memilih menganut agama ataupun tidak, dan pemerintah sama sekali tidak marah, ketika warganya tidak menganut agama, apalagi masyarakat Jepang mereka sama sekali tidak peduli itu hak privasi seseorang.
Ada  juga masyarakat Jepang yang melakukan ibadah di dua tempat misalnya hari jumat ia beribadah di tempat agama A dan hari minggu ia beribadah di tempat agama B. Hal itu di Jepang itu syah-syah saja dan tidak ada seorangpun yang melarang karena itu adalah hak pribadinya. Karena masyarakat Jepang beribadah untuk mencari ketentraman hati dan itu ia bisa dapat dimana saja, salah satunya dengan caranya pergi beribadah di dua tempat.
Bagaimana dengan pandagan sebagian besar masyarakat Indonesia tentang agama ? Mungkin jika seadainya ada beberapa orang Indonesia menerapkan agama seperti di Jepang, bisa saja kelompok orang tersebut akan di bunuh atau di rajam dengan batu. Semua itu dilakukan dengan dalih-dalih agama atau berdasarkan ayat-ayat suci. Tapi jika di telusuri siapakah pembuat ayat-ayat suci tersebut apakah Allah atau Tuhan ? Dan jika manusia atau nabi yang membuatnya sekecil apapun pasti akan terbawa emosi ketika membuat ayat-ayat suci tersebut. Atau ayat-ayat suci tersebut adalah cuma sebagian cerita dongeng, salah satu contohnya cerita adam dan hawa cerita tersebut merupakan cerita dongeng dari baylonia.
Selain itu di dalam pandangan masyarakat Indonesia bahwa agama itu sangat penting dan beranggapan bahwa jika telah melakukan banyak amal dan sedekah maka akan masuk surga. Tetapi apakah dengan menyakiti masyarakat lain yang berbeda keyakinan dengannya. Maka orang tersebut masuk surga, atau mengadu domba sesamanya apakah itu masuk surga. Itupun jika surga itu ada.
Maka bisa sedikit di ambil garis kesimpulan bahwa semakin maju sebuah negara pastinya masyarakatnya makmur kurang mempermasalahkan yang namanya agama. Tapi jika sebuah negara masih di katakan berkembang dan masyarakatnya masih di bawah garis kemiskinan. Maka akan mempermasalahkan agama bahkan mencari sesuap nasi dengan yang namanya agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H