Mohon tunggu...
iva umu maghfiroh
iva umu maghfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Terbuka

Saya adalah seorang perempuan yang gemar menulis dan ingin selalu berbagi kebahagiaan dengan siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta Abadi Indonesia dan Korupsi

6 Mei 2024   21:31 Diperbarui: 6 Mei 2024   21:31 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa hari belakangan ini sosial media seperti X dan Tiktok sedang diramaikan oleh kasus beberapa influencer dengan jutaan pengikut yang menjadi penerima beasiswa KIPK. Hal ini masalah sebab beasiswa ini sendiri harusnya ditujukan untuk mahasiswa berprestasi dengan kondisi kekurangan secara ekonomi. Terlebih karena para influencer tersebut sering menampilkan gaya hidup mewah, membeli barang-barang mahal dan bahkan ada yang sempat menunjukkan foto saldo di rekeningnya yang mencapai ratusan juta rupiah.

Meskipun kabar mengenai bantuan dari pemerintah sering terdengar tetapi melihat hal semacam ini terjadi juga di ranah pendidikan dan mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa, rasanya ini terlalu menyakitkan buat saya. Terlebih karena selama ini saya percaya bahwa anak-anak inilah yang kelak akan menggantikan kita mengelola negara. Apalagi kalau melihat betapa kristisnya mereka selama ini di sosial media mengenai penolakan praktik KKN di Indonesia. 

Banyak orang barangkali lupa bahwa praktik KKN  tidak hanya ada di pemerintahan tetapi juga di lembaga pendidikan, bahkan di setiap sendi kehidupan masyarakat. Anak-anak kita secara aktif dididik menjadi koruptor bahkan sejak mereka belum bisa membaca salah satunya adalah praktik mewajarkan anak merampas yang bukan haknya, hanya karena para orang tua takut anaknya menangis. Lebih buruk lagi, orang tua memberikan contoh pada anaknya untuk mengemis bantuan sosial tidak peduli apakah mereka kaya atau miskin.

Pada tahun 2020 lalu kita tentu belum lupa bagaimana Covid-19 menghancurkan ekomoni kita. Pemerintah lalu memberikan bantuan sosial dan menempelkan stiker warga miskin pada rumah-rumah penerimanya. Mirisnya, tidak jarang penerimanya justru dari kalangan masyarakat berada. Malah banyak dari orang-orang ini yang apabila tidak dapat akan marah dan mengolok-olok pemerintah karena dianggap tidak adil. Padahal bukankah pemerintah sedang memperjuangkan keadilan? Bukankah apabila mereka yang kaya menerima ini akan membuat program menjadi tidak adil?

Belum lagi di sekolah, siswa seringkali dipaksa menjadi koruptor hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus. Di zaman saya sekolah dulu guru hampir tidak melihat proses belajar dan hanya fokus pada hasilnya yang berupa angka-angka. Siswa yang belajar mati-matian akan kalah dengan mereka yang mencontek. Lalu akibatnya, mau tidak mau anak membunuh kejujurannya dan melakukan penipuan. 

Penipuan selalu menguntungkan terlebih menjadi satu-satunya orang jujur di lautan penipu sama dengan bunuh diri. Inilah kenapa saya sangat ragu apakah di masa depan negara kita bisa bersih dari koruptor. Mengingat generasi mudanya saja diam-diam korupsi, memakan hak sesamanya tanpa peduli tapi di sisi lain juga munafik dan mengecam koruptor yang duduk di bangku kekuasaan. 

Orang-orang ini mengolok korupsi di atasnya tetapi mengkorupsi hak dari golongan di bawah mereka. Jadi, sebenarnya bagaimana masyarakat kita memandang korupsi? Jawabannya satu, ialah jatuh cinta setengah mati. 

Apabila ada yang berteriak benci pada korupsi hanya ada dua kemungkinan. Pertama, ialah dia benar-benar sudah muak atau yang kedua --yang lebih banyak presentasinya, ialah karena dia tidak punya celah untuk ikut menikmati keuntungannya. 

Itulah kenapa menurut saya penting bagi Indonesia untuk segera membentuk mentalitas anak bangsa mengenai korupsi sedini mungkin. Namun sekali lagi, saya pesimis hal ini akan terwujud sebab siapa yang mau memulainya? Apakah mereka yang berwenang setuju mematikan egonya masing-masing? Sebab untuk membunuh korupsi tidak bisa dilakukan seorang diri. Setiap orang harus bergerak bersama-sama, melakukan apa yang menjadi tugasnya. 

Selain itu, saya juga sedikit kecewa dengan warganet dalam menanggapi kasus penyelewengan KIPK ini. Sebab semakin hari bukannya fokus pada kasus mereka justru menuduh semua penggua KIPK adalah koruptor. Padahal banyak juga yang benar dan memang berhak menerima bantaun tersebut. Alih-alih menuduh tanpa bukti kita harusnya bisa fokus melakukan pengawasan dan mendesak pihak terkait untuk menyelesaikan permasalan ini. 

Karena dalam permasalahan ini saya yakin tidak hanya satu atau dua orang saja yang terlibat melainkan sama dengan banyak kasus korupsi lainnya yaitu terstruktur dengan baik. Saya tidak tahu apakah tulisan saya akan mendapatkan serangan atau dukungan tetapi yang jelas saya berharap Indonesia masih punya harapan di masa depan untuk menjadi bangsa yang membenci korupsi setengah mati. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun