Suku Togutil tinggal di Pulau Halmahera Tengah dan Timur Laut, pulau terbesar di Maluku Utara Indonesia. Mereka masih berkeliaran di hutan tanpa alas kaki berburu babi hutan tidak terlalu peduli dengan dunia 'beradab' di sekitar mereka beberapa dari mereka masih hanya mengenakan cawat, meskipun pakaian sudah menjadi hal yang umum.Â
Togutil menjalani kehidupan semi-nomaden: mereka memiliki permukiman kecil biasanya di tempat yang dipilih dengan baik di tepi sungai tetapi jika anda memutuskan untuk melakukan kunjungan mendadak ketahuilah bahwa tidak akan ada orang di rumah selama berminggu-minggu berturut-turut.
Tanpa Hutan -- Tanpa Kehidupan
Suku Togutil secara tradisional sebagian besar hidup dari berburu dan meramu. Dari generasi ke generasi mereka telah mengembangkan sistem pengelolaan hutan lestari mereka sendiri mereka memiliki pemahaman yang sangat rinci tentang berapa banyak dan kapan mereka dapat mengambil dari hutan yang mereka tinggal.Â
Secara tradisional setiap komunitas Togutil memiliki wilayah mereka sendiri. Sebuah domain dibagi lagi menjadi beberapa area masing-masing melayani tujuan khususnya. Ada area tanaman pangan dan obat area berburu area hidup dan juga area tabu yang tidak boleh dimasuki siapa pun.
Setiap area tersebut memiliki serangkaian dos dan larangan yang agak spesifik. Tumbuhan yang digunakan untuk obat misalnya, harus dikumpulkan sebelum matahari terbit, dan hanya dalam jumlah yang diperlukan. Perburuan babi hutan hanya diperbolehkan di luar ketika hari sudah mulai terang. Dan dilarang menyembelih babi hutan betina yang sedang hamil -- hal ini diyakini akan menimbulkan kutukan bagi wanita Togutil yang sedang hamil.
Pemukiman Togutil sangat kecil dan biasanya hanya terdiri dari beberapa keluarga, ke dua di antaranya di dekat perbatasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata.Â
Keduanya terletak sangat strategis di tepi kelokan sungai yang menyediakan air bersih untuk diminum, ikan dan katak untuk dimakan, dan banyak tanaman berguna di sekitarnya.Â
Saya tidak bisa menjelaskannya secara rasional tetapi kedua tempat itu terasa sangat menyenangkan untuk ditinggali. Atau mungkin itu sama sekali tidak ada nyamuk yang ada di mana-mana di tempat itu.
Rumah Togutil biasanya terbuat dari bambu dan ditutup dengan daun lontar sebagai atap. Dindingnya juga terbuat dari batang lontar. Atribut khas rumah tangga Togutil adalah kumpulan piala rahang babi hutan, Â yang digantung di liana ( tumbuhan rotan) dekat rumah.