Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sisi Kelam Sejarah Sri Lanka

27 Mei 2018   16:08 Diperbarui: 27 Mei 2018   21:52 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sri Lanka, sebuah negara yang mayoritas beragama Buddha. Sama dengan Indonesia. Sri Lanka mempunyai sisi kelam. Mulai tahun 2009 sampai saat ini negara Sri Lanka secara perlahan-lahan stabil. Sejak 23 Juli 1983 negara Sri Lanka mengalami perang antara suku mayoritas, Sinhalese dan suku minoritas Tamil.

Di bagian utara dan selatan Sri Lanka, suku Tamil membentuk pemerintahan sendiri yang bernama Tamil Eelam dan memiliki angkatan bersenjata bernama Liberation Tigers of Tamil (LTTE). Sementara, suku Sinhalese merupakan pemerintahan Sri Lanka yang sah. Untuk memusnahkan, masyarakat suku Tamil suku Sinhalese menggunakan kekuatan tentara Sri Lanka.

Beberapa bulan yang lalu, saya berkesempatan melihat secara langsung dampak dari perang bagi masyarakat suku Tamil. Saat tiba di ibu kota negara Sri Lanka, Colombo, perang antara suku Sinhalese dan suku Tamil masih merupakan masalah yang sangat sensitif untuk bicarakan di ruang-ruang publik.

Selama 2 hari berada di Colombo, saya mengamati keadaan di Colombo masih belum kondusif. Tentara dan polisi berada di beberapa bagian jalan. Saya kurang tahu, keamanan yang ketat ini dilakukan oleh pemerintah karena beberapa hari yang lalu terjadi konflik di salah satu daerah di Sri Lanka, atau mungkin seperti ini cara pengamanan di ibu kota Sri Lanka.

Daerah yang saya kunjungi setelah Colombo adalah Jaffna dan Batticalo. Di daerah-daerah ini, saya melihat secara langsung akibat dari konflik antara suku Tamil dan suku Sinhalese. Beberapa anak muda suku Tamil yang saya temui dalam perjalanan. Mereka kelihatan sudah tidak mempunyai semangat hidup, hanya pasrah dengan keadaan yang mereka alami sekarang ini.

Sekarang ini anak-anak muda suku Tamil tidak mempunyai kebebasan sepenuhnya, seperti anak-anak muda suku Sinhalese. Mereka tidak bisa menjadi seorang PNS atau yang bekerja di sektor pemerintahan. Hak politik, seperti menjadi anggota legislatif tidak bisa masyarakat suku Tamil.

Meskipun masyarakat suku Tamil mengalami diskriminasi, mereka tidak tahu harus melapor kemana. Beberapa lembaga NGO yang mengunjungi Sri Lanka, mereka hanya datang beberapa bulan dan kemudian pergi lagi. Tanpa mencari solusi dari permasalahan suku Tamil hadapi. Sekarang ini masyarakat suku Tamil berusaha untuk hidup dalam kedamaian dan mengikuti segala aturan yang diterapkan oleh pemerintah.

Meskipun sebenarnya mereka serba ketakutan dan kecemasan. Beberapa daerah yang merupakan daerah yang banyak ditinggali oleh masyarakat suku Tamil selalu diawasi oleh beberapa orang asing, baik malam maupun siang. Untuk kegiatan setiap hari sangat dilarang acara yang diadakan di aula dan dalam bentuk orasi.

Masalah lain yang sering dihadapi oleh masyarakat suku Tamil di beberapa daerah adalah masalah kekeringan dan kurangnnya air bersih. Akibatnya, sekarang ini banyak anak-anak muda Sri Lanka yang pergi meninggalkan kampung halaman, dan memilih menjadi pekerja di perusahaan atau pabrik yang ada di Colombo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun