Perkembangan komunikasi elektronik di era digital ini menjadi semakin cepat dan memudahkan kehidupan manusia. Terlebih karenanya kita bisa berkirim pesan dengan lebih mudah, cepat dan bahkan mendapatkan feed back atau balasan secara langsung. Ditambah biaya yang dikeluarkan untuk berkomunikasi secara elekronik juga lebih mudah, murah dan memiliki banyak pilihan media. Salah satunya, adalah situs kencan daring.Â
Jika dahulu untuk mendapatkan pasangan harus melalui biro jodoh maka sekarang tidak lagi. Kita tinggal mengunduh aplikasi atau masuk ke situs kencan maka kita dapat memilih pasangan yang sekiranya cocok dengan kita. Â
Namun, selain memudahkan ternyata perkembangan komunikasi elektronik juga memiliki sisi gelap salah satunya adalah kondisi di mana aplikasi kencan daring berpotensi bahkan telah menelan korban penipuan. Di mana banyak di antara 'teman kencan' yang ada di situs kencan ternyata adalah penipu dan mengiming-imingi korban dengan bisnis yang berujung penipuan.Â
Menurut  Kepala Ilmuwan Perilaku Barclays, Dr. Pete Brooks penipu melakukan hal tersebut dengan menggunakan taktik seperti pemberian tekanan, ilusi dan berpura-pura menjadi orang yang dapat dipercaya melalu rekayasa sosial.Â
"Criminals carrying out scams usually apply pressure tactics, illusions of scarcity or pretending to be a trusted authority to 'socially engineer' their victims."
Dalam rekayasa sosial dilakukan dengan berpura-pura menjadi orang lain, mengajak korban berkomunikasi, bertukar nomor telepon bahkan foto dan video palsu, lalu membujuknya untuk investasi. Rekayasa sosial ini membuat korban merasa sangat dekat bahkan seolah mengenal pelaku.Â
Dalam membujuk korban, pelaku biasanya juga akan menggunakan taktik seolah tawaran yang mereka berikan sangat langka dan hanya muncul satu kali, serta mendorong korban untuk segera mengambil 'tawaran baik' ini sekalipun korban sebenarnya tidak pernah mengetahui dengan baik bisnis yang akan menjadi tempatnya berinvestasi. Namun, rasa percaya yang sudah korban berikan akan mendorong korban menuruti keinginan pelaku.Â
Dr. Pete Brook membahas soal investasi sebagai berikut: Â "Investing should generally be a very measured activity and people who are looking to invest their money will often do a lot of research before making their decision, or at least ask for a second opinion. However, scammers are experts at exploiting the fact people want to grow their assets, and that we can sometimes put our better judgement aside for a high return opportunity."
Hal ini menjadikan tidak mengherankan saat korban menjadi sangat tertarik pada tawaran investasi selain kedekatan dengan korban tetapi juga tawaran keuntungan tinggi benar-benar memikat kebanyakan dari calon korban untuk menjadi korban. Semakin tinggi kemampuan seorang penipu dalam merekayasa sosial maka semakin banyak korban yang akan jatuh.Â
 Untuk itu solusi yang bisa saya berikan dalam kasus semacam ini adalah selalu berhati-hati dalam bersosial media dan berhubungan dengan siapa saja. Ada baiknya kita untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal terlebih jika kita belum pernah bertemu secara langsung dengan orang tersebut.
Jangan mudah menerima tawaran jika Anda tidak secara langsung mengetahui kondisi barang atau jasa yang ditawarkan. Untuk investasi, sebaiknya Anda perlu mengecek legalitas investasi yang ditawarkan dan jangan mudah tergiur dengan keuntungan besar. Kalau perlu mintalah pendapat orang terdekat atau penasehat keuangan Anda (jika punya) untuk lebih yakin.Â