Mohon tunggu...
Ivy Soraya
Ivy Soraya Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Pneumonia pada Newborn

13 Maret 2015   17:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memiliki anak sehat, normal dan pintar tentunya dambaan semua ibu di dunia, tentunya termasuk saya sebagai salah satu dari jutaan ibu di dunia ini. Anakku bernama Ken, dia lahir dalam kurun 10 bulan pernikahan kami.

Sejak dalam kandungan aktivitasnya luar biasa, tendangannya kuat dan lebih dari 30 kali bergerak dalam sejam, konon bayi yang sehat bergerak minimal 10kali dalam sejam dalam kandungan. Tak hanya itu ketika bergerak pun gerakannya kuat sekali, sampai-sampai perut saya jadi mencong-mencong bentuknya tak karuan, terutama ketika saya habis berjalan-jalan misalnya di Mall.

Karena posisi dia dalam kandungan terbalik serta terlilit tali pusar, saya memutuskan untuk melahirkan secara caesar. Belakangan saya baru tahu kelebihan dan kekurangan melahirkan secara caesar pada bayinya, sebelumnya yang saya baca hanya efeknya pada ibunya, egois sekali yah :)

Begitu lahir tangisnya kencang sekali, kami semua senang mendengarnya, sebab katanya itu pertanda bayi yang sehat. Sayangnya tangisnya tak kunjung berhenti hingga 24 jam setelah lahir, dia pun menjalani serangkaian tes yang akhirnya diketahui bahwa dia mengidap penumonia  yang disebabkan oleh bakteri.

Tulisan ini bukanlah tulisan ilmiah seorang yang pintar yang bisa menceritakan dengan detail apa itu pneumonia, tulisan ini hanya tulisan sederhana seorang ibu dengan ingatan seadanya tentang keadaan yang menimpa anaknya sekitar 4.5 tahun yang lalu.

Pneumonia yang diidap anakku  ini  membuat salah satu paru-parunya tidak berkembang sempurna dan  membuatnya tak mampu bernafas dengan baik sehingga mengakibatkan asupan oksigen menjadi tak lancar. Hal ini tentu saja berbahaya mengingat bagi baru lahir, asupan oksigen itu tak boleh kurang ataupun lebih. Salah satu cara memberikan asupan oksigen untuk bayi baru lahir adalah dengan melalui alat yang dinamakan CPAP, tetapi Rumah Sakit tempat dia lahir tak memiliki alat tersebut.

Kami kemudian diinformasikan bahwa Rumah Sakit A di dekat rumah sakit tempat Ken lahir memiliki alat tersebut. Karena Rumah sakit tersebut terdengar asing, dalam artian tak pernah ada satupun keluarga ataupun teman kami yang pernah dirawat disana suami kemudian memutuskan untuk mensurvey terlebih dahulu. Situasi menjadi terassa sempurna ketika suami mendatangi RS tersebut ternyata sedang mati lampu alias tak ada listrik dan RS itupun gelap gulita. Can you imagine? It's a hospital! dimana banyak orang yang mengandalkan hidupnya pada alat-alat yang sebagian besar dialiri listrik. Ya sudahlah mungkin ini pertanda, suami kemudian segera kembali ke RS dan meminta RS rujukan lain, untungnya kami mengenal dengan baik pemilik RS tempat ken lahir ini, dan beruntungnya juga jika ternyata pemilik RS ini memiliki kenalan di RS Bunda Menteng. Akhirnya dengan ambulans, Ken pun dilarikan kesana. RS Bunda ini memiliki NICU, yaitu ruang intensif khusus untuk anak baru lahir.

Disini ken ditangani dengan sangat baik, selang-selang bersebrangan di badan kecilnya matanya ditutup agar tidak rusak oleh sinar, dan walapun dia didalam mesin, dia tetap mendapat asupan ASI yang dipompa dan dikirim dalam wadah yang memiliki pengatur suhu ke RS ini. CPAP ini katanya fungsinya untuk memberikan asupan oksigen sesuai kebutuhan sementara penumonianya diobati. Sampai sekarang kami tidak tahu bakteri apa yang menyebabkan pneumonia pada dia sebab tak ada seorangpun yang memberikan informasi tentang ini. Dia menghabiskan 7 hari di rumah sakit, selama di NICU, konon dia adalah bayi dengan tangisan paling kencang laksana rocker sampai mengganggu bayi-bayi lain yang sakit juga, sampai akhirnya perawat memberikan empeng agar diam. Dan akhirnya empeng terbut tidak bisa lepas sampai umur dua tahun haha.

Allhamdulillah setelah 7 hari dirawat bakterinya dinyatakan bersih dan paru-parunya pun sudah berkembang, sekarang dia sudah tumbuh menjadi balita aktif sehat dan sangat normal, ini buat saya adalah keajaiban sebab saya sempat menanyakan kepada pihak RS ternyata Ken adalah pasien kedua dengan kasus serupa, sedangkan kasus pertamanya bayinya tidak selamat alias meninggal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun