Mohon tunggu...
Ivena Rontos
Ivena Rontos Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki kepribadian yang ramah dan penuh semangat dalam menjalani hidup. Saya terbuka untuk belajar hal-hal baru dan tidak segan untuk keluar dari zona nyaman demi mengembangkan diri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tinjauan Psikologi tentang Perkembangan Psikososial pada Masa Dewasa Awal

30 Mei 2024   13:46 Diperbarui: 30 Mei 2024   14:07 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis: Murhima A. Kau, Ivena Rontos

 

Masa dewasa awal, yang dimulai pada usia 19 tahun hingga 40 tahun, merupakan fase transisi yang menggetarkan dalam perjalanan hidup manusia. Setelah melampaui badai emosi dan pencarian identitas di masa remaja, kita memasuki babak baru yang penuh tantangan dan peluang untuk mengembangkan diri. Periode ini menjadi jendela bagi transformasi kepribadian yang signifikan, di mana kita dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan krusial seperti membangun hubungan intim, meraih kemandirian finansial, dan menemukan makna dalam karir serta gaya hidup yang otentik.

Memahami Perkembangan Kepribadian

Untuk memahami bagaimana kepribadian berkembang selama masa dewasa awal, kita dapat mengeksplorasi empat perspektif utama dalam psikologi perkembangan:

  • Model Tahapan Normatif

Teori ini, yang dipelopori oleh Erik Erikson, menyatakan bahwa semua individu mengalami serangkaian perubahan emosional dan usia yang sama secara berurutan. Salah satu tahapan penting adalah "Intimasi versus Isolasi", di mana orang dewasa awal berupaya menyeimbangkan kebutuhan akan keintiman dengan orang lain dan kemandirian diri.

  • Model Timing of Event

Teori yang dikembangkan oleh Bernice Neugarten ini berpendapat bahwa proses perkembangan kepribadian bergantung pada waktu terjadinya peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, seperti menikah, menjadi orang tua, atau kehilangan pekerjaan. Apakah peristiwa tersebut terjadi "tepat waktu" atau "di luar waktu" akan memengaruhi bagaimana individu beradaptasi.

  • Model Trait: "Lima Besar" Kepribadian

Paul T. Costa dan Robert R. McCrae mengembangkan model "Lima Besar" yang terdiri dari lima faktor utama: Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Conscientiousness, dan Agreeableness.

  • Neuroticism mencakup enam sifat negatif yang menunjukkan ketidakstabilan emosional, seperti kepanikan, sikap bermusuhan, depresi, dan impulsif.
  • Extraversion terkait dengan sifat-sifat seperti hangat, ramah, tegas, aktif, pencari kesenangan, dan emosi positif.
  • Openness to Experience mencerminkan rasa ingin tahu yang besar, imajinasi yang kuat, dan apresiasi terhadap keindahan serta seni.
  • Conscientiousness menggambarkan orang-orang yang cenderung berprestasi, kompeten, terorganisir, patuh, stabil, dan berdedikasi.
  • Agreeableness mencakup sifat-sifat seperti dapat diandalkan, jujur, kooperatif, rendah hati, dan mudah diajak bekerja sama.

Penelitian Costa dan McCrae menemukan stabilitas kepribadian setelah usia 30 tahun, meskipun adaptasi mungkin terjadi sebagai respons terhadap tanggung jawab baru, perspektif yang baru, atau peristiwa signifikan.

  • Model Tipologis

Mengidentifikasi jenis atau gaya kepribadian yang lebih umum, yang mencerminkan ciri-ciri kepribadian yang terstruktur dalam individu. Block mengidentifikasi tiga jenis kepribadian dasar: ego-resilient, overcontrolled, dan undercontrolled.

  • Orang yang ego-resilient mampu beradaptasi dengan baik di bawah tekanan, percaya diri, mandiri, pandai berbicara, perhatian, membantu, kooperatif, dan fokus pada tugas.
  • Orang yang overcontrolled cenderung pemalu, diam, penuh kekhawatiran, bergantung pada orang lain, menghindari konflik, dan rentan terhadap depresi.
  • Orang yang undercontrolled lebih aktif, energik, impulsif, tekun, dan mudah terangsang.

Intimasi versus Isolasi: Tugas Perkembangan Utama

Menurut Erikson, individu dewasa awal dihadapkan pada tugas perkembangan utama yaitu mencapai keintiman dengan orang lain atau menghadapi isolasi diri. Keintiman yang matang melampaui aspek seksualitas semata, melainkan melibatkan pengungkapan diri, kepercayaan, dan komitmen dalam hubungan.

  • Membangun Hubungan Intim: Keterampilan yang Dibutuhkan

Untuk menjalin hubungan intim yang sehat, orang dewasa awal perlu mengembangkan keterampilan seperti kesadaran diri, empati, pengungkapan emosi, pengambilan keputusan seksual, penyelesaian konflik, dan kemampuan untuk mempertahankan komitmen.

  • Pertemanan dan Cinta: Pilar Kehidupan Sosial Dewasa Awal

Pertemanan dan cinta romantis menjadi pilar penting dalam kehidupan sosial dewasa awal. Pertemanan yang erat memberikan dukungan emosional, keamanan, dan rasa memiliki yang penting bagi kesehatan mental. Sementara itu, cinta romantis menuntut kedalaman intimasi yang lebih besar, termasuk kedekatan fisik dan seksual. Teori Segitiga Cinta Sternberg mengeksplorasi tiga elemen utama dalam cinta: intimasi (kedekatan dan ikatan emosional), hasrat (gairah dan daya tarik seksual), dan komitmen (keputusan untuk mempertahankan hubungan).

  • Seksualitas: Sikap dan Isu Terkini

Dalam masyarakat, terdapat tiga pandangan utama tentang seksualitas:

  • Pandangan Tradisional: Seks hanya untuk reproduksi dalam pernikahan.
  • Pandangan Rekreasional: Seks dianggap wajar selama menyenangkan dan tidak menyakiti orang lain.
  • Pandangan Relasional: Seks dalam konteks cinta dan kasih sayang, meskipun tidak harus dalam pernikahan.

Sejak tahun 1960-an, terjadi pergeseran sikap terhadap seks pranikah di kalangan dewasa awal. Namun, perubahan ini tidak terlalu dramatis, dan sebagian besar orang tetap berhati-hati dalam memilih pasangan seksual dan menggunakan pengaman untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan serta penyakit menular seksual.

  • Perkembangan Gaya Hidup dan Pernikahan

Saat ini, jumlah orang dewasa awal yang belum menikah terus meningkat secara dramatis, terutama di kalangan wanita. Banyak yang menunda pernikahan demi mengejar pendidikan, karir, atau kebebasan individu. Ada pula yang memilih untuk hidup bersama dengan pasangan tanpa ikatan pernikahan (cohabitation), sebuah gaya hidup yang semakin diterima secara luas meskipun dianggap kurang stabil dibandingkan pernikahan.

Meski tren gaya hidup berubah, pernikahan tetap dipandang sebagai cara terbaik untuk membesarkan anak. Namun, jumlah anak yang dimiliki pasangan saat ini cenderung lebih sedikit dengan jarak kelahiran yang lebih jauh. Orangtua masa kini juga lebih banyak menunda kelahiran anak untuk mengejar pendidikan atau membangun karir terlebih dahulu.

  • Dampak Menjadi Orang Tua

Keputusan untuk memiliki anak membawa perubahan besar dalam kehidupan orangtua, baik secara individu maupun dinamika hubungan. Peran ayah dalam pengasuhan anak semakin besar, tidak hanya terbatas pada masa lalu. Studi menunjukkan ayah kini menghabiskan lebih banyak waktu dalam mengasuh anak dan membantu pekerjaan rumah tangga, khususnya di akhir pekan.

Meski demikian, peran sebagai orangtua dapat memberikan dampak pada kepuasan pernikahan. Seiring bertambahnya usia dan jumlah anak, kepuasan pernikahan cenderung menurun, terutama pada tahun-tahun awal setelah kelahiran anak. Mengelola dampak ini secara positif menjadi penting untuk menjaga keseimbangan dan kebahagiaan dalam hubungan.

  • Keluarga dengan Orangtua Bekerja

Di sisi lain, semakin banyak keluarga dengan kedua orangtua yang bekerja, baik karena tuntutan ekonomi maupun pilihan gaya hidup. Meski menguntungkan secara finansial, tantangan seperti tuntutan waktu, konflik pekerjaan-keluarga, dan pemenuhan kebutuhan anak kerap muncul. Pembagian pekerjaan domestik yang seimbang antara pasangan menjadi kunci dalam mengatasi tantangan tersebut.

  • Perceraian dan Keluarga Baru

Tingginya tingkat perceraian menunjukkan sulitnya mencapai pernikahan yang diharapkan. Namun, tingkat perceraian yang tinggi juga mencerminkan hasrat untuk menemukan pernikahan yang lebih bahagia melalui pernikahan kembali. Meski pernikahan kembali cenderung lebih rentan perceraian terutama jika ada anak tiri, keluarga campuran ini berpotensi memberikan rasa hangat dan atmosfer mengayomi jika dikelola dengan baik.

Masa dewasa awal merupakan periode penting dalam perjalanan hidup manusia yang penuh dinamika dan transformasi. Selama fase ini, individu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan krusial seperti membentuk hubungan intim, menentukan gaya hidup, dan mengambil keputusan besar terkait pernikahan serta keluarga. Meskipun terdapat berbagai tantangan dan pilihan yang harus dinavigasi, periode ini juga menawarkan peluang untuk pertumbuhan diri yang signifikan.

Dengan memahami kompleksitas perkembangan psikososial pada masa dewasa awal, kita dapat lebih siap menghadapi transisi-transisi penting ini dengan bijak dan penuh kesadaran. Kemampuan untuk beradaptasi, mengomunikasikan kebutuhan secara terbuka, dan membina hubungan yang sehat menjadi kunci dalam menavigasi perjalanan hidup yang penuh tantangan dan sarat makna.

DAFTAR PUSTAKA

Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldmen, R. D. (2008). Human Developement (Psikologi Perkembangan); Edisi kesembilan, Bagian V s/d IX. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun