Tidak Ada Yang Tidak Bisa! Kalimat itu muncul lagi ketika Bank OCBC NISP akan merayakan ulang tahunnya yang ke 78. Wow! Terikat aku pada buku yang ditulis Dahlan Iskan beberapa tahun yang lalu dengan judul yang sama.Â
Kuingat ketika membaca buku itu seperti membaca novel Da Vinci Code yang seru bikin deg2an dan juga haru. Ada filmnya pula dengan judul "Love and Faith" yang dibintangi oleh Rio Dewanto dan Laura Basuki pada 2015. Para leaders nobar di XXI PVJ bersama Direksi dan Komisaris. Seru dan haru! Ada rekanku yang hampir menghabiskan 1 kotak tisu!
Nah, itu kan semangat Pak Karmaka Surjaudaja tercinta. Bagaimana dengan kita? Ah, bagaimana denganku? Mulai dari diri sendiri dong. Ok. Mulai dari aku ya.
Hmmm. Mulai dari mana ya? Ah, dari Ijen saja ya. Tahun lalu aku dan keluarga serta beberapa teman ke Ijen. Sebetulnya sudah lama memang aku ingin ke sana setelah mendengar cerita teman yang pernah ke sana dan foto-foto cantik kawah Ijen.Â
Ada yang menyarankan jangan pergi karena medannya berat dan berbatu-batu, berbahaya! Ada yang menyarankan naik ojek saja untuk pp... temanku yang dokter pun yang kurus dan sehat naik ojek.Â
Menurut info, ojek itu ide dari seorang wisatawan bule yang melihat kehidupan sehari-hari para pengangkut belerang menggunakan gerobak turun naik gunung berjam-jam dengan penghasilan tidak seberapa.Â
Ada juga yang menggunakan keranjang yang dijinjing di pundak. Sang wisatawan memberi ide modifikasi gerobak menjadi ojek dengan menambah bantal sofa empuk agar penumpang merasa nyaman, ditarik oleh 2 orang dan didorong oleh 1 orang, dan penghasilannya jauh lebih besar dibandingkan dengan pengumpul belerang. Hmmm, bisa gak ya aku sampai puncak Ijen sambil membayangkan tantangan mendaki jalan berbatu-batu. Ah, pasti bisa! Kalau ke Waerebo saja bisa, ke Ijen pasti bisa! Yes! Yuk, berangkat!
Jam 01.00 kami sudah tiba di kaki gunung dan bersiap2 mendaki. Hari masih sangat gelap. Kami hanya mengandalkan senter untuk mendaki dalam suhu yang cukup dingin. Banyak yang menawarkan ojek. Seorang teman kami yang memang sudah berumur hampir 70 tahun langsung naik ojek setelah tawar menawar. Tarifnya Rp 500-700 ribu untuk pp. Aku dan keluarga mulai berjalan.Â
Namun setelah 25 menit badan terasa panas. Mulailah jaket kubuka dan ikat di pinggang. Jalan lagi mendaki 30 menit, mulai berkeringat, sweater dibuka 1... aahhh, sejuk.... Lanjut lagi berjalan mendaki dalam diam. Memang disarankan untuk tidak banyak bicara selama mendaki untuk menghemat energi. Dalam suasana sunyi dan gelap, yang sangat terdengar dan terasa adalah detak jantung, dag-dig-dug-dag-dig-dug-dag-dig-dug ...Tarik napasssss....buang napasss... nikmati udara segar. Kalau lelah berhenti sejenak, lihat ke atas menikmati taburan bintang yang jarang terlihat di Jakarta. Setelah berjalan kurang lebih 2 jam kami berhenti di warung untuk ngopi/ngeteh/minum air putih dan ke toilet. Guide kami menawarkan masker yang lebih besar dengan 2 corong untuk membuat napas lebih enak ketika asap belerang muncul nanti di sekitar kawah. Baiklah, kita sewa @25,000 saja. Lanjut jalan! Sedikit lagi katanya sampai di puncak.
Semangaaattt! Eiitss! Jaga kecepatan, jangan langsung tancap gas. Keep your pace! Ok! Jalan mendaki pelan-pelan sambil berdoa dalam hati... entah sudah berapa putaran Rosario yang kudaraskan sejak mendaki tadi. Akhirnya sampai juga di puncak! Horee! Lho, mana kawahnya? Masih gelap tidak kelihatan... harus turun melalui jalan berbatu-batu untuk menuju kawah danau dan melihat blue fire yang terkenal indah itu. Teman-teman lain tidak mau turun karena menurut informasi orang-orang yang naik dari kawah, tidak ada blue fire yang bisa dilihat. Oh? Wah, sayang sekali! Tapi aku penasaran... aku ajak tour leader turun ke kawah. Perlahan tapi pasti melewati jalan berbatu dan berliku kami turun menuju kawah. Sesekali berhenti untuk membetulkan kaca mata yang berembun. Kira-kira tiga perempat jalan kami berhenti di tempat yang cukup luas... langit mulai sedikit terang namun masih temaram. Sudah mulai terang kata Rizal, tour leader kami. Ok. Kita stop di sini saja sambil menanti matahari terbit. Beberapa orang terlihat dari senter yang dipakai ada yang terus turun, ada yang dari bawah ke atas.... Tidak lama matahari terbit.... Oh, indahnyaaaa....sungguh indah ciptaanMu ya Tuhan! Warna hijau tosca, putih, biru, hijau tua, abu2 bercampur.... Tak habis2 aku menikmati indahnya danau Ijen! Foto sana foto sini... untuk ada Rizal yang bawa kamera bagus.... setelah puas menikmati pemandangan indah dan foto-foto, kami mulai mendaki kembali ke meeting point.... Di tengah jalan bertemu dengan bapak pengumpul belerang. Sudah biasa rupanya mengangkut belerang yang berat. Sekali angkut di keranjang kiri kanan bahu bisa 50kg katanya. Wow!!! Menurut BBC News Indonesia (23 Mei 2016), penambang Kawah Ijen merupakan pekerjaan paling berbahaya di dunia karena setiap hari bekerja tanpa perlindungan dan mengalami risiko menghirup asap beracun. Sejak dini hari mereka mulai mendaki ke puncak Gunung Ijen berketinggian 2.443 mdpl dengan menggunakan senter di kepala, jaket tipis dan sarung tangan. Setelah sampai puncak, penambang menuruni lereng yang terjal menuju kawah. Di sekitar kawah itulah mereka mengambil belerang. Duh, berat sekali ya pekerjaan penambang belerang!
Kalau tidakdiingatkan waktu mungkin kami akan tetap di atas. Saatnya turun gunung! Kali ini dalam kondisi terang benderang dan dapat menikmati pemandangan indah.... Hmmm sungguh mengasikkan! Kami terus diikuti oleh ojek yang menawarkan jasanya... dari300.000.... turun ke 250.000....200.000....100.000....50.000.... sampai gratis! Aduh pak,maaf bukannya kami tidak suka, tapi kami mau menguji fisik kami apakah sanggupnaik-turun gunung Ijen. Ternyata, BISA!! Bahagiaaaa....Senaaaanggg....puaaassss....banggaaaa!Â
Terima kasih Tuhan atas perlindunganMusepanjang jalan mendaki dan kembali dari kawah Ijen. Naik sekitar 2,5 jam,turun sekitar 1,5 jam... keciiillll!! TAYTB!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H