Mohon tunggu...
iwak pitik
iwak pitik Mohon Tunggu... Freelancer - S1 Teknik Informatika

(Wiguna Mahardika) adalah lulusan S1 jurusan Teknik Informatika dengan IPK 3.32. Memiliki kemampuan interpersonal yang baik, berpikir kritis dan kreatif. Selalu bersemangat untuk berkembang dalam segala bidang diterapkan untuk mengembangkan kualitas.

Selanjutnya

Tutup

Horor

~Siluman Asu~ Gadis Penggembala Tikus Teror Masyarakat

25 Oktober 2024   21:36 Diperbarui: 25 Oktober 2024   21:40 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          "Desa Sebayanan adalah desa dengan penghasil padi yang melimpah. Masyarakat hidup dengan makmur dari kehidupan bertani padi. Wajah-wajah bahagia menyelimuti masyarakat Desa tatkala Pemerintah menaikkan harga padi tahun lalu. Namun, itu tak berlangsung lama. Semenjak Negara api menyerang."Bukan, bukan negara api" :) . Semenjak Sosok gadis kecil perwujudan Siluman Asu penggembala ribuan tikus menjadi momok masyarakat desa karena selalu  menghabiskan padi mereka di sawah, yang membuat para petani tak pernah mendapatkan hasil padi sama sekali. Tak jarang masyarakat di tampakkan wujudnya yang sangat menyeramkan dengan wujud awal gadis kecil memegang tongkat untuk menggiring ribuan tikus, hingga berubah menjadi siluman asu dengan perwujudan tinggi besar, taring tak beraturan yang penuh dengan darah, kepala besar berbentuk anjing, bermata besar berwarna merah, dan lidahnya menjulur panjang menyentuh tanah."

          Sularso adalah seorang Kepala Desa Sebayanan. Memiliki berhektar-hektar lahan padi untuk dikelola sebagian masyarakat dengan sistem bagi hasil. Sebagian masyarakat Desa menggantungkan hidupnya dengan mengelola lahan Sularso. Seperti halnya dengan Tomo, Tomo adalah salah satu dari masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan mengelola lahan Sularso. Dengan pekerjaan itu Tomo bisa menyekolahkan anaknya hingga bangku Kuliah. Meski Sularso tak memberikan modal kepada Tomo, karena hasil yang besar membuat itu menjadi hal yang mudah dan tetap menguntungkan bagi Tomo, disisi lain dia memang orang yang tekun. Namun, kali ini Tomo tampak resah dengan hama tikus merambah di kala padi mulai siap untuk dipanen. Itu ditandai dengan ribuan jejak tikus di tanah pinggiran petak Sawah Tomo . Tomo berulang-ulang kali berusaha membasmi hama itu dengan berbagai cara tapi tak ada hasil apapun. Tomo sama sekali tak pernah menemukan bangkai tikus satupun  ketika Dia menggunakan jebakan bahkan menggunakan racun tikus untuk membasminya. Tomo sangat heran, heran dengan banyaknya jejak tikus yang mungkin ribuan tapi tak ada satupun bangkai ketika Dia menjebak dan meracuninya. 

          Suatu malam Tomo berniat menjaga sawahnya karena seminggu lagi Tomo memperkirakan padinya siap untuk dipanen. Dia tak mau tikus-tikus itu menghabiskan padinya. Sebab tikus-tikus itu biasanya memang aktif pada malam hari. Tomo beranjak dari rumah ke Sawah membawa radio yang selalu menemaninya ketika di Sawah. Sesampainya di sawah tak ada apapun yang ia lihat, Tomo tak melihat satupun seliweran tikus di sawah. Lalu dia memutuskan berbaring di gubug sambil mendengarkan wayang di radio. Semilir angin malam yang dingin membuatnya sayu sayu memejamkan mata dan tertidur. Dalam tidurnya Tomo bermimpi padinya besar-besar tak selayaknya ukuran padi pada umumnya. Tomo terbangun dikagetkan dengan tikus yang sangat besar. Memang sangat besar karena tikus itu berada tepat di depan muka Tomo sehingga tampak sangat besar padahal itu adalah tikus berukuran biasa. 

Firasat Tomo mengatakan bahwa ada yang tak baik-baik saja. Benar saja, ketika tomo berdiri dan beranjak melihat sawahnya, tumbuhan padi yang tampak kuning karena lebatnya biji padi, tampak hitam secara keseluruhan tertutup tikus-tikus yang sangat amat banyak sedang melibas padi-padi. Tak selayaknya hama tikus karena tumbuhan-tumbuhan padi itu sama sekali tak terlihat wujudnya. Yang terlihat hanyalah tikus yang menutupi secara keseluruhan padi. Seharusnya tumbuhan akan patah dan roboh tapi itu tidak, itu hal yang tak wajar. Melihat kejadian itu Tomo memutuskan untuk pulang dengan sekujur tubuh yang merinding dan panas dingin. Dalam perjalanan melewati sawah yang tertutup tikus, tikus-tikus itu tampak tak takut dengan adanya Tomo, bahkan tikus-tikus itu terlihat jinak. Tomo tak memperdulikan itu. 

Dia terus melangkah meninggalkan sawah menuju ke arah pulang. Disaat Tomo sampai ke batas persawahannya, Tomo melihat gadis kecil memegang tongkat. Tomo bertambah heran, mana mungkin ada anak kecil di sawah malam-malam. Gadis dengan dress putih, tak mengenakan alas kaki, dan muka yang tertutup rambut membuat Tomo bimbang serta berfikir itu manusia atau bukan. Dengan memberanikan diri Tomo bertanya kepada anak tersebut namun tak pernah ada jawaban. Tak lama kemudian, gadis itu menyibakkan rambutnya dan ternyata mukanya rata. Tak ada mata, hidung, maupun mulut. Tomo sangat kaget hingga dia jatuh dan tak sadarkan diri.

          Kembali terjadi lagi, Tomo dibangunkan dengan adanya tikus di mukanya. Dengan refleks, tangan Tomo menyingkirkan tikus itu dari mukanya. Ternyata gangguan itu tak usai sampai disitu. Disaat Tomo berusaha berdiri. Di depannya, tepat dimana gadis muka rata tadi berdiri sudah ada makhluk mengerikan dengan perwujudan tinggi besar, kepala menyerupai anjing, taring tak beraturan yang penuh dengan darah, mata besar berwarna merah dan lidahnya menjulur panjang menyentuh tanah. Makhluk itu melolong seperti gonggongan anjing seakan menyuruh tikus-tikus itu untuk pergi bersamanya ke arah sungai di seberang sawah Tomo. 

Tomo tak bisa apa-apa melihat itu, sekujur badannya terasa kaku tak bergerak, namun mata Tomo terus memandangi makhluk itu hingga makhluk itu pergi bersama banyaknya tikus yang digiring dengan tongkatnya ke seberang sungai. Setelah makhluk dan tikus-tikus itu tak terlihat lagi, Tomo kembali tak sadarkan diri. Tomo ditemukan tetangganya setelah pagi ketika tetangganya hendak pergi ke sawah, lalu dibawanya pulang menuju ke rumahnya. Semuanya itu diceritakan Tomo kepada Sularso pemilik lahan karena padinya habis dan gagal panen. Sularso merasa khawatir dengan kejadian itu karena tak hanya Tomo yang gagal panen tapi beberapa petani lainnya yang mengolah lahannya memiliki cerita serupa.

www.pikiran-rakyat.com
www.pikiran-rakyat.com

          Masyarakat dibuat gempar atas cerita-cerita Siluman Asu penggembala tikus itu. Beberapa petani Desa Sebayanan juga gagal panen karena padinya tiba-tiba habis dalam semalam. Agus yang tak memperdulikan hal itu, dia berniat untuk bermalam di sawah menjaga padinya. Dia pikir itu hanyalah hama-hama tikus biasa dan cerita-cerita masyarakat yang dilebih-lebihkan. Agus sama sekali tak percaya Siluman Asu yang dihubung-hubungkan dengan hama tikus. Yang dia pikirkan hanyalah agar padi-padi aman dari hama tikus dan bisa memanen padinya di kemudian hari. Malam itu Agus memutuskan untuk pergi ke sawah dengan membawa senapan. 

Tikus yang dibunuh dengan senapan akan membuat tikus-tikus yang lainnya trauma dan tak datang ke tempat itu lagi. Sesampainya di sawah Agus mengelilingi lahannya sembari bersiap-siap jika terlihat tikus akan langsung ia tembak. Namun Agus sama sekali tak melihat tikus satupun. Kemudian dia pergi menuju ke gubug untuk beristirahat. Teguk demi teguk air diminum Agus karena kehausan mengelilingi sawah berkali-kali tapi tak mendapatkan hasil tikus sama sekali. Sembari menjaga sawahnya Agus membakar ubi yang ia bawa dari rumah. Itu akan terasa sangat nikmat di malam yang dingin memakan ubi bakar di tengah sawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun