Mohon tunggu...
Ivone Dwiratna
Ivone Dwiratna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang hamba TUHAN

Believe, Belajar, Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MENGAPA KITA HARUS BICARA?

7 Agustus 2015   05:16 Diperbarui: 7 Agustus 2015   05:16 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERNAHKAH ANDA MENGALAMI PELECEHAN SEKSUAL? ATAU MUNGKIN ANAK ANDA, KERABAT/ TEMAN ANDA PERNAH MENGALAMINYA?

Hal yang sangat tidak menyenangkan adalah jika seseorang telah mengacak-acak hak asasi anda atas tubuh dengan melakukan pelecehan. Bagaimana jika hal itu menimpa pada anak kita? Tentu saja tidak ada satupun orang tua ingin anaknya mendapat perlakuan seperti itu. Berbagai cara telah dilakukan orang tua. Mulai dari memilihkan sekolah yang terbaik, lingkungan rumah tinggal yang baik, memilih dan menyeleksi kawan-kawannya, mengawasi pergaulannya, menjadi sahabat anak, mengantarjemputnya sendiri, membekali dengan bela diri dan segudang nasihat. Lalu bagaimana jika anda telah melakukan kesemuanya akan tetapi dengan tanpa diduga kesemua usaha anda untuk melindungi sang buah hati ternyata diobrak-abrik oleh pelaku pelecehan seksual yang seharusnya dapat anda percaya?

Bagaimana jika mendadak ada seseorang yang tidak pernah anda kenal baik sebelumnya, tiba-tiba memberitahu anda bahwa ia mendapat informasi anak anda adalah korban pelecehan seksual? Hampir 50% menolak dengan penuh amarah karena menganggap betapa hebatnya sang informan yang bisa lebih tahu apa yang terjadi pada anaknya, 20% diam saja dan tidak bereaksi, 20% menerima kabar tersebut dan mengcross checknya tapi tidak bertindak, 10% lagi mengcrosscheck berita tersebut dan bertindak.

Dalam satu kasus pelecehan seksual yang terjadi di suatu sekolahan di kawasan Citra Garden Sidoarjo, dimana 2 korbannya dari sekian banyak korban yang berani melapor ke Kepolisian adalah X (perempuan, 7 tahun) dan Y (laki-laki, 7 tahun). Dimana terungkapnya kasus tersebut dimulai dari pengakuan berani Y yang menceritakan pelecehan yang ia alami. Dari bibir mungilnya lalu meluncurlah banyak cerita betapa banyaknya korbannya, termasuk nama-nama kawannya yang ia tahu sering diganggu, termasuk X. Tentu saja sebagai seorang yang memiliki fikiran ingin menolong, tentu saja sang Ibu berusaha untuk memberitahu para orang tua korban. Dan reaksi para orang tua adalah sebagaimana yang disebutkan diawal. Mulai dari tidak dipedulikan, dicaci maki, didengarkan dengan penuh empati, sampai dituduh sebagai provokator. Puji Tuhan.. Tidak mudah berbuat baik. Bisa saja mereka diam, tapi teringat akan kawan-kawan anaknya yang lucu maka niatannya adalah untuk menyelamatkan anak-anak lain yang orang tuanya masih belum mengetahuinya. Dan benar saja, hasil tes psikiater POLDA JATIM, pelaku memang memiliki penyimpangan seksual.

BAGAIMANA MODUS PELAKU?

  1. Ramah dan melakukannya dengan bercanda, sehingga anak-anak tidak merasa jika dilecehkan/ diganggu
  2. Korban diambil secara acak. Sesempatnya dan seadanya anak. Baik laki-laki maupun perempuan
  3. Terhadap anak lelaki, seringkali disertai ancaman akan dipukul bila melapor
  4. Terhadap anak perempuan dilakukan dengan ramah dan sambil bercanda/menyapa. Tapi terkadang disertai dengan ancaman secara halus/ bergurau kalau akan dimasukkan gudang
  5. Tangan yang satu merangkul pundak/lengan/bagian ketiak anak, sambil tangan satunya lagi meraba-raba mulai dada, perut, hingga kemaluan. Ada ditemukan cerita anak-anak yang melihat kawannya diciumi sambil diraba-raba
  6. Saat anak-anak ke kamar mandi secara berombongan, anak yang ditugaskan untuk menjaga di luar yang diganggu. Begitu yang tadinya menjaga diluar giliran pipis, gantian anak yang menjaga setelah selesai pipis itu yang diganggu (ada instruksi guru kelas sejak awal masuk SD kelas I untuk ke kamar mandi berombongan supaya yang satunya bisa teriak kalau ada apa-apa)
  7. Pelaku mengganggu anak-anak dibeberapa tempat, seperti misalnya kamar mandi, lapangan, depan kelas, tangga, wastafel, dll

KONDISI ANAK?

Tetap riang, ceria, tidak takut masuk sekolah bahkan dekat dengan pelaku

APA TANDANYA ANAK PERNAH DIGANGGU PELAKU?

  1. Mengaku pernah dipegang pundaknya/lengan/ketiak (baca modus pelaku)
  2. Anak takut ke kamar mandi di sekolah

BAGAIMANA MENANYAI ANAK?

  1. Tanyailah dengan lembut dan sabar dalam situasi yang nyaman. Tapi jangan langsung menanyainya apakah diganggu
  2. Mula-mula tanyakan apakah mengenal pelaku. Tanyakan juga pendapatnya mengenai pelaku
  3. Katakan bahwa anda sangat menyayanginya, anda bisa melindunginya
  4. Cari tokoh kesayangan anak. Misal Ultraman. Lalu tanyakan apakah ada monster di sekolah? jelaskan seperti apa monster yang anda maksudkan (Misal: pernah tahu ada monster di kamar mandi? itu lho, Koko M...)
  5. Katakan bahwa sudah banyak teman-temannya yang melapor ke kepolisian karena diganggu pelaku. Pelakunya mau dikirim ke penjara oleh pak Polisi
  6. Yakinkan bahwa anak anda tidak sendiri, tidak perlu takut.
  7. Lalu tanyakan lagi pendapatnya mengenai pelaku
  8. Tanyakan apakah bagian-bagian tubuhnya pernah dipegang oleh pelaku (sambil peragakan)
  9. Terus yakinkan bahwa ia tidak sendiri, sudah banyak temannya yang bercerita pada orang tua dan Pak Polisi
  10. Dalam menanyai anak membutuhkan waktu yang lama. Harus ekstra sabar. Sambil diajak bermain, bergurau atau main rahasia-rahasiaan (perlu diketahui, korban yang telah melapor baru berani bicara setelah hampir setahun diganggu, tentu tidak mudah mengambil kepercayaan anak)
  11. Peluk anak sesekali saat menanyainya agar ia merasa nyaman dan tidak takut bercerita

BAGAIMANA JIKA ANAK ANDA MEMANG DIGANGGU PELAKU?

  1. Jangan emosi
  2. Pujilah keberaniannya berbicara
  3. Segera peluk dan katakan bahwa anda akan melindunginya dan akan meminta pak Polisi untuk mengirimkan pelaku ke penjara
  4. Segera lapor ke POLRES SIDOARJO ke bagian Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) atau ke bagian SPKT POLRES SIDOARJO

MENGAPA SETELAH SEKIAN LAMA DIGANGGU, ANAK TIDAK BICARA?

  1. Dari hasil pembicaraan dengan psikiater POLDA Jatim, mengapa anak-anak selama ini tidak menceritakan kepada orang tuanya? Ternyata menurut psikiater, hal tersebut dikarenakan kita mencekokinya setiap hari dengan nasihat-nasihat. Misalnya: Jangan sendirian, kalau ada yang ganggu tendang saja, laporkan yang ganggu sama Mama, langsung lari kalau ada yang ganggu, beritahu guru, hati-hati jangan sampai ada yang pegang-pegang, dll. Sedangkan di sekolah dia mendapati kenyataan bahwa ia diganggu dan tidak ada yang bisa menolongnya. Bahkan oleh teman-teman yang melihat dibiarkan saja. Ia tidak berdaya. Sedangkan jika melapor, anak membayangkan kemarahan kita. Daripada dimarahi orang tua dan dimasukkan gudang kalau ketemu pelaku di sekolah, ya dia memilih diam. Toh kawan-kawannya yang mengalami hal yang sama juga diam
  2. Anak mengira sentuhan yang diberikan pelaku adalah bentuk kasih sayang, sehingga ia benar-benar tidak merasa diganggu atau dilecehkan. Jadi, bila anda bertanya apakah ia diganggu, maka pasti ia akan menjawab tidak
  3. Anak mengira bahwa pelecehan yang ia terima itu diperbolehkan. Suatu hal yang wajar dan norma-norma pergaulan yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun