Mohon tunggu...
Ivone Heda Mailindra
Ivone Heda Mailindra Mohon Tunggu... Hoteliers - Ibu dua anak, hotelier, istri . Suka baca novel, berkomitmen untuk bijak memilih sumber berita, bacaan hiburan dan produk konsumsi .

Hanya bersedia berteman dengan akun yang ada di dunia nyata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana WNA di Mata Seorang WNI

19 Januari 2021   17:16 Diperbarui: 19 Januari 2021   17:38 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah Anda pernah  memiliki asumsi bahwa WNA yang kita temui di tanah air  lebih istimewa daripada WNI  ?  berikut saya sampaikan pengalaman saya berinteraksi dengan WNA.

Saat masih sekolah menengah, sekolah  tempat saya belajar  menerima program pertukaran pelajar. Sejak kelas 2 SMA  beberapa kelas disinggahi pelajar SMA dari negara lain untuk bertukar pengalaman mengenai kultur Indonesia . Tujuan mereka sama sekali bukan belajar  kurikulum pelajaran sekolah menengah . Itu yang saya pahami . 

 Biasanya mereka akan tinggal bersama penduduk  kota yang mengajukan diri sebagai  keluarga  angkat  , teman teman saya saat itu  rata rata tinggal bersama anggota Rotary Club .  Mereka berkesempatan mengamati bagaimana anak-anak seusia mereka belajar,  kegiatan sehari hari,  budaya lokal,  agrikultur lokal, sesekali mereka  masuk  kelas mata pelajaran  Bahasa Indonesia . Tidak kurang 4  anak bule pernah belajar di kelas saya saat itu . Apakah mereka lebih pintar  ? aha,,, rupanya mereka sama dengan saya  yg kurang tertarik dengan Matematika dan Akuntansi, menampakan wajah bosan dan tidak mengerti saat guru menerangkan pelajaran di depan kelas . Rata rata  lebih tertarik dengan seni , sejarah,   pelajaran olah raga dan mengamati  kebiasaa kebiasaan unik  yang tidak mereka temui di negerinya . Tidak ada bedanya dengan  siswa SMA pada umumnya . 

Penemuan saya tentang kebiasaan mereka cukup unik : 

1. Mereka  bangun tidur di atas jam 8 pagi . Berangkat  sekolah jam 6:30 adalah hal yang ajaib menurut mereka . Saat tahu bahwa rata rata pelajar bangun jam 5 pagi untuk shalat subuh dan sekolah dimulai jam 7 pagi  mereka tak percaya. Lebih takjub lagi saat  hari senin kita upacara bendera di lapangan dengan matahari pagi yang cerah ceria , sukses membuat kulit mereka seperti udang rebus .

2. Berangkat sekolah tanpa mandi adalah hal biasa. Jadi tak heran kalau mereka.... ehm baunya aduhai. Sekolah berseragam hanya untuk sekolah swasta yang elite , rata rata di negeri asalnya mereka mengenakan pakaian bebas saat bersekolah . Mereka  kurang nyaman  mengenakan baju seragam SMA . 

3. Mereka kurang suka dikerubuti anak anak seusianya yang bertanya segala hal tentang  kehidupan pribadi mereka , sehingga mereka sering menyendiri dan menunjukan sikap kurang bersahabat . Saya bisa paham karena selama setahun mrk beberapa kali pindah  kota  sehingga  harus mengulangi  tahap perkenalan dan adaptasi yang tak kunjung usai .

4. Pelajaran bahasa Inggris di sekolah SMA sering dianggap kurang tepat  ( teman teman saya dari Selandia baru dan Australia dengan aksen kental) entah bagian mana yang kurang pas, saat itu saya juga kurang paham, tapi  raut wajah mrk yg menahan senyum saat bu guru menerangkan, mengindikasikan ada yg salah dengan penyampaian pelajaran . sebaliknya siswa WNI menganggap dialek mereka kurang  akrab di telinga.

5. Makanan . Adaptasi makanan adalah hal yang paling sulit buat mereka . Makan nasi 3 kali sehari rata rata tidak bisa mereka lakukan,  Karena mereka tinggal di kota dan tinggal bersama oarang yang "berada"  tak heran kalau mereka masih makan makanan yang mereka kenal . Saya tidak pernah melihat mereka bersedia jajan bakso kantin sekolah , kecuali minuman soda atau roti manis . 

6. Teman teman saya dari Australia takjub saat mengetahui bahwa di kota saya ada bermacam macam jenis pisang dan jambu air .  Menurut mereka pisang yang mereka kenal hanya ada satu macam yaitu pisang Cavendish . Waktu saya ajak ke pasar buah,  saya tunjukan berbagai jenis pisang , dia penasaran dengan rasanya , sehingga saya bolak balik menemani mereka  ke pasar untuk membeli , karena beli pisang di kota saya haruis 1 sisir, tidak bisa 2 buah seperti membeli cavendish.

Pada masa kuliah,  saya mengenal  WNA melalui kelas bahasa yang saya ambil.   Kursus bahasa yang saya ikuti memiliki native speaker  yang terdiri dari  mahasiswa atau pelajar SMA yang cuti  belajar selama setahun sebelum masuk College, atau  persiapan menjadi Au pair . Profile mereka sbb :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun