Beberapa bulan yang lalu, saya sempat mengelilingi pusat kota Gunungsitoli dengan sepeda tua saya. Ketika sampai di depan Lapangan Merdeka (titik 0), saya belok kanan dan lurus terus ke arah pelabuhan lama.Â
Sesampainya di pelabuhan lama, saya merasa takjub melihat deretan bentuk lampu yang sama dengan lampu-lampu yang ada di sekitar Jalan Kartini, Salatiga atau Jalan Malioboro, Yogyakarta.
Secara perlahan saya mendayung terus mendayung sepeda. Deretan lampu yang berwarna-warni dan tiang lampu yang bermotif membuat Taman Ya'ahowu indah. Dalam bayangan saya 10 tahun yang lalu bentuk Taman Ya'ahowu tidak seperti sekarang ini.Â
Dulu area yang menjadi Taman Ya'ahowu sekarang ini banyak ditumbuhi ilalang dan bertebaran kotoran kambing dan sapi. Biasanya, pada sore hari kambing dan sapi suka makan rumput di area taman. Sekarang ini Taman Ya'ahowu sudah berubah 360 derajat.
Di bagian sisi kiri dan kanan jalan tidak lagi ditumbuhi berbagai rumput dan kambing-kambing yang sedang berjejeran mencari makan. Sekarang ini di sebelah kanan taman terdapat jongging track dan kantin. Sementara bagian kiri dikhususkan untuk area bermain anak-anak dan jongging track.
Setiap sore menjelang malam Taman Ya'ahowu selalu penuh dikunjungi oleh masyarakat Nias dan orang yang datang berlibur ke Gunungsitoli pasti berkunjung ke Taman Ya'ahowu. Bukan tanpa alasan masyarakat Nias menjadikan Taman Ya'ahowu sebagai tempat bersantai bersama keluarga. Taman ini mempunyai keunggulan dan keunikan dibandingkan taman-taman yang ada di kota Yogyakarta, Semarang, atau Salatiga, yaitu:
Letak Taman Ya'ahowu yang sangat bagus
Jika di kota-kota yang pernah saya kunjungi sebelumnya, sebuah taman terletak di tengah kota dan dikelilingi oleh berbagai bangunan-bangunan. Letak Taman Ya'ahowu berbeda, taman ini berhadapan langsung dengan lautan.Â
Karena letaknya berada di dekat laut, pengunjung dapat menikmati keindahan laut. Pada malam hari angin sepoi-sepoi yang datang dari laut bisa dirasakan oleh setiap pengunjung. Terkadang salah satu pemandangan yang tidak bisa dilewati di taman ini, menikmati pemandangan kapal yang sedang melintas dan beberapa orang yang sedang memancing pada sore menjelang pada malam hari.
Beberapa kali saya mengunjungi Taman Ya'ahowu saya tidak kesulitan menemukan tempat duduk. Di taman ini menurut saya fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah Kota Gunungsi hampir sama dengan taman-taman yang ada di Lapangan Pancasila Salatiga atau Tugu Muda, Semarang.Â
Disetiap jarak 1-2 meter terdapat kursi panjang yang saling berhadapan. Semua kursi-kursi yang ada di taman ini terbuat dari semen. Agar tidak mudah rusak atau dirusak oleh pengunjung.
Di tengah taman juga terdapat sebuah panggung utama yang biasa digunakan untuk berbagai acara, seperti Pesta Ya'ahowu, perayaan Natal, dll. Atap panggung yang berada di tengah taman menyerupai rumah adat tradisional nias bagian utara yang berbentuk lonjong. Bahan atap panggung terbuat dari daun rumbia (mulai sulit ditemukan).
Bagi lansia yang menggunakan kursi roda tidak perlu kwatir, seandainya berkunjung ke taman ini, karena di sebelah kanan taman terdapat sebuah jalan yang permukaanya sedikit miring, agar kursi roda bisa naik. Sedangkan pengunjung yang menggunakan tongkat terdapat sebuah besi tempat untuk berpegang.