Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Para Siswa yang Bersekolah di Nias

2 Mei 2018   22:11 Diperbarui: 2 Mei 2018   22:46 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan pernah membayangkan para siswa yang bersekolah di Pulau Nias  lengkap dengan berbagai fasilitas, seperti komputer, wifi yang tersedia  di sekolah, buku-buku mata pelajaran, dan fasilitas pendukung lainnya  yang mereka dapat dari sekolah. Tapi, semua yang didapat oleh para siswa sangat jauh dari kata layak.  

Kurang lebih 2 tahun saya berada di Pulau Nias dan setahun terakhir ini menjadi tenaga pengajar di sebuah SMK. Selama itu, saya mengamati keadaan para siswa dan sekolah di Nias masih jauh dari kata layak. Beberapa masalah yang sering dihadapi oleh para siswa di Nias. Sehingga, mereka tidak dapat bersaing dengan para siswa yang bersekolah di Medan, Jakarta dalam lomba olimpiade, OSN, atau KIR adalah:

Fasilitas komputer dan jaringan internet yang tidak memadai
Sebagian besar para siswa lebih banyak belajar teori dibandingklan praktek. Salah satu contoh dalam mata pelajaran Simulasi Digital. Dalam penyusunan materi mata pelajaran Simulasi Digital semester 2 kelas 10 yang disusun oleh tim Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satu materi pelajaran yang ada di dalamnya adalah tentang gambar 3D dan 2D dengan menggunakan sebuah software. Para siswa hanya mampu belajar secara teori tanpa harus bisa mempraktekkan cara membuat gambar 3D dan 2D. 

Hal itu terjadi karena tidak ada komputer dan alat-alat pendukung lainnya. Masih berhubungan dengan teknologi informasi, masalah lain yang dialami oleh para siswa  jaringan internet yang sangat lambat. Untuk sekarang ini kabel optik dengan kecepatan 100 mbps hanya bisa sampai pada radius 5 km wilayah kota Gunungsitoli. Sementara daerah-daerah lain di Nias sangat lambat. Akibat jaringan internet yang sangat lambat, para siswa mengalami kesulitan dalam mencari materi-materi pelajaran.

Tidak terdapat toko buku
Bukan hanya  masalah komputer dan jaringan internet. Buku-buku pelajaran juga sangat susah untuk didapatkan. Di Nias sekarang ini hanya terdapat satu toko yang menjual buku-buku yang umum, yaitu toko UD. Harapan di Gunungsitoli. Sementara, di 4 kabupaten lain di Nias tidak terdapat toko-toko buku. Para siswa hanya mengandalkan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Sedangkan, perpustakaan hanya sebagian kecil sekolah yang mempunyai perpustakaan dan mengaktifkannya untuk dipergunakan oleh para siswa untuk membaca.

Fasilitas yang tidak ada
Masih banyak sekolah di Nias, Nias Barat, Nias utara, dan Nias Selatan yang tidak mempunyai fasilitas pembelajaran yang mendukung. Salah satu contoh dalam proses belajar mengajar di dalam kelas masih banyak para guru yang menggunakan kapur dalam menulis di papan tulis. Dibandingkan guru menggunakan proyektor atau alat-alat teknologi pembelajaran lainnya. Dengan para guru hanya menggunakan kapur dan papan tulis dalam mengajar, para siswa tidak tertarik untuk mendengar materi pelajaran.

Sarana dan prasarana yang tidak mendukung
Masih banyak para siswa yang bersekolah di beberapa kecamatan di Nias, seperti di kecamatan Llmatua, Huruna yang tidak dapat menikmati proses belajar dengan baik saat musim hujan. Banyak atap ruang kelas yang bocor dan akibatnya pada musim hujan ruang kelas basah dan terkadang meja para siswa terkena air hujan. Beberapa sekolahpun harus meliburkan para siswa saat musim hujan.

Salah satu keadaan ruang kelas di Nias Barat. Dok.pribadi
Salah satu keadaan ruang kelas di Nias Barat. Dok.pribadi
Selain itu di beberapa ruang kelas, masih banyak kursi atau meja.  Salah satu contoh di sebuah sekolah dasar di Nias Barat para siswa dalam satu meja terdiri dari 3 orang, karena kurangnya meja yang ada.

Semua masalah yang dihadapi oleh para siswa di Nias saat ini tidak bisa diselesaikan dengan cepat dan olah satu pihak saja. Tapi, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh para siswa di Nias membutuhkan proses yang lama dan kerjasama berbagai pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun