Gunung semeru meletus lagi yang mengeluarkan lava panas tepat pukul 06.55 WIB sehingga sempat membuat sejumlah relawan yang ada di gunung curahkobokan Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur panik. Mereka berlarian untuk menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih aman. beberapa mobil dan motor relawan bergerak turun dengan cepat meninggalkan lokasi bencana yang lokasinya terparah dan berada di ketinggian teratas.Â
Awan panas yang menyertai letusan gunung semeru bisa mencapai 11 kilometer yang membentuk lidah lava dan pernah menewaskan 11 orang penduduk desa. Aliran panas ini biasa mengarah ke selatan dan tenggara. Kejadian ini juga diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi disekitan gunung Semeru.Â
Sebenarnya erupsi ini sudah dideteksi oleh para petugas yang ada di jalan raya desa Kajakuring, kecamatan candipuro dan mereka sudah mengingatkan para warga dan relawan yang akan pergi menuju kedaerah pemukiman yang terdampak erupsi yaitu desa Supiturang. Â dan Sumberwuluh. Para petugas menjelaskan bahwa jika ada bunyi seismograf yang keras menunjukan aktivitas gunung semeru yang meningkat dan menganjurkan para warga untuk tidak naik karena terlalu berbahaya.Â
Setelah para warga mendengar penjelasan dari para petugas, sudah banyak warga yang berupaya untuk menyelamatkan barang-barang berharga mereka di dalam rumah. sementara di dusun Curahkoboran yang merupakan daerah terparah, pencarian korban dilakukan dengan menggunakan 2 alat. Meskipun para warga sudah mengetahui ada erupsi susulan, namun para warga yang berupaya untuk menyelamatkan barang-barang berharga mereka terlihat santai karena menurut para warga semburan lava tersebut bukan merupakan kondisi yang membahayaan. Para warga berpikir bahwa semburan lava ini tidak akan mengenai wilayah perumahan mereka meskipun beada di titik aliran lava dari atas gunung.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa rendahnya kesadaran risiko para warga terhadap letusan gunung Semeru. Bencana alam ini diakibatkan oleh erupsi Gunung Semeru yang berkategori "High Risk" karena terjadi kerugian yang akan ditimbulkannya sangatlah besar.
Risiko muncul karena adanya kondisi ketidakpastian. Sebagai contoh, investasi dapat mendatangkan keuntungan ketika harga naik dan dapat pula mendatangkan kerugian ketika harga turun. Naik turunnya harga merupakan hal yang tidak pasti sehingga mendatangkan risiko. Begitu pula dengan kasus ini, ketidakpastian gunung Semeru akan meletus akan membuat Risk Owner yaitu para warga yang berada di Desa Supiturang tidak melakukan Risk Response yang seharusnya dapat mengurangi jumlah koban jiwa dari meletusnya gunung Semeru ini.Â
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengembangkan budaya sadar risiko sehingga para warga dapat menghindar dari wilayah yang berbahaya jauh-jauh sebelum terjadinya gunung Semeru meletus dan tidak meremehkan peringatan dari para petugas dan mengikuti arahan dari para petugas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H